Monday 1 April 2013

TIGA JALAN MENUJU KESESATAN

SAMSUNG Galaxy S4 [i9500] - WhiteSAMSUNG Galaxy S4 [i9500] - Black
LENOVO IdeaPad B490 042




Sekarang saya akan menjelaskan kepada anda dari mana sebenarnya kekufuran dan
bid'ah timbul. Al-Qur'an Suci mengatakan kepada kita bahwa kejahatan-kejahatan ini
muncul melalui tiga sumber:

1. Mengikuti kemauan sendiri.

“... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa-nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim".
(Al-Qur'an, al-Qashash, 28:50).

Ayat di atas mengartikan bahwa faktor terbesar penyebab kesesatan manusia adalah
dorongan-dorongan hawa nafsunya sendiri. Dan sama sekali tidak mungkin bagi
seseorang untuk menjadi hamba Allah, sementara ia masih menuruti dorongan-dorongan
hawa nafsunya sendiri. la akan terus-menerus memikirkan pekerjaan apa yang akan
mendatangkan uang baginya, usaha apa yang akan membawa kemasyuran dan
penghormatan orang padanya, ke mana ia harus mengejar kesenangan dan kepuasan,dan
apa saja yang bisa memberikan kemudahan dan kesuksesan hidup baginya.
Ringkasnya, ia akan menempuh segala macam cara untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut, tak peduli apakah Allah melarang cara-cara tersebut. Dan ia takkan pernah
mengerjakan suatu apapun yang dianggapnya tidak akan membawa tercapainya tujuan-
tujuan tersebut, meskipun Allah memerintahkannya untuk mengerjakannya. Jadi Tuhan
bagi orang seperti itu adalah dirinya sendiri (nafs), bukannya Allah Yang Agung. Jadi,
bagaimana ia akan mendapat manfaat dari petunjuk Allah? Hal ini telah diterangkan
dalam ayat berikut:

"Terankanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang ternak
itu)." (Al-Qur'an, al-Furqan, 25:43-44).

Bahwa menjadi budak hawa nafsu adalah lebih hina daripada menjadi binatang, ini
adalah suatu hal yang tidak perlu diragukan lagi. Anda tidak akan pernah melihat seekor
binatang pun yang mau melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah baginya.
Setiap binatang memakan apa yang telah ditetapkan Allah baginya. la hanya
melaksanakan fungsi yang telah ditentukan Allah baginya. Tetapi manusia adalah
binatang yang apabila sudah menjadi budak hawa nafsunya sendiri, akan melakukan
perbuatan-perbuatan yang bahkan membuatkan syaitan sendiri gementar.

2. Mengikuti nenek-moyang tanpa berfikir

Yang tersebut di atas tadi adalah jalan pertama menuju kesesatan. Jalan yang kedua
adalah mengikuti adat kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan dan fikiran-fikiran, acara-
acara ritual dan upacara-upacara yang biasa dilakukan oleh nenek-moyang, dan
menganggapnya lebih penting daripada perintah Allah. Bila perintah-perintah Allah
dibacakan, maka orang-orang yang suka mengikuti nenek-moyangnya akan bersikap
keras bahwa mereka hanya akan mengikuti apa yang dilakukan oleh nenek-moyang
mereka saja, dan akan melakukan apa yang telah menjadi kebiasaan keluarga dan suku
bangsanya. Bagaimana orang yang telah terkena penyakit seperti ini akan dapat menjadi
hamba Allah? Tuhan-tuhannya adalah nenek-moyangnya, keluarga dan suku bangsanya.
Hak apa yang dimilikinya untuk mendakwa bahwa dirinya adalah seorang Muslim?
Dalam hal ini al-Qur'an -juga memberikan peringatan yang keras:

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Ikutlah apa yang telah diturunkan oleh
Allah’, mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami'. (Apakah mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mercka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?". (Al-Qur'an, al-Baqarah, 2:170).

Di tempat lain dikatakan:

"Apabila dikatakan kepada mereka: 'Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah.
dan mengikuti Rasul'. Mereka menjawab: 'Cukuplah untuk kami apa yng kami
dapati bapa-bapa kami mengerjakannya'. Dan apakah mereka akan mengikuti juga
nenek-moyang mereka walaupun nenek-moyang mereka itu tidak mengetahui apa-
apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? Hai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila
kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali scmuanya, maka
Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Al-Qur'an, Al-
Maidah, 5:104-105).

Jahatnya kesesatan itu adalah sedemikian rupa, sehingga semua orang-orang bodoh di
setiap zaman terkena cengkamannya. Kesesatan selama-lamanya telah mencegah mereka
menerima bimbingan dari utusan-utusan Allah. Ketika Musa a.s. mengajak kaumnya
untuk mengikuti Syari'ah Allah, mereka menjawab:

“Mereka berkata: ‘Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari
apa yang kami dapati nenek-moyang kami mengerjakannya?...’ ”
(Al-Qur'an, Yunus, 10: 78)

Ketika Ibrahim a.s. memujuk kaumnya untuk meninggalkan kepercayaan syirik,
“Mereka menjawab: ‘Kami mendapati bapa-bapa kami menyembahnya (patung-
patung)’”, (Al-Quran, 21:53).

Begitulah, masyarakat selalu mengatakan hal yang sama kepada setiap rasul: “Apa
yang kamu itu bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh nenek-
moyang kami; karena itu kami tidak boleh menerimanya” Demikianlah, dikatakan
dalam al-Qur'an:

“Dan demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan
pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapa-bapa kami menganut suatu agama
dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak  mereka. (Rasul itu) berkata:
‘Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama)
yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapa-bapamu
menganutnya?’ Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami mengingkari agama yang
kamu diutus untuk menyampaikannya’. Maka Kami binasakan mereka maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
(Al-Qur'an, az-Zukhruf, 43:23-25).

Setelah mengemukakan fakta-fakta ini, Allah Yang Maha Kuasa mengatakan: "Kamu
ikuti nenek-moyang kamu atau kamu laksanakan perintah-perintah Kami. Pilih salah
satu". Karena kedua hal ini, memang, tidak boleh berdampingan bersama-sama. Bila
anda mau menjadi seorang Muslim, anda harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh
Allah dan membuang yang lain-lain.

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah’.
Mereka menjawab: ‘(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapa-bapa kami mengerjakannya'. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapa-bapa
mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala
nyala (neraka)? Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kukuh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan. Dan
barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada
Kamilah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati”.
(Al-Qur'an, Luqman, 31:21-23).

3. Kepatuhan kepada selain Allah

Itulah tadi jalan yang kedua menuju kesesatan. jalan yang ketiga, seperti dinyatakan di
dalam al-Qur'an, adalah apabila manusia mengetepikan perintah-perintah Allah, lalu
mentaati perintah-perintah manusia dengan bermacam-macam alasan, misalnya “karena
bapa kepada anu adalah seorang besar, maka kata-katanya mestilah selalu baik”, atau
“karena rezeki saya tergantung pada orang itu, maka saya harus patuh kepadanya”, atau
“karena orang itu mampu menghancurkan hidup saya dengan perkataannya, dan mampu
menjamin saya masuk syurga, maka apa yang dikatakannya pastilah benar”, atau “karena
bangsa anu adalah bangsa yang maju, kita harus meniru cara-cara yang dipakainya", dan
sebagainya. Dengan diajukannya alasan-alasan seperti ini, tertutuplah pintu petunjuk
Tuhan.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah...” (Al-Qur'an, al-An’am, 6:116)


Ayat ini berarti bahwa manusia hanya boleh tetap berada di jalan yang benar, bila ia
percaya seratus peratus kepada Satu Tuhan. Bagaimana manusia boleh bertemu jalan
yang benar kalau ia percaya kepada ribuan tuhan, dan sebagai akibatnya, sekali
waktu ia harus mematuhi tuhan ini dan sekali waktu tuhan yang lain?

Sekarang anda tahu bahwa ada tiga sebab seseorang menjadi sesat :

Pertama : Menjadi hamba kepada diri sendiri.
Kedua : Menjadi hamba kepada adat kebiasaan nenek-moyang, keluarga dan suku
bangsa.
Ketiga : Menjadi hamba kepada manusia pada umumnya, termasuk orang-orang,
 kaya, pemerintah yang berkuasa, ulama-ulama dan kiyai-kiyai palsu,
bangsa-bangsa yang sesat, dan unsur-unsur lain yang seperti itu.

Itulah berhala-berhala besar yang selalu menjadi sembahan-sembahan manusia. Maka
barangsiapa yang mau menjadi seorang Muslim yang sebenar, mestilah ia
menghancurkan ketiga-tiga jenis berhala itu terlebih dahulu. Setelah itu barulah ia boleh
menyebut dirinya seorang Muslim sejati. Kalau tidak, sulit baginya untuk disebut sebagai
hamba Allah. Mungkin saja, dengan menjalankan solat lima kali sehari, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan menunjukkan tingkahlaku sebagai seorang Muslim ia boleh
menipu orang kebanyakan, dan memujuk dirinya sendiri, bahwa ia adalah seorang
Muslim, namun ia tak mungkin bisa mengelabui Allah.