Wednesday 27 March 2013

SIAPA YANG DISEBUT MUSLIM


Saudara-saudara sesama Muslim!

Hari ini saya akan menjelaskan kepada anda sifat-sifat seorang Muslim. Saya akan
menyebutkan persyaratan-persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang Muslim,
dan apa yang harus dilakukan oleh seseorang agar ia dapat disebut sebagai seorang
Muslim.

APAKAH "KUFUR" DAN ISLAM ITU?

Untuk memahami masalah tersebut di atas, pertama-tama anda harus mengerti apa itu
kufur dan apa itu Islam. Kufur adalah penolakan seseorang untuk melaksanakan perintah-
perintah Allah, dan Islam adalah kepatuhan kepada Allah semata-mata, serta penolakan
atas semua sistem, hukum dan perintah-perintah yang bertentangan dengan petunjuk-
petunjuk yang diterima dari Allah. Perbedaan yang nyata antara Islam dan kufur ini telah
dinyatakan dengan jelas di dalam al-Qur'an, Allah berkata:

Barangsiapa yang memutuskan tidak menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang yang kafir". (Al-Qur'an, al-Maidah, 5:44)

Menetapkan hukum tidak hanya berarti mengadili perkara-perkara dalam sidang-
sidang pengadilan saja. Sesungguhnya, hukum di sini berarti setiap keputusan yang
dibuat oleh setiap orang setiap saat dalam hidupnya. Setiap saat anda dihadapkan kepada
persoalan apakah anda harus melakukan sesuatu atau tidak, dengan cara bagaimana
sesuatu harus dilakukan, cara apakah yang harus dipakai dalam menyelesaikan sesuatu
persoalan, dan sebagainya. Bagi setiap hal yang seperti ini, suatu metodologi untuk
membuat keputusan telah digariskan dalam Kitab Allah dan Sunnah RasulNya,
sedangkan metodologi-metodologi selain itu adalah metodologi-metodologi yang
ditentukan oleh kemauan diri sendiri, adat kebiasaan nenek moyang atau aturan-aturan
yang dibuat oleh manusia. Nah, apabila seseorang mengetepikan cara-cara yang telah
digariskan Allah dan memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lain, maka
sesungguhnya ia telah mengikuti jalan kufur. Dan apabila ia selama hidupnya menempuh
cara-cara kufur dalam melakukan segala sesuatu, maka ia adalah seorang kafir. Apabila ia
mematuhi petunjuk Allah dalam sebagian masalah, dan dalam masalah-masalah yang
lain mengikuti kemauannya sendiri atau adat kebiasaan masyarakat atau aturan-aturan
buatan manusia, maka ia telah terlibat dalam kekufuran sejauh pembangkangannya
terhadap hukum-hukum dan aturan-aturan Allah. Seseorang mungkin setengah kafir,
seperempat kafir, sepersepuluh atau mungkin seperduaputuh kafir. Pendeknya, ukuran
kekufuran seseorang adalah menurut sejauh mana ia telah membangkang hukum Allah.
Islam tidak lain adalah penghambaan seseorang semata-mata kepada Allah. Ia sama-
sekali tidak mengikuti kemauannya sendiri, atau kemauan nenek-moyangnya atau
kemauan keluarga dan sukunya, atau kemauan kaum ulama atau kiyai, kemauan
pemerintah, hakim, atau kemauan siapapun yang lain, selain kehendak Allah semata-
mata. Allah menyatakan dalam al-Quran:

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah, kecuali Allah
dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain tuhan selain daripada Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah”.
(Al-Quran, Ali 'Imran, 3:64).

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepadaNya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan".
(Al-Qur'an, Ali 'Imran, 3:83).

Dalam kedua-dua ayat ini hanya satu ajaran yang dikemukakan, yakni bahwa agama
yang sebenarnya adalah kepatuhan dan kepasrahan kepada Allah. Menyembah Allah
tidak hanya berarti bersujud di hadapanNya lima kali sehari, tetapi sebenarnya berarti
melaksanakan perintah-perintahNya di setiap saat, siang dan malam. Anda harus
menghindari semua yang telah dilarangNya dan mengerjakan apa yang telah
diperintahkanNya. Dalam setiap masalah, anda harus menyelidiki apa perintah Allah
mengenai masalah tersebut. Anda sekali-kali tidak boleh memikirkan kemauan anda
sendiri, pendapat akal fikiran anda, adat kebiasaan nenek-moyang anda, kemauan
keluarga dan sanak saudara anda, apa yang dikatakan oleh kiyai atau ulama tentang hal
itu, apa yang diperintahkan oleh si anu, dan apa yang boleh menyenangkan hati si anu.
Bila anda mengikuti kemauan siapa pun juga dan mengetepikan perintah-perintah
Allah, maka sesungguhnya anda telah menyekutukannya dengan Allah. Dengan
perbuatan anda itu, berarti anda telah memberikan kepadanya kedudukan yang
sebenarnya adalah hak Allah semata-mata, karena yang berhak memberi perintah
hanyalah Allah saja:

“menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik".
(Al-Qur'an, al-Anam, 6:57).

Hanya Dia sajalah yang layak disembah, Dia yang telah menciptakan dan
menghidupkan anda. Semua yang ada di langit dan di bumi tunduk kepada perintahNya.
Tidak ada sebuah batu pun yang tunduk kepada batu yang lain. Tiada sebatang pohon
pun yang tunduk kepada pohon yang lain. Tidak seekor binatang pun yang tunduk kepada
perintah binatang yang lain. Maka apakah anda akan menjadi lebih hina dari binatang,
pohon, dan batu dengan tunduk kepada sesama manusia dan mengetepikan Allah,
sedangkan binatang, pohon, dan batu hanya tunduk kepada Allah semata-mata? Inilah
masalah yang terkandung dalam kedua ayat tersebut di atas tadi.

Monday 25 March 2013

TUJUAN KALIMAH THAYYIBAH: MEMPERBAHARUI PENGETAHUAN DAN PERBUATAN


Sekarang timbul pertanyaan lagi megenai tujuan membaca kalimah thayyibah. Kita
telah menjawab bahwa tujuannya adalah untuk membedakan antara nasib akhir
seorang, Muslim dan nasib akhir seorang kafir. Nah, setelah mendapat penjelasan tentang
arti hasil akhir yang diperoleh di akhirat, maka kita mesti mempertimbangkan kembali
jawaban kita. Sekarang kita mesti mengatakan bahwa tujuan membaca kalimah
thayyibah adalah untuk memperbaharui pengetahuan dan perbuatan seseorang agar ia
dapat memperoleh kedudukan yang baik di akhirat nanti. Kalimat ini mengajarkan
kepada manusia untuk menanami ladang dunia dengan tanaman yang baik, dan
merawatnya dengan baik pula, agar hasilnya nanti dapat dipetiknya di akhirat. Apabila
seseorang tidak beriman kepada kalimah thayyibah ini, bagaimana ia dapat bercocok
tanam di ladang dunianya dan dari mana ia akan memperoleh hasil di akhirat nanti? Dan
bila seseorang hanya mengucapkan kalimat tersebut di mulut saja, tetapi perbuatan dan
tingkahlakunya tetap sama dengan seorang kafir, maka kita tentu akan mengatakan
bahwa pengucapan kalimat syahadatnya yang sedemikian itu adalah sia-sia saja.
Tidak ada alasan mengapa nasib akhir orang seperti itu harus berbeda dari seorang kafir.
Bagaimana sekalipun, ia tidak boleh menuntut apa-apa dari Allah dengan hanya
mengucapkan kalimat syahadat di mulut saja, serta tidak pula mempelajari cara
menanami ladang dunianya. Bahkan ia pun tidak menanaminya sama-sekali dengan
tanaman yang baik. Sebaliknya, ia telah menaburkan duri sepanjang masa hidupnya.
Bagaimana ia dapat berharap untuk mendapatkan kebun yang berbuah lebat di dunia yang
akan datang nanti? Seperti telah saya terangkan kepada kita dengan contoh-contoh,
adalah sia-sia dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu yang bila dikerjakan atau
tidak dikerjakan hasilnya adalah sama saja. Obat yang tidak bisa mengubah keadaan
orang yang sakit menjadi lebih baik bukanlah Obat namanya. Sama halnya, bila setelah
membaca kalimat syahadat, pengetahuan dan tingkahlaku orang yang bersangkutan masih
tetap sama dengan orang yang tidak membaca kalimat tersebut, maka perbuatannya
membaca kalimat tersebut adalah tidak berarti apa-apa. Apabila hidup seorang Muslim
di dunia ini tidak berbeda dengan hidup seorang kafir, bagaimana hidupnya di akhirat
nanti dapat berbeda dengan hidup seorang kafir.

Thursday 21 March 2013

KEGAGALAN DAN KEJAYAAN DI AKHIRAT


 Apa artinya gagal di akhirat dan apa artinya memperoleh kemuliaan di sana?
Kita tidak perlu menjawab sendiri. Jawabannya sudah diberikan oleh
Rasulullah saw: Ad-dunya mazra’atul akhirah, Dunia adalah ladang akhirat.
lni berarti bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua perkara yang terpisah, melainkan
suatu proses yang berkesinambungan, yang awalnya adalah dunia dan akhirnya adalah
akhirat. Hubungan antara kedua-duanya adalah seperti antara menanam, dan menuai.
Kita membajak tanah, menaburkan benih, lalu mengairinya, kemudian merawat tanaman
kita sampai tiba saatnya untuk dituai. Kemudian setelah menuainya kita akan memakan
hasilnya sepanjang tahun. Apa yang kita tuai itu pastilah hasil dari apa yang kita tanam
di ladang kita. Bila kita menanam gandum, gandumlah yang akan tumbuh.Tetapi bila
kita menanam duri, tentu hanya durilah yang akan tumbuh. Dan bila tidak ada yang
ditanam, tidak ada pula yang akan tumbuh. Selanjutnya, kesalahan apa pun yang kita
lakukan semasa membajak, mengairi dan merawat tanaman kita, akibat keseluruhannya
pastilah akan kita lihat pada waktu kita menuai. Tetapi bila kita mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan tersebut dengan tepat tanpa suatu kesalahan apa
pun, maka kita juga akan melihat hasilnya. Begitulah gambaran hubungan dunia dengan
akhirat. Dunia adalah laksana ladang tempat bercucuk tanam. Manusia dikirim ke ladang
ini dengan tujuan agar ia bekerja keras dengan tangannya sendiri untuk memperoleh hasil
yang dapat dinikmatinya nanti bagi dirinya sendiri. Untuk itu ia telah diberi waktu dari
saat lahirnya hingga detik kematiannya. Apa pun jenis tanaman yang ditanamnya pada
masa hidupnya, hasil tanaman itu jugalah yang akan dipetiknya dalam hidupnya sesudah
mati nanti, dan hasil itu pula yang akan menjadi makanannya selama hidupnya di akhirat.
Bila seseorang telah menanam tanaman yang baik di ladang dunia ini pada masa
hidupnya dan telah merawatnya dengan air yang berlimpah-limpah dan dengan
pengawasan yang cermat, maka bila ia telah berpindah ke dunia yang akan datang, maka
akan didapatinya buah dari jerih payahnya itu dalam bentuk tanaman berbuah lebat yang
siap untuk dinikmatinya. Di sana nanti ia tidak lagi bekerja keras karena ia akan hidup
senang menikmati hasil tanaman yang telah ditanamnya dengan kerja susah-payah selama
masa hidupnya di dunia ini. Hidup senang inilah yang disebut syurga dan kejayaan di
akhirat. Berlawanan dari ini, barangsiapa yang semasa hidupnya di dunia ini menaburkan
duri dan menanam tanaman yang pahit dan beracun, maka ia akan memperoleh hasil dari
jenis tanaman yang sama dalam hidupnya yang akan datang nanti. Di sana ia tidak akan
mempunyai kesempatan lagi untuk menebus ketololannya dan menanam tanaman yang
baik setelah membakar tanamannya yang buruk sebelumnya. Dan tentu saja ia akan
terpaksa memakan hasil tanaman buruknya yang telah ditanamnya semasa hidupnya di
dunia ini. la akan terpaksa tidur di atas duri-duri yang telah ditanamnya. Inilah yang
dimaksudkan dengan kesengsaraan dan kegagalan di akhirat itu.

Keterangan tentang makna akhirat yang telah saya berikan tadi didukung oleh hadis dan
ayat-ayat al-Qur'an. Dan keterangan tadi menunjukkan bahwa kegagalan dan kejayaan
seseorang dalam hidup sesudah mati nanti, serta nasib baik atau buruknya, sebenarnya
tergantung dari benar atau tidaknya pengetahuan dan perbuatannya di dunia ini.

Wednesday 20 March 2013

PENGETAHUAN APA YANG DIAJARKAN OLEH KALIMAH THAYYIBAH?


Sekarang timbul pertanyaan: Pengetahuan apakah yang diberikan oleh kalimah thayyibah
kepada orang yang membacanya? Juga perbedaan apakah yang timbul dalam perbuatan
dan tingkahlaku seorang Muslim dan seorang kafir setelah si Muslim memperoleh
pengetahuan ini?

1. Penghambaan diri kepada Allah

Hal pertama yang kita pelajari dari kalimat ini adalah bahwa kita adalah budak dari
Allah dan bukan budak dari siapa pun yang lain. Setelah mengetahui hal ini, maka secara
langsung kita akan mengerti bahwa di dunia ini kita harus berbuat sesuai dengan
kehendak Dia yang menjadi Tuan dan Pemilik kita, karena bila kita berbuat
bertentangan dengan kehendakNya, berarti kita telah memberontak terhadapNya.

2. Kepatuhan kepada Muhammad

Setelah memahami hal di atas, maka pengetahuan kedua yang kita peroleh dari kalimat
ini adalah bahwa Muhammad saw adalah Utusan Allah. Dan setelah mengetahui hal ini,
jelaslah, dengan sendirinya cara-cara yang kita tempuhi dalam menanami dan merawat
ladang dunia kita, mestilah menurut cara-cara yang telah diajarkannya kepada kita.
Bila kita mengikuti cara yang diajarkannya, maka kita akan memperoleh hasil yang
baik di akhirat nanti. Tetapi bila kita bekerja tidak sesuai dengan cara yang
diajarkannya, maka berarti kita hanya menanam duri saja di dunia ini dan akan
menuai duri pula di akhirat nanti.

PERBUATAN MESTI SESUAI DENGAN PENGETAHUAN

Setelah memiliki pengetahuan ini, maka perbuatan-perbuatan dan perilaku kita haruslah
sesuai dengan pengetahuan kita. Bila kita percaya bahwa suatu hari nanti kita akan
mati, bahwa sesudah mati kita akan hidup lagi, dan dalam hidup sesudah mati kita
harus makan dari hasil tanaman kita di dunia ini, maka tidaklah mungkin bagi kita
untuk menyimpang dari cara-cara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw dan
menempuh cara-cara lain dalam menanami ladang dunia kita. Mengapa kita bercocok
tanam di ladang dunia ini? Karena kita yakin bahwa kita tidak akan memperoleh hasil
tanpa bercocok-tanam, dan tanpa hasil tanaman, kita akan mati kelaparan. Sekiranya
kita tidak yakin akan hal ini, dan Sekiranya kita mengira bahwa kita akan bisa
memperoleh hasil tanpa bertanam, atau bahwa kita bisa menghilangkan lapar tanpa
makanan, tentu kita tidak akan bersusah-payah bercocok-tanam di ladang dunia ini. Jadi
kita boleh menilai posisi kita berdasarkan hal ini. Seseorang yang di mulut mengakui
Allah sebagai Pemilik dan PenguasaNya dan Muhammad saw sebagai Utusan Allah, dan
juga percaya akan hidup sesudah mati, tetapi perbuatan-perbuatan dan tingkahlakunya
bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah, maka imannya yang
demikian itu adalah iman yang lemah. Sebagaimana ia yakin bahwa ia tidak akan
memperoleh hasil tanpa bertanam, demikian pula apabila ia yakin bahwa tanamannya
yang buruk akan menghasilkan buah yang buruk pula, tentulah ia tidak akan lengah
tentang hal ini. Tidak seorang pun yang dengan sengaja dan sadar mau menanam duri
untuk dirinya. Hanya orang yang tidak percaya bahwa benih duri akan menghasilkan
duri sajalah, dan bahwa duri itu akan merugikan dirinya sendiri sajalah, yang akan
melakukan hal itu. Kita tentu tidak akan mau dengan sadar memegang bara api karena
kita yakin bahwa bara itu akan membakar tangan kita. Hanya bayi kecil dan orang
gila sajalah yang mau menaruh tangannya dalam api, karena memang tidak tahu
akibatnya.

Tuesday 19 March 2013

TUJUAN MEMBACA KALIMAT SYAHADAT


Hayatilah keterangan dan contoh-contoh tersebut di atas, dan jawablah pertanyaan-
pertanyaan ini satu demi satu. Pertama, untuk apa kalimat syahadat dibaca?
jawaban yang pasti kita berikan tidak lain tentulah bahwa kalimat syahadat itu dibaca
untuk membedakan seorang Muslim dari seorang kafir. Sekarang saya bertanya: Apakah
maknanya perbedaan ini? Apakah ini berarti bahwa bila seorang kafir mempunyai dua
mata, maka seorang Muslim mempunyai empat mata? Atau bila seorang kafir
mempunyai satu kepala, maka seorang Muslim mempunyai dua? Tentu kita akan
mengatakan: Bukan, bukan itu maksudnya. Perbedaan itu berarti bahwa ada perbedaan
antara hasil buah dari kehidupan seorang Muslim dengan hasil buah dari kehidupan
seorang kafir. Hasil buah kehidupan seorang kafir adalah bahwa ia tidak menerima
rahmat Allah dan menjadi orang yang sengsara di akhirat nanti, sedangkan hasil buah
kehidupan seorang Muslim adalah bahwa ia akan menerima redha Allah dan mendapat
kemuliaan di akhirat.

SETIAP PEKERJAAN MEMPUNYAI TUJUAN


Kita semua tahu bahwa pekerjaan apa pun yang dilakukan seseorang, pasti ada
tujuan atau keuntungan yang akan diraihnya. Manusia tidak pernah melakukan sesuatu
yang tidak bertujuan atau tidak bemanfaat. Kita minum karena mau menghilangkan
haus. Apabila setelah minum air, kita masih merasa haus, tentulah kita tidak akan
meminumnya karena hal itu tidak ada gunanya. Kita makan karena mau
menghilangkan lapar dan memperoleh tenaga untuk hidup. Apabila makan atau tidak
makan sama saja hasilnya, tentu kita akan merasa bahwa makan adalah usaha yang
tidak ada gunanya. Mengapa kita meminum obat kalau sakit? Karena kita ingin bebas
dari penyakit dan kembali sehat. Tetapi bila setelah minum obat keadaan kita tidak
berubah, maka kita akan mengatakan bahwa pengobatan adalah usaha yang tidak
berguna. Mengapa kita bekerja keras dalam bercocok tanam? Untuk menghasilkan hasil
bumi, buah-buahan dan sayur-sayuran. Tetapi bila tidak ada sesuatu pun yang tumbuh
setelah kita menanam benih, tentulah kita tidak akan mau bekerja demikian keras
untuk membajak sawah kita, menaburkan benih dan mengairi tanaman. Pendeknya,
pekerjaan apa pun yang kita lakukan di dunia ini, selalu ada maksud dan tujuannya. Bila
tujuan dapat dicapai, kita katakan bahwa pekerjaan itu bagus, dan bila tujuan tidak
tercapai, kita akan mengatakan pekerjaan itu hina.

PERBEDAAN DALAM HASIL DAN AKIBAT


Perbedaan antara kedua jenis tanaman tersebut di atas – kalimah thayyibah dan
kalimah khabitsah - terdapat pada buah dari kedua jenis tanaman ini. Setiap kali
kalimah thayyibah berbuah, ia akan mengeluarkan buah yang manis dan baik. la akan
membuahkan kedamaian di dunia ini. Kebaikan, kebenaran dan keadilan akan merata,
dan rakyat di seluruh dunia akan beruntung karenanya. Sebaliknya, semakin subur
tumbuhnya kalimah khabitsah, semakin tumbuh cabang-cabang berdurinya, maka
akhirnya pasti ia akan mengeluarkan buah yang pahit dan tidak enak untuk dimakan.
Racun akan mengaliri seluruh pembuluh di batangnya. Kita dapat melihat sendiri apa
yang terjadi di bahagian dunia di mana kekafiran, kemusyrikan dan atheisme
bermaharajalela. Manusia di sana saling ancam-mengancam. Mereka membuat
persiapan-persiapan untuk memusnahkan daerah demi daerah yang penuh dihuni
manusia. Gas-gas beracun mereka buat di kilang-kilang. Satu bangsa ingin
menghancurkan bangsa yang lain. Yang kuat memperbudakkan yang lemah, semata-
mata untuk merampas rezekinya. Kaum yang lemah ditindas dengan kekuatan angkatan
bersenjata dan polisi serta ancaman belenggu dan penjara. Mereka terpaksa menanggung
penindasan pihak yang kuat tanpa boleh berbuat apa-apa. Dan bagaimana pula keadaan
dalaman bangsa-bangsa itu? Moral mereka adalah demikian rusaknya hingga syaitan
sendiri malu karenanya. Manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang, bahkan
binatang pun tidak mau melakukannya. lbu-ibu membunuh anaknya dengan tangan
mereka sendiri karena takut kesenangan mereka terganggu oleh anak-anaknya. Para
suami saling menukar isteri-isteri mereka untuk memperoleh kepuasan. Perkumpulan-
perkumpulan kaum yang berbogel diadakan di mana lelaki dan perempuan bercampur-
baur tanpa mengenakan pakaian, seperti binatang. Kaum yang kaya menghisap darah
kaum miskin melalui riba, dan kaum yang makmur memeras tenaga kaum melarat
seakan-akan kaum melarat itu adalah budak-budak yang dilahirkan untuk melayani
mereka. Pendeknya, tanaman apa pun yang tumbuh dari jenis kalimah khabitsah ini
pasti akan penuh dengan duri, dan buah apa pun yang dihasilkanya pastilah pahit dan
beracun. Setelah menyitir kedua-dua contoh ini, Allah Yang Maha Kuasa pada
akhirnya mengatakan:

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki". (Al-Qur'an, Ibrahim, 14:27)

Ini berarti bahwa Allah akan memberikan kedudukan yang kuat dan teguh di dunia
ini dan di akhirat nanti, kepada mereka yang beriman kepada kalimah thayyibah.
Sebaliknya, Allah akan menyesatkan mereka yang mempercayakan dirinya kepada
kalimah khabitsah. Mereka tidak akan boleh mengerjakan segala perbuatan baik apa pun,
yang dapat memberikan buahnya dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat nanti

Sunday 17 March 2013

APAKAH KALIMAH KHABITSAH ITU?


Sebagai lawan dari kalimah thayyibah, adalah kalimah khabitsah. Apakah arti kalimah
khabitsah? Kalimat ini berarti: Tuhan tiada di dunia ini, yang ada hanyalah seseorang
atau sesuatu, bukan Allah, yang memiliki dan melaksanakan kekuasaan ketuhanan.
Fikirkanlah! Adakah pernyataan yang lebih palsu dan tidak berdasar daripada pernyataan
ini? Adakah sesuatu di dunia ini yang memberi kesaksian atas kebenarannya? Kaum
atheis mengatakan "Tuhan tidak ada". Tetapi semua yang ada di langit dan di bumi
menentang kaum tersebut dan mengatakannya sebagai pendusta. Semua yang ada di
langit dan di bumi beserta seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini, adalah ciptaan
Allah, dan Allah pulalah yang telah memberi kaum atheis tersebut lidah yang dipakainya
untuk mengatakan kedustaan itu. Kaum musyrikin mengatakan bahwa ada kekuatan-
kekuatan lain yang menjadi sekutu-sekutu Allah dalam ketuhananNya. Bahwa sekutu-
sekutu itu juga ikut memelihara dan menguasai alam semesta ini. Bahwa sekutu-sekutu
itu juga memiliki kekuasaan untuk menentukan dan mengubah nasib manusia. Bahwa
sekutu-sekutu itu mempunyai hak untuk mendatangkan keuntungan, kerugian dan
bencana kepada manusia. Bahwa sekutu-sekutu itu juga turut mendengarkan doa-doa
manusia dan mengabulkannya. Bahwa mereka juga berhak untuk ditakuti dan
memperoleh kepercayaan manusia. Bahwa perintah-perintah mereka juga berlaku di
bumi Tuhan ini, dan hukum-hukum yang mereka buat juga berhak untuk ditaati di
samping hukum-hukum Allah. Begitulah kata orang-orang musyrik tersebut. Menjawab
pernyataan-pernyataan ini, seluruh yang ada di langit dan di bumi mengatakan bahwa
semua itu adalah kebohongan semata-mata yang bertentangan sama-sekali dengan
kenyataan-kenyataan. Maka fikirkanlah, bagaimana seseorang yang percaya pada kalimat
yang batil seperti ini dan hidup sesuai dengan ajarannya dapat berjaya di dunia dan di
akhirat? Karena rahmatNya lah, bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada orang-
orang seperti ini dan masih memberi rezeki kepada mereka. Dengan demikian, kekuatan-
kekuatan bumi dan langit pun hanya sedikit yang mau memberikan keperluan hidup
kepada mereka sebagaimana yang diberikan kepada semak-semak dan tumbuh-tumbuhan
liar ; tetapi tidak satu pun makhluk dan benda di alam semesta ini yang mengakui bahwa
mereka harus menolongnya atau menyokongnya dengan sepenuh tenaga. Nasib orang-
orang seperti ini adalah ibarat tumbuh-tumbuhan yang tumbuh semau-maunya,
sebagaimana yang telah diceritakan di atas.

Wednesday 13 March 2013

KALIMAH THAYYIBAH DAN KALIMAH KHABITSAH


Dengan kalimat ini seseorang masuk Islam, dan tidak seorang pun dapat menjadi
Muslim yang sejati kecuali bila ia telah benar-benar memahami kalimat ini dan membentuk
hidupnya menurut ajaran kalimat ini.
Allah telah memberikan definisi kalimat ini dalam Kitab SuciNya sebagai berikut.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki".
(Al-Qur'an, lbrahim, 14:24-27)

Maksud perumpamaan di atas ialah bahwa kalimah thayyibah itu adalah laksana
sebuah pohon dari jenis yang bagus, yang akar-akarnya teguh dalam tanah dan cabang-
cabangnya tersebar di angkasa, sementara ia terus-menerus menghasilkan buah yang baik
sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Berlawanan dengan ini, perumpamaan
kalimah khabitsah, yakni kepercayaan yang salah dan pandangan hidup yang sesat,
adalah seperti tanaman jenis yang buruk, yang tumbuh semau-maunya, tetapi akarnya
menempel saja di permukaan tanah dan mudah sekali tercabut dengan sebuah tarikan
saja, karena akar-akarnya tidak masuk ke dalam tanah.

Ini adalah perumpamaan yang indah, yang apabila kita menghayatinya, kita akan
memperoleh pelajaran yang sangat berharga daripadanya. Cobalah perhatikan: contoh
kedua-dua jenis pohon itu ada di sekitar kita. Yang satu adalah pohon mangga.
Alangkah kuat akarnya, alangkah tinggi tumbuhnya, alangkah banyak cabangnya, dan
rimbun daunnya, alangkah bagus buahnya. Mengapakah pohon ini mempunyai
kedudukan seperti ini? Sebabnya ialah benihnya ampuh sekali. la memang berhak untuk
menjadi sebuah pohon. Dan hak ini adalah hak yang betul-betul asli, sehingga ketika ia
mengajukan keperluannya, maka tanah, air, udara, panasnya siang dan dinginnya malam -
pendeknya seluruh unsur yang terlibat dalam pertumbuhannya - mengakui hak tersebut,
dan apa pun yang diminta oleh pohon ini kepada mereka, mereka berikan kepadanya.
Demikianlah, atas dasar kekuatan nilai dirinya, ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang
besar dan dengan mengeluarkan buah yang manis ia juga membuktikan bahwa ia berhak
untuk menjadi pohon dengan ukuran demikian, dan bahwa pertolongan yang diberikan
kepadanya oleh gabungan kekuatan-kekuatan bumi dan langit adalah memang sudah
seharusnya. Sesungguhnya, telah menjadi kewajiban mereka untuk berbuat demikian
karena kekuatan yang terkandung dalam tanah, air, udara dan unsur-unsur lain yang
terlibat dalam pertumbuhan sebuah pohon, adalah dimaksudkan untuk membantu pohon
yang berjenis baik.

Berlawanan dengan pohon ini, adalah semak-semak, pohon willow dan tumbuh-
tumbuhan liar lainnya. Kekuatan apa yang mereka miliki? Cuma akar lemah yang dapat
dicabut oleh seorang anak kecil sekalipun. Begitu lunak dan lemahnya tumbuh-
tumbuhan ini hingga bila ada taufan sedikit saja, mereka akan terbongkar dari tempat
tumbuhnya. Bila kita menyentuhnya, duri-durinya akan menusuk tangan kita. Bila kita
makan buahnya, lidah kita akan terasa pahit. Hanya Allah lah yang tahu berapa banyak
dari tumbuh-tumbuhan ini yang setiap hari tumbuh dan terbongkar dari tanah. Mengapa
keadaan mereka sedemikian? Sebabnya ialah karena mereka tidak memiliki kekuatan
nilai diri dan kemampuan diri seperti yang dimiliki oleh pohon mangga. Memang, apabila
tidak ada pohon bermutu tinggi yang tumbuh, bumi akan bosan menganggur, lalu
membantu semak-semak untuk tumbuh. Air juga ikut membantu sedikit dan udara
memberi sedikit bahan makanan. Tetapi tidak ada satu pun unsur di langit maupun di
bumi yang mau mengakui hak hidup tumbuh-tumbuhan ini. Itulah sebabnya mengapa
bumi tidak mengizinkan akar-akarnya untuk masuk dalam-dalam kepadanya. Air tidak
rela memberi makanan dengan sepenuh hati dan udara tidak mau membantu mereka
untuk tumbuh subur. Dan bila dengan makanan yang sedikit ini, tumbuh-tumbuhan jahat
ini tumbuh dengan bau yang busuk, batang yang berduri dan beracun, itu adalah bukti
bahwa kekuatan-kekuatan bumi dan langit tidak dimaksudkan untuk membantu
tumbuhnya tumbuh-tumbuhan seperti itu. Sudah lebih dari cukup bagi mereka bila
mereka dibiarkan tumbuh dan hidup di muka bumi ini.
Itulah dua contoh yang perlu kita renungkan, sebelum kita berfikir mengenai,
perbedaan antara kalimah thayyibah dan kalimah khabitsah.