Tuesday 28 May 2013

SOLAT

Saudara-saudara sesama Muslim.

Dalam khutbah saya yang telah lalu saya telah menjelaskan kepada anda arti yang
sebenarnya dari 'ibadat. Saya telah menjanjikan untuk menerangkan bagaimana 'ibadat-
'ibadat yang wajib yang biasanya disebut Rukun Islam itu mempersiapkan manusia untuk
melaksanakan 'ibadat yang besar dan sebenarnya itu, yang menjadi tujuan diciptakannya
jin dan manusia. Di antara kelima 'ibadat wajib itu, yang paling besar dan paling penting
adalah solat. Dalam khutbah hari ini saya akan membahas masalah ini saja secara
singkat.


MAKNA KOMPREHENSIF DARI 'IBADAT

Kita semua telah tahu bahwa 'ibadat yang sebenarnya berarti penghambaan, dan
sebagai seorang hamba Allah, kita tidak boleh membebaskan diri dari melayani Allah
dalam waktu dan keadaan apa pun juga. Sebagaimana, halnya kita tidak boleh
mengatakan bahwa kita adalah hamba Allah untuk sekian jam atau sekian menit saja,
dan tidak menjadi hambaNya dalam waktu-waktu yang selebihnya. Maka, kita juga
tidak boleh mengatakan bahwa kita hanya wajib beribadat kepada Allah dalam jangka
waktu sekian, dan dalam waktu selebihnya kita bebas melakukan apa saja yang kita
sukai. Kita harus ingat bahwa kita adalah budak Allah sejak lahir. Allah menciptakan
kita dengan tujuan agar kita menjadi hambaNya saja. Karena itu seluruh hidup kita
haruslah kita habiskan dalam melayani Allah dan tidak boleh ada satu
saat pun di mana kita lengah dalam beribadat kepadaNya. Saya juga telah menjelaskan
bahwa 'ibadat tidaklah berarti melepaskan diri dari pekerjaan sehari-hari dan duduk di
sudut masjid sambil menyebut-nyebut nama Allah. Sebaliknya, arti 'ibadat yang
sebenarnya ialah bahwa apa pun yang kita kerjakan di dunia ini haruslah sesuai dengan
hukum dan aturan Allah. Tidur kita, bangun kita, makan dan minum kita, berjalan
kita pendeknya, setiap yang kita lakukan harus benar-benar menurut aturan yang telah
ditetapkan Allah. Apabila kita sedang berada di rumah bersama isteri dan anak-anak
kita, saudara-saudara dan sanak saudara kita, maka kita harus bersikap terhadap
mereka dengan cara yang ditetapkan Allah. Apabila kita berbincang-bincang dengan
teman-teman kita dan bersantai-santai, kita juga harus selalu ingat bahwa kita adalah
pelayan Allah, dan bukan orang bebas. Apabila kita pergi ke luar rumah mencari nafkah
dan berurusan dengan orang lain, maka juga harus selalu ingat ajaran-ajaran Allah dalam
setiap hal dan setiap pekerjaan, dan tidak boleh sekali-kali melangkahi batas-batas yang
telah ditentukanNya. Apabila di tengah kegelapan malam kita merasa bahwa kita
boleh melakukan dosa yang tidak boleh diketahui oleh seorang pun, maka kita harus
ingat bahwa Allah selalu melihat kita dan bahwa Allahlah yang harus ditakuti dan
bukannya manusia. Apabila kita berada seorang diri di hutan, di mana kita boleh
berbuat kejahatan tanpa diketahui oleh polisi atau disaksikan siapa pun, maka di situ
pun kita juga harus menghentikan niat jahat kita dengan mengingatii Allah dan
mengabaikan keuntungan apa pun yang mungkin kita perolehi dengan risiko kita akan
dibenci Allah.

Sebaliknya, apabila dengan mengikuti kebenaran dan kejujuran, kita melihat bahaya
kerugian yang besar, maka kita juga tidak boleh ragu-ragu dan takut menanggungnya,
karena dengan demikian Allah akan senang kepada kita. Jadi, mengasingkan diri dari
dunia ramai dan duduk di tempat yang sepi sambil menghitung-hitung tasbih sama sekali
bukanlah 'ibadat. Sebaliknya, bila kita melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan duniawi
dengan tetap mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan Allah, maka itu adalah 'ibadat.
Zikir atau mengingati Allah tidaklah berarti bahwa kita harus menyebut "Allah, Allah"
terus menerus, Tetapi mengingati Allah yang sebenarnya adalah ingat kepada Allah
dalam fikiran walaupun kita sedang terlibat dalam urusan-urusan yang sangat penting dan
mudah melalaikan kita dari ingat kepada Allah. Dalam kehidupan di dunia ini di mana
banyak kesempatan terbuka untuk melanggar hukum dan aturan Allah, di mana godaan-
godaan untuk memperolehi keuntungan yang besar datang bertubi-tubi dan ancaman
kehancuran dan kerugian berat mengepung dari segenap penjuru, kita harus selalu ingat
kepada Allah dan bertabah hati dalam mengikuti hukum dan aturanNya. Inilah zikir atau
mengingati Allah yang sebenamya. Al-Qur'an menyebutkan tentang zikir yang seperti ini
sebagai berikut:

"Apabila telah ditunaikan solat, maka bertebaranlah kamu, di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung".
(Al-Qur'an, al-Jumu'ah, 62:10)

MANFAAT SOLAT

Ingat-ingatlah arti 'ibadat tersebut di atas dan fikirkanlah sifat-sifat bagaimana yang
diperlukan untuk melakukan 'ibadat yang begitu besar itu dan bagaimana solat dapat
menghasilkan sifat-sifat itu dalam diri manusia.

KESADARAN AKAN KEDUDUKAN SEBAGAI BUDAK

Yang pertama-tama diperlukan adalah membuat kita bena-benar merasa bahwa kita
adalah budak Allah, dan bahwa kita harus selalu melayani kehendakNya di setiap saat
dalam hidup kita dan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Peringatan seperti ini
terus-menerus diperlukan, karena dalam diri manusia bersembunyi satu iblis yang selalu
mempengaruhinya dengan kata-kata: "Kamu adalah budakku". Dan di seluruh dunia ini
terdapat berjuta-juta iblis yang masing-masing mengatakan kepada setiap manusia:
"Kamu adalah budakku". Pengaruh iblis-iblis ini tidak dapat dihancurkan, kecuali bila
manusia setiap hari mengingatkan dirinya bahwa ia bukanlah budak iblis melainkan
budak Allah. Pekerjaan untuk mengingatkan manusia ini dilakukan oleh solat. Setiap
hari, begitu kita bangun di pagi hari, solat mengingatkan kita akan hal itu sebelum kita
mulai mengerjakan pekerjaan kita sehari-hari. Ketika kita sibuk mengerjakan pekerjaan
kita di siang hari, maka tiga kali kita diingatkan oleh solat. Dan ketika kita akan pergi
tidur, peringatan itu diulangi lagi untuk yang terakhir kalinya. Inilah faedah pertama dari
solat, dan berdasarkan hal ini, maka dalam al-Qur'an solat disebut sebagai "pengingat"
yakni pengingatan kepada Tuhan.

RASA BERKEWAJIBAN

Karena dalam setiap langkah dalam hidup kita, kita harus melaksanakan perintah Allah,
maka perlu dikembangkan di dalam diri kita kemampuan untuk mengenali apa yang
wajib(fardh), dan bersamaan dengan itu juga penanaman kebiasaan untuk melaksanakan
kewajiban dengan penuh gairah. Seseorang yang tidak tahu apa yang dinamakan wajib,
sama sekali tidak akan boleh diharapkan untuk mematuhi perintah. Demikian pula halnya
dengan orang yang tahu artinya Tetapi tidak berlatih untuk melaksanakannya, hingga
bahkan setelah tahu apa yang wajib dikerjakannya, ia tidak mempedulikan kewajiban itu.
Orang yang begini jelas tidak boleh diharapkan untuk melaksanakan tugas yang banyak
yang diberikan kepadanya selama dua puluh empat jam siang dan malam.

LATIHAN KEPATUHAN

Orang-orang yang pernah bertugas dalam ketenteraan atau kepolisian pasti tahu,
bagaimana di dalam kedua-dua tugasan ini mereka diajar untuk memahami dan berlatih
menjalankan kewajiban. Selama siang dan malam hari mereka mendengarkan suara
trompet. Perajurit-perajurit diperintahkan berkumpul di suatu tempat di mana mereka
disuruh melakukan perbarisan. Semua ini dilakukan untuk membiasakan mereka untuk
melaksanakan perintah-perintah. Mereka disaring sejak permulaan latihan dan dipecat
apabila terbukti bahwa mereka tidak sesuai untuk suatu tugas, karena malas atau tidak
berdisiplin. Sama halnya, trompet solat juga dibunyikan lima kali dalam sehari, dengan
tujuan agar perajurit-perajurit Allah dengan cepat berkumpul dari segenap penjuru, dan
membuktikan bahwa mereka siap mematuhi perintah-perintah Allah. Seorang Muslim
yang tidak bergerak dari tempatnya ketika mendengar suara adzan, sebenarnya
membuktikan bahwa ia tidak mengerti arti kewajiban, atau kalaupun ia mengerti, ia
adalah seorang yang betul-betul tolol dan tidak berguna, hingga tidak layak untuk
menjadi perajurit dalam tentera Allah.
Karena alasan tersebut di atas itulah, Rasulullah saw berkata. "Sungguh aku ingin sekali
pergi membakar rumah orang-orang yang tetap tinggal di rumah mereka setelah
mendengar suaraan adzan". Dan itu pula sebabnya, dalam sebuah hadis, solat telah
dijadikan garis pemisah antara kufr dan Islam. Pada masa hidup Rasulullah saw dan
Khulafa Ar-rashidin, seseorang tidak dianggap Muslim kecuali bila ia ikut serta solat
berjema’ah dengan penuh semangat, sehingga mereka yang bermalas-malas dicela
sebagai orang-orang munafik:

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk mengerjakan solat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan solat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali".
(A\-Qura.n, an-Nisa', 4:142)

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa dalam Islam tidak ada tempat bagi seseorang
yang tidak mengerjakan solat. Karena Islam bukanlah semata-mata kepercayaan,
melainkan juga merupakan ajaran-ajaran yang praktikal. Dengan demikian seorang
Muslim harus mempraktikkan Islam dan memerangi kekufuran dan kejahatan setiap saat
dalam hidupnya. Untuk menjalankan kehidupan praktikal yang ketat seperti ini, seorang
Muslim harus selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
Mereka yang tidak memiliki kesungguhan ini adalah sama sekali tidak berguna bagi
Islam. Itulah sebabnya solat telah diwajibkan lima kali dalam sehari, hingga mereka yang
mengaku Islam dapat diuji terus-menerus untuk mengetahui apakah mereka betul-betul
Islam dan gairah dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dalam kehidupan praktikal
mereka sehari-hari. Apabila mereka tidak beranjak dari tempatnya ketika mendengar
suara adzan, jelaslah bahwa mereka tidak siap untuk menjalankan kehidupan praktikal
secara Islam. Dengan demikian, iman mereka kepada Allah dan RasulNya tidaklah ada
gunanya. Inilah sebabnya maka dalam Qur'an dikatakan:

"Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk". (Al-Qur'an, al-Baqarah, 2:45)

artinya, solat itu hanya berat bagi mereka yang tidak bersedia untuk menjalankan
kepatuhan kepada Allah, dan seseorang yang merasa bahwa solat itu berat, ia telah
membuktikan bahwa dirinya tidak sesuai untuk menjadi hamba Allah.

MENIMBULKAN RASA TAKUT KEPADA ALLAH

Faktor ketiga adalah rasa takut yang harus dihidupkan terus menerus dalam hati.
Seseorang tidak akan dapat melaksanakan Islam, kecuali bila ia percaya bahwa Allah
selalu melihatnya setiap saat dan di setiap tempat, bahwa Allah selalu mengetahui per-
buatannya, bahwa Allah selalu melihatnya bahkan dalam kegelapan sekalipun, dan
bahwa Allah selalu menyertainya ketika ia bersendirian sekalipun. Adalah mungkin bagi
seseorang untuk bersembunyi dari seluruh manusia di dunia, Tetapi tidak mungkin untuk
menyembunyikan diri dari Allah. Orang boleh melepaskan diri dari hukuman manusia di
dunia ini, tetapi tidak mungkin ia boleh lepas dari hukuman Allah. Kepercayaan inilah
yang mencegah manusia dari melanggar larangan-larangan Allah. Dengan kekuatan
kepercayaan inilah ia dipaksa untuk menjaga diri agar tidak melanggar batas-batas halal
dan haram yang telah ditetapkan Allah bagi masalah-masalah kehidupan. Apabila
kepercayaan ini melemah, maka seorang Muslim tidak akan boleh menjalankan
kehidupan sebagai seorang Muslim dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu, Allah
telah mewajibkan solat lima kali sehari-semalam untuk terus memperkuatkan
kepercayaan ini dalam hati orang yang beriman. Allah melukiskan faedah solat, dalam
KitabNya;

"...Sesungguhnya solat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar..."
(Al-Qur'an, al-Ankabut, 29:45)

Dengan sedikit pengartian saja kita sendiri akan boleh memahami alasan di belakang
proses ini, Sebagai contoh, solat dilakukan dalam keadaan bersih dan telah melakukan
wudhu'. Tetapi bila tubuh kita kotor dan kita belum membersihkan diri, atau bila
pakaian kita kotor dan kita belum menggantikan pakaian, atau bila kita belum
berwudhu', tetapi kita mengatakan bahwa kita sudah melakukannya, lalu kita
melaksanakan solat, siapakah yang akan tahu? Tetapi kita tidak pernah melakukan hal
itu. Mengapa? Karena kita yakin bahwa dosa kita itu tidak dapat disembunyikan dari
Allah. Demikian juga apabila bacaan-bacaan yang perlahan-lahan dalam solat tidak kita
baca sama sekali, tidak seorang pun yang akan tahu. Tetapi kita tidak pemah melakukan
hal itu. Mengapa? Karena kita percaya bahwa Allah Maha Mendengar dan lebih dekat
kepada kita aripada urat darah di leher kita sendiri. Sama halnya, kita melakukan solat
di mana pun kita berada, baik ketika kita berada di hutan sendirian ataupun di rumah,
walaupun tidak ada orang yang melihat kita bersolat, dan tidak pula ada orang yang tahu
bahwa kita belum solat. Tetapi kita melakukannya juga. Mengapa? Karena kita takut
melanggari perintah Allah walaupun secara rahsia, dan karena kita yakin bahwa kita
tidak mungkin boleh bersembunyi dari penglihatan Allah. Dari hal ini boleh difahami
bagaimana solat menanamkan dan menghidupkan dalam hati manusia rasa takut kepada
Allah dan kesadaran bahwa Ia ada di mana-mana, Maha Melihat dan Maha Tahu.
Bagaimana kita boleh melaksanakan 'ibadat dan menghambakan diri kepada Allah
selama dua puluh empat jam siang dan malam, bila rasa takut kepada Allah dan
kepercayaan bahwa Ia selalu melihat kita, tidak dihidupkan terus-menerus dalam hati
kita? Apabila dalam hati kita tidak ada perasaan takut kepada Allah dalam urusan hidup
kita setiap hari di dunia ini, bagaimana mungkin bagi kita untuk mengabdikan diri
kepada kebaikan dan menghindari kejahatan?

KESADARAN AKAN HUKUM ALLAH

Faktor keempat yang sangat perlu dalam beribadat adalah kita harus sadar akan Hukum
Allah sebab bila kita sama sekali tidak tahu tentang hukum, bagaimana kita akan boleh
mengikutinya?Faktor ini juga dipenuhi oleh solat. Ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca dalam
solat, dimaksudkan untuk membuat kita tetap mengetahui perintah-perintah dan Hukum
Allah. Khutbah Juma'at juga ditujukan agar kita semua mengetahui ajaran-ajaran Islam.
Salah satu keuntungan solat berjema’ah dan solat Juma'at adalah bahwa orang-orang
yang berilmu dan orang-oranng awam selalu berkumpul di satu tempat, dan dengan
demikian memberikan kesempatan kepada para jema’ah untuk mengetahui perintah-
perintah Allah. Malangnya, kita tidak berusaha untuk mengetahui arti bacaan-bacaan
yang kita baca dalam solat, Demikian pula terhadap khutbah-khutbah yang dibaca di
mimbar-mimbar Juma’at, sehingga kita langsung tidak memperolehi pengetahuan
tentang Islam daripadanya. Dan bila kita berkumpul untuk melakukan solat, orang-orang
yang berilmu di antara kita tidak mengajar apa-apa kepada orang-orang yang bodoh.
Sebaliknya, tidak pula orang-orang yang bodoh di antara kita meminta pengajaran
daripada mereka yang mengetahui. Solat menyediakan kesempatan bagi kita untuk
memperolehi semua keuntungan-keuntungan ini. Apabila kita tidak memperolehi
manfaat daripadanya, bukanlah solat yang harus disalahkan.

PRAKTIK KEBERSAMAAN

Yang kelima adalah seorang Muslim tidak boleh dibiarkan bersendirian saja dalam
kemelut hidup ini. Seluruh kaum Muslimin hams bersatu-padu dan berkumpul, bersama-
sama membentuk suatu masyarakat yang padat dan kuat, dan bekerja-sama saling tolong-
menolong dalam menegakkan sistem 'ibadat kepada Allah yakni dalam melaksanakan
perintah-perintahNya, dalam mengikuti hukum-hukumNya dan menyebarkannya ke
seluruh dunia. Kita tahu bahwa dalam kehidupan di dunia ini, di satu pihak ada orang-
orang Muslim, yakni hamba Allah yang patuh; dan di pihak yang lain terdapat orang-
orang kafir, iaitu orang-orang yang memberontak terhadap Allah. Antara kepatuhan dan
pemberontakan terhadap Allah terjadi pertentangan dan pertarungan yang terus-menerus.
Kaum pemberontak menghancurkan hukum-hukum Allah dan menggantikannya dengan
hukum-hukum syaitan, Apabila masing-masing orang Islam berdiri sendiri-sendiri, ia
tidak akan pernah menang dalam memerangi musuhMusuh Allah itu. Karena itu, perlulah
hamba-hamba Allah yang patuh bersatu-padu menghancurkan musuhMusuh Allah ini
dengan kekuatan persekutuan mereka, dan memastikan tertegaknya hukum Allah. Solat
adalah sarana yang paling ampuh untuk membina kekuatan.kolektif mereka ini. Solat
berjema’ah lima kali sehari, lalu jema’ah Juma'at seminggu sekali, kemudian solat
jema’ah raksasa pada dua hari raya, Aidil Fitri dan Aidil Adha, — semuanya ini bersama-
sama menjadikan ummat Islam bagaikan sebuah tembok yang kuat, dan menanamkan
dalam diri mereka persamaan tujuan, dan persatuan praktikal yang diperlukan untuk
menjadikan mereka tolong-menolong dalam kehidupan praktikal sehari-harian.

No comments:

Post a Comment