Friday 14 June 2013

FIQH PUASA RAMADHAN

I. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Ramadhan

Sebelum menjalankan ibadah Ramadhan, ada beberapa hal yang perlu dipahami. Di antaranya:

Puasa Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya adalah fardhu (wajib) yang datang langsung dari Tuhan Pencipta, Allah Ta’ala.
Allah mensyari’atkan puasa dan berbagai ibadah Ramadhan sebagai salah satu program yang harus dilewati setiap Muslim dan Mukmin dalam pembentukan karakter taqwa meraka. (QS. Al-Baqarah : 183).
Ancaman keras bagi orang-orang beriman yang tidak melaksanakan ibadah Ramadhan, khususnya ibadah puasa seperti yang dijelaskan Rasul saw:
Ikatan dan basis agama islam itu ada tiga. Siapa yang meninggalkan salah satu darinya, maka ia telah kafir, halal darahnya: Syahadat Laa ilaaha illallah, sholat fardhu (5X sehari) dan puasa Ramadhan. (HR. Abu Ya’la dan Dailami).
Dalam hadits lain Rasul saw. bersabda :
Siapa berbuka satu hari dalam bulan Ramadhan tanpa ada ruhkshah (faktor vang membolehkan berbuka / dispensasi) dari Allah, maka tidak akan tergantikan kendati ia melaksanakan puasa sepanjang masa. (H.R. Abu Daud, Ibnu Majad dan Turmuzi).
Ramadhan memiliki aturan main yang perlu ditaati, agar proses dan pelaksanaan ibadahnya, khususnya puasa Ramadhan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

II. Hukum Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya wajib atas setiap Muslim dan Muslimah yang sehat akalnya (tidak gila) dan telah mukallaf (umur remaja), tidak dalam keadaan musafir dan sakit. Khusus bagi wanita, tidak dalam keadaan haidh dan nitas.

Tentang wajibnya puasa, Allah menjelaskannya dalam surat Al-Baqarah : 183, “Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atasmu sekalian puasa itu (shaum Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang hertaqwa“.

Dalam sebuah hadits dijelaskan, Rasul saw bersabda : “Sesungguhnya Islam itu dibangun di atas lima (dasar). Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad itu adalah utusan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan dan menunaikan haji.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu, Rasulullah saw mewanti-wanti umatnya agar sekali-kali jangan meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang dibolehkan. Dalam salah satu haditsnya, Rasul saw bersabda : “Ikatan dan kaedah agama Islam itu ada tiga. Diatasnya dibangun Islam. Siapa meninggalkan salah satu darinya maka ia kafir, halal darahnya (karena sudah dihukumkan kepada orang murtad), syahadat La ilaalia illallah, sholat yang difardhukan dan puasa Ramadhan“. (HR Abu Ya’la dan Dailami)

III. Rukun Puasa

Setiap ibadah dalam Islam ada rukunnya agar ibadah itu bisa tegak dan berjalan dengan benar. Demikian juga dengan puasa Ramadhan. Rukunnya ada dua :

1. Niat.
Niat adalah faktor pertama yang akan menentukan sah atau tidaknya ibadah seseorang. Setiap amal ibadah, baik wajib maupun yang sunnah akan bernilai di mata Allah jika didasari dengan niat. Niatnya harus hanya karena Allah, tidak melenceng sedikitpun. Kemudian itu letaknya dalam hati, bukan dilafalkan (diucapkan dengan lisan), termasuk niat puasa Ramadhan harus dilakukan dalam hati. Waktunya sebelum terbit fajar.

2. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai mata hari tenggelam. (QS. Al-Baqarah : 187).

IV. Hal-Hal Yang membatalkan Puasa

Semua ibadah dalam Islam memerlukan syarat dan rukun agar ibadah tersebut sah dan bernilai di sisi Allah. Amal ibadah yang sudah sesuai syarat dan rukun tersebut bisa batal jika melanggar aturan atau terjadi hal-hal yang membatalkannya. Adapun yang membatalkan puasa terbagi dua. Pertama, hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib diqadha (diganti di hari-hari setelah Ramadhan). Kedua, adalah yang membatalkan puasa dan wajib qadha dan kafarat (denda).

Adapun yang membatalkan puasa dan wajib qadha saja ialah:

1. Makan dan minum dengan sengaja. Rasul saw bersabda : Siapa yang berbuka (makan dan minum) di siang hari bulan Ramadhan karena lupa maka tidak perlu diqadha (diganti pada hari di luar Ramadhan), dan tidak pula kaferat (denda). (HR. Daru Quthni, Baihaqi dan Hakim).

2. Muntah dengan sengaja. Rasul saw berkata: Siapa yang terpaksa muntah maka tidak wajib baginya mengqadha (puasanya). Namun siapa muntak dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha (puasanya). (HR. Ahmad, Abu Daud dan Titmizi)

3. Haidh/menstruasi dan nifas (melahirkan), kendati terjadi sesaat sebelum berbuka. Ini yang disepakati oleh jumhur Ulama.

4. Mengeluarkan sperma dengan sengaja baik dengan cara onani/masturbasi ataupun dengan pasangan/istri.

5. Memakan apa saja yang tidak lazim di makan, seperti plastik dan sebagainya.

6. Yang berniat membatalkan puasanya di siang hari. Dengan demikian dia sudah batal puasanya kendati dia tidak makan atau minum.

7. Jika dia makan, minum atau bercampur suami istri menduga waktu berbuka sudah masuk. Ternyata belum masuk. Dia wajib mengqadhanya.
Adapun yang membatalkan puasa dan harus diqadha dan kafarat menurut jumhur Ulama adalah berhubungan suami istri dengan sengaja. Tidak ada perbedaan antara suami dan istri, keduanya harus menjalankannya. Adapun kafarat bagi yang berhubungan suami istri ialah memerdekakan budak. Jika tidak sanggup, puasa 2 bulan berturut-turut. Jika tidak mampu memberi makan fakir miskin sebanyak 60 orang, seperti yang dijelaskan dalam salah satu hadits Rasul saw. yang diriwayatkan imam Bukhari.

V. Adab Melaksanakan Puasa

Sebagaimana semua ajaran Islam itu ada adab atau kode etiknya, maka puasa juga ada adabnya. Di antaranya :

1. Sahur (Makan Sahur). Bersabda Rasul saw: Bersahurlah kamu sekalian karena sahur itu ada berkahnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Waktu sahur itu dari pertengahan malam sampai terbit fajar (saat waktu shalat subuh masuk). Tetapi diperlambat sampai mendekati terbit fajar lebih dianjurkan.

2. Menyegerakan berbuka, yakni setelah mengetahui waktu maghrib / tenggelam matahari maka segeralah berbuka. Bersabda Rasul saw: “Manusia senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka“. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Berdoa waktu berbuka dan sepanjang melaksanakan puasa. Dari Abdullah Bin Amr Bin Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Saw. berkata: “Sesungguhnya bagi orang yang sedang puasa saat berbuka doanya tidak ditolak“. (HR. Ibnu Majah) Dalam hadits lain Rasul bersabda : “Ada tiga doa yang tidak akan ditolak Allah; orang yang puasa sampai dia berbuka, imam (pemimpin) yang adil dan orang yang terzalimi (teraniaya)“. (HR. Tirmizi).

4. Menahan diri dari hai-hal yang bertentangan dengan puasa (menahan diri dari berbagai dorongan syahwat yang halal dan yang haram), karena puasa adalah salah satu cara taqarrub pada Allah yang amat mahal. Sebab itu tidak sepantasnya puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, akan tetapi menahan semua apa saja yang akan mencederai nilai-nilai mulia yang ada dalam puasa.

5. Bersiwak dengan kayu siwak atau benda lain yang menyucikan mulut seperti sikat gigi.

6. Berjiwa dermawan dan mempelajari Al-Qur’an. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata : “Adalah Rasul saw orang yang paling dermawan. Namun, di bulan Ramadhan lebih dermawan lagi ketika bertemu Jibril. Beliu liqo (bertemu) Jibril setiap malam dari bulan Ramadhan, maka Beliau belajar Al-Qur’an dari Jibril. Maka Rasul saw dalam kedermawanannya lebih cepat dari angin kencang“. (HR. Bukhari)

7. Bersungguh-Sungguh Beribadah Pada 10 Hari Terakhir Ramadhan. Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata bahwa Nabi saw apabila masuk 10 hari terakhir Ramadhan Beliau menghidupkan sepanjang malam (dengan ibadah), membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. (HR. Bukhari)

VI. Siapa Saja yang Dapat Dispensasi Berbuka, Tapi Wajib Membayar Fidyah (Denda)?

Kendati puasa itu wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah yang berakal dan sudah baligh (remaja), tetapi Allah memberikan keringanan kepada orang-orang yang termasuk ke dalam kategori berikut:

1. Orang-orang yang sudah tua renta.

2. Orang-orang sakit yang kecil kemungkinan dapat sembuh.

3. Para pekerja keras di pelabuhan, bangunan dan sebagainya yang tidak punya sumber kehidupan lain selain pekerjaan tersebut. Syaratnya ialah jika mereka puasa mereka akan mengalami kesulitan atau beban fisik yang sangat kuat sehingga menyulitkan mereka melaksanakan pekerjaan. Namun bagi yang kuat, maka puasa lebih baik.
Ketiga golongan / kategori tersebut mendapatkan dispensasi untuk tidak puasa di bulan Ramadhan. Akan tetapi. mereka wajib membayar fidyah (denda) sebanyak satu liter makanan / beras untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Makanan / beras tersebut diberikan kepada orang-orang miskin yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka.
Terkait wanita hamil dan menyusui, menurut imam Ahmad dan Syafi’i, jika mereka puasa itu berefek buruk terhadap janin dan anak mereka, maka mereka dapat dispensasi tidak puasa, tapi mereka harus mengqadhanya serta membayar fidyah. Namun, jika puasa itu hanya berimplikasi negatif terhadap diri mereka saja atau terhadap anak mereka saja, maka mereka hanya wajib mengqadhanya. Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa pengaruh negatif tersebut haruslah berdasarkan pendapat ahli kesehatan yang amanah secara keilmuan dan ketaqwaannya.

VII. Siapa Saja Yang Dapat Dispensasi Berbuka, Tapi Wajib Qadha’ (menggantinya dihari lain)?

Adapun golongan yang mendapat dispensasi puasa akan tetapi mereka harus membayar / mengqadha’ pada hari yang lain di luar bulan Ramadhan ialah orang yang sakit dan tidak kuat untuk menunaikan puasa dan juga yang sedang musafir/ perjalanan. Dalam sebuah hadits dijelaskan: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘atihu dia berkata : Dulu kami berperang bersama Rasul saw di bulan Ramadhan. Di antara kami ada yang puasa dan ada yang berbuka. Bagi yang puasa tidak mempengaruhi yang berbuka dan bagi yang berbuka tidak mempengaruhi yang puasa. Kemudian hagi yang melihat dirinya kuat menjalankan puasa dia lakukan dan itulah yang terbaik baginya dan bagi yang merasa dirinya lemah, maka ia berbuka, itulah yang terbaik baginya“. (HR. Ahmad dan Muslim)

VIII. Siapa Saja yang Wajib Berbuka dan Wajib Qadha’ atasnya?

Di samping dua kondisi di atas ada lagi kondisi lain terkait puasa Ramadhan, yakni orang-orang yang wajib berbuka dan wajib qadha’. Mereka adalah wanita Muslimah yang sedang menstruasi / haidh dan melahirkan. “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata : Kami saat haidh di masa Rasul saw diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat“. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tuesday 11 June 2013

SOLAT DAN PEMBINAAN MENTAL

Saudara-saudara sesama Muslim!

Bayangkanlah seorang yang mendengar suara adzan lima kali sehari dan merasakan
bahwa sesuatu yang besar sedang dipersaksikan, dan bahwa kita semua diseru untuk
menghadap Maharaja yang sangat perkasa dan berkuasa. Seorang yang setiap kali
mendengar seruan ini meninggalkan semua pekerjaannya dan berlari menghadap Wujud
yang Maha Agung tersebut, yang dipandangnya sebagai Junjungannya serta Junjungan
seluruh alam semesta ini. Seorang yang setiap kali mau mengerjakan solat mensucikan
tubuh dan jiwanya dengan wudhu' dan mengerjakan perbuatan-perbuatan dalam solat dan
membaca bacaan-bacaannya dengan penuh pengartian. Bagaimana mungkin rasa takut
kepada Allah tidak akan timbul dalam hatinya, bagaimana ia tidak merasa malu
melanggar perintah-perintah Allah? Bagaimana mungkin jiwanya tidak akan gementar
setiap kali menghadap Allah, mengingat dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan yang
diperbuatnya? Bagaimana mungkin seorang yang mengatakan patuh dan menghamba
kepada Allah, dan percaya bahwa Dia adalah penguasa hari pengadilan, dalam
mengerjakan urusan dunianya ia berdusta,berlaku tidak jujur, merampas hak orang lain,
menyuap dan menerima suap, memberi dan mengambil riba, merugikan dan menyakitkan
hati sesama manusia, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh dan
bertentangan dengan hukum, sedang ia masih pergi menghadap Tuhan berulang-ulang,
dengan membawa semua dosa-dosa ini dan tidak malu mengulang-ulangi pengakuannya
bahwa ia adalah hambaNya yang setia dan patuh? Duhai, bagaimana mungkin bahwa
setelah mengucapkan pernyataan "hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya
kepadaMu kami mohon pertolongan", tiga puluh enam kali di hadapan Allah dengan
penuh kesadaran, lalu pergi menyembah tuhan-tuhan lain di samping Allah dan
mengulurkan tangan memohon pertolongan kepada mereka? Apabila sekali kita telah
membuat pelanggaran setelah membuat pernyataan itu, maka di saat kita menghadap
Allah untuk kedua kalinya, hati nurani kita akan mencela dan marah, kita pasti akan
merasa malu. Celaan itu akan lebih keras pada pelanggaran yang kedua, dan hati kita
akan mengutuk kita dari dalam diri kita. Bagaimana boleh terjadi bahwa di sepanjang
hidup kita, kita terus menerus melakukan solat lima kali sehari, Tetapi akhlak kita
tetap bengkok, perbuatan-perbuatan kita tetap tidak benar, dan hidup kita tidak berubah
secara mendasar? Dengan alasan ini Allah menerangkan ciri solat yang benar, yakni,
"Sesungguhnya solat itu mencegah manusia dari perbuatan yang tidak senonoh dan
dari kejahatan". Maka bila ada orang yang tidak terpengaruh oleh proses pembersihan,
pem-baharuan dan penyegaran yang demikian kerasnya, maka itu adalah karena
perangainya yang buruk, bukan karena kesalahan solat itu. Bukan salah air dan sabun bila
orang tidak mau putih tetapi salah hitamnya jua.

Saudara-saudara!

Jadi ada kekurangan besar dalam solat kita. Dan kekurangan itu adalah bahwa kita
tidak memahami apa yang kita baca dalam solat kita. Tetapi bila kita mau
menyediakan waktu sedikit saja, kita tentu akan bisa mengingati arti bacaan-bacaan
dan do'a-do'a tersebut dalam bahasa yang kita fahami. Dan keuntungannya adalah kita
akan memahami apa yang kita baca dalam solat kita itu.

Saturday 1 June 2013

APA YANG KITA BACA DALAM SOLAT?

Saudara-saudara sesama Muslim!

Dalam khutbah yang telah lalu, saya sudah menjelaskan bagaimana solat mempersiapkan
manusia untuk melaksanakan ‘ibadat kepada Allah, yakni penghambaan dan kepatuhan
kepadaNya. Apa yang telah saya katakan tentang dengan solat tentu telah dapat kita
fahami. Seandainya seseorang mengerjakan solat secara teratur dan sadar bahwa hal itu
adalah wajib dan merupakan perintah Allah, walaupun ia tidak mengerti arti bacaan-
bacaan solat itu, namun rasa takut kepada Allah dan percaya bahwa Allah ada di mana-
mana dan selalu melihatnya, serta yakin bahwa suatu hari nanti ia akan dihadapkan
kepada pengadilanNya, maka semua fakta-fakta tersebut akan selalu terpelihara di dalam
hatinya. Kepercayaan bahwa ia hanyalah budak kepada Allah, bukan budak dari siapa-
siapa selainNya dan bahwa hanya Allahlah Penguasa dan Raja yang sebenarnya, akan
selalu hidup dalam hatinya. Kebiasaan taat menjalankan kewajiban dan kesungguhan
untuk melaksanakan perintah-perintah Allah akan tumbuh dalam dirinya. Semua sifat-
sifat yang perlu untuk mengubah seluruh hidup manusia menjadi penghambaan dan
peribadatan kepada Allah akan secara automatik berkembang dalam dirinya.

Sekarang saya ingin menekankan fakta bahwa bila orang tersebut mengerjakan solat
dengan penuh pengertian akan artinya, dan pemahaman akan bacaan-bacaannya, maka
bayangkanlah betapa besar pengaruh yang akan ditimbulkannya terhadap fikiran-
fikirannya, kebiasaan dan wataknya, dan betapa jauh kekuatan imannya akan
berkembang, serta betapa hidupnya akan memiliki bentuk dan gaya yang baru.

ADZAN DAN PENGARUHNYA

Pertama-tama, marilah kita teliti masalah adzan. Selama sehari semalam kita diseru lima
kali dengan kata-kata berikut:

Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allah maha Besar, Allah maha Besar.

Asyhadu anla ilaha illallah.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Asyhadu anna M.uhammadarrasulullah.
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Hayya 'alas solah.
Mart mengerjakan solat.

Hayya 'alal falah.
Mari menuju kejayaan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.

La ilaha illallah.
Tidak ada Tuhan selain Allah.

Lihatlah, betapa kuatnya panggilan ini! Betapa suara ini bergema lima kali sehari dan
mengingatkan kita bahwa "semua orang besar di dunia ini yang mendakwa diri sebagai
penguasa-penguasa adalah pembohong-pembohong belaka. Di seluruh langit dan bumi
hanya ada satu Wujud yang memiliki sifat kebesaran, dan hanya Dialah yang patut dipuja
dan disembah. Marilah kita menyembahNya. Dalam menyembahNya saja terletak
kejayaan kita di dunia dan di akhirat". Siapakah yang tidak akan tergugat hatinya
mendengar seruan-seruan ini? Bagaimana mungkin seseorang yang punya iman dalam
hatinya akan diam, acuh tidak acuh saja, mendengarkan seruan yang demikian perkasa,
dan tidak segera datang untuk bersujud di hadapan Allah?

WUDHU'

Ketika mendengar seruan adzan kita bangkit dari tempat duduk kita, dan pertama sekali
kita harus memeriksa apakah tubuh kita bersih atau tidak, apakah kita sudah
berwudhu' atau belum. Ini menunjukkan bahwa kita sadar bahwa pergi menghadap
Allah, Penguasa alam semesta adalah berbeda jauh sekali dengan urusan-urusan
keduniaan. Selain solat, semua pekerjaan-pekerjaan lain dapat dilakukan dengan keadaan
bagaimanapun juga. Tetapi untuk solat, adalah sangat tidak sopan untuk melakukannya
tanpa tubuh dan pakaian yang bersih, dan di atas semuanya, tanpa kesucian yang lebih
tinggi, yakni wudhu'. Dengan perasaan ini kita mulaMula memeriksa kebersihan badan
kita, lalu mengerjakan wudhu'. Apabila dalam berwudhu' itu kita mengingati Allah, dan
setelah selesai mengerjakannya kita membaca do'a yang diajarkan oleh Rasullullah saw,
maka tidak hanya badan kita saja yang bersih, Tetapi juga hati kita pun akan bersih
pula. Do'a tersebut ialah:

Asyhadu an-La ilaha illallahu wahdahu La syarika lahu waasyhadu anna muhammadan
'abduhuu wa rasuuluhu, allah-ummaj'alni minattawwabiina waj 'lni minal mutathahhirin.
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah sendiri, tidak ada sekutu bagiNya;
dan aku bersaksi bahwa Muham-mad adalah hamba dan UtusanNya. Ya Allah,
jadikanlah aku orang yang bertaobat dan jadikanlah aku orang yang suci".

TAKBIR

Setelah itu kita berdiri untuk melakukan solat dengan muka menghadap qiblat. Dalam
keadaan bersih dan rapi, kita berdiri di hadapan Penguasa alam semesta. Pertama-tama,
kita mengucapkan kata-kata:

Allahu Akbar.
"Allah Maha Besar".

Dengan pernyataan yang agung ini, kita mengangkat kedua tangan kita ke atas hingga
sampai ke telinga kita, seolah-olah kita melepaskan diri dari bumi dan semua yang ada
padanya. Lalu kita melipatkan tangan ke dada, hingga kita sekarang berdiri dengan
khidmat di hadapan Penguasa kita dengan tangan terlipat. Setelah itu kita memuji Allah
dengan kata-kata berikut:

TASBIH

Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa
ta 'ala jadduka wa la ilaaha ghairuk.
"Ya Allah, Maha Suci dan Maha terpujilah Engkau, Maha
Berkahlah NamaMu, Maha Tinggi KebesaranMu, dan tiada
Tuhan selain Engkau".

TA'AWWUDZ (BERLINDUNG KEPADA ALLAH)

A'udzubillahi minash shaithanirrajim.

"Aku berlindung kepada Allah dari gangguan dan kejahatan syaitan yang terkutuk".

BISMILLAH (DENGAN NAMA ALLAH)

Bismillahirrahmaniirahim.

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang".

HAMD (PUJIAN BAGI ALLAH)

Alhamdu lillahi rabbil 'alamin. Arrahmanirrahim. Malikiyaumiddin. Iyyaka na'budu wa
iyyaka nasta 'in. Ihdinashshira-thal mustaqima. Shirathalladzina an'amta 'alaihim.
Ghairilmaghdhubi 'alaihim wa ladhdhallin.

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pengasih,
Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
(Iaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi ni'mat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
(Al-Qur'an, al-Fatihah,1:2-7)

"Amin! Ya Allah kabulkan do'a kami ini".

Sesudah itu kita membaca beberapa ayat al-Qur'an, yang masing-masing mengandungi
kebijaksanaan dan memiliki keindahan sendiri. Ayat-ayat al-Qur'an mengandungi
pengajaran-pengajaran, peringatan-peringatan, dan pelajaran-pelajaran, serta pengarahan
bagi kita untuk menuju jalan yang benar yang kita mohonkan dalam surah al-Fatihah.

BEBERAPA SURAH AL-QUR'AN
1. Al-'Ashr

Wal'ashri. Innal insana lafi khusrin. Illalladzina amanu wa’amilush shalihati wa tawa
shaw bil haqqi watawa shaw bishabbri.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalam soleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(Al-Quran, al-Ashr, 103:1-3)

Surah ini mengajarkan kepada kita bahwa satu-satunya jalan bagi manusia untuk
selamat dari kehancuran dan kegagalan adalah iman dan amal saleh. Tetapi ini juga tidak
cukup. Harus ada kelompok orang-orang beriman dan yang saling tolong-menolong
dalam menjaga keutuhan din, dan dalam menegakkan din tersebut.

2. AI-Ma'un

Ara-aitalladzi yukadzdzibu biddin. Fadzalikalladzi yadu'-'ulyatim. Wa Ia yahudhdhu 'ala
tha'amil miskin. Fawailul lilmushallin. Alladzina hum 'an solatihim sahun. Alladzina
humyuraun. Wa yamna 'unal ma 'un.
"Tahukah kamu (orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang mengherdik anak
yatim, dan tidak memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang solat, (iaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya; orang-orang yang berbuat riya,
dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al-Qur'an, al-Ma'un,107:1-7).

Surah ini mengajarkan kepada kita bahwa menolong anak-yatim dan orang miskin
adalah keperluan dari ajaran sosial Islam. Tanpa ini manusia secara sosial tidak akan
boleh bertemu dan menempuh jalan Allah yang lurus.

3. Humazah

Wailul li kulli humazatil lumazah, Alladzi jama 'a ma law wa 'addadah. Yahsabu anna
ma lahu akhladah. Kalla layunbadzanna fil huthamah. Wa ma adrakamal huthamah.
Narullahil muqadah, Allati taththali'u 'alal af'idah. Innaha 'alaihim mu 'shadah. Fi
'amadim mumaddadah.

"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta lagi
menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali
tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah. Dan
tahukah kamu apa huthamah itu? (iaitu) api(yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
yang (naik) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang
mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang".
(Al-Qur'an, al-Humazah, 104:1-9)

Pendeknya, surah yang mana pun dari al-Qur'an yang kita baca dalam solat akan
memberikan kepada kita suatu pengajaran atau bimbingan dan menunjukkan kepada
kita perintah-perintah Allah yang harus kita ikuti di dunia ini.

RUKU' (MEMBONGKOK)

Setelah membaca ayat-ayat yang berisi pengajaran itu kita mengucapkan Allahu Akbar,
dan melakukan ruku'. Dengan menempatkan kedua tangan kita pada lutut, kita
membongkok di hadapan Allah dan mengucapkan:

Subhaana rabbial azim.

"Maha Suci Penguasaku yang Maha Agung'.

Sebanyak tiga, lima atau tujuh kali.
Kemudian kita berdiri tegak lagi dan mengucapkan:

Sami allahu liman hamidah.

"Allah mendengarkan kepada orang yang memujiNya”.

SUJUD

Kemudian, dengan mengucap Allahu Akbar kita bersujud dan mengucapkan beberapa
kali:

Subhana rabbial a 'la

"Maha suci Tuhanku yang Tinggi dan Luhur"

AT-TAHIYYAT (PENGHORMATAN)

Kemudian kita mengangkat kepala dengan mengucapkan Allahu Akbar dan duduk
dengan khidmat lalu membaca:

Attahiyyatu lillahi washshalawatu waththayyihatu, assalamu'alaika ayyuhan-nabiyu wa
rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu 'alaina wa '-ala 'ibadullahishshalihin. Asyhadu
anla ilaaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu waRasuluh.

"Segala penghormatanku, do'a-do'a, dan semua hal yang baik adalah bagi Allah.
Semoga salam dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi, juga rahmat Allah dan berkahNya.
Semoga salam dilimpahkan kepada kami dan juga kepada semua hamba-hamba Allah
yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku juga bersaksi
bahwa Muhammad adalah Utusan Allah".

Sambil memberikan kesaksian ini, kita menaikkan telunjuk kita. Karena dalam solat,
hal ini merupakan pernyataan keimanan kita, dan perlu dilakukan untuk memberi
tekanan khusus dalam mengucapkan pernyataan iman kita itu. Setelah itu kita
membaca shalawat untuk Rasulullah saw.

SHALAWAT

Allahumma shalli ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammadin kama shallaita 'ala
Ibrahima wa ala ali Ibrahima innaka hami-dum majid. Allahumma barik 'ala
Muhammadin wa 'ala ali Muhammadin kama barakta 'ala Ibrahima wa 'ala ali Ibrahima
innaka hamidum majid.

"Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammaddan keluarganya
sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan
keluarganya. Sungguh, engkau Maha Terpuji dan Maha Luhur. Ya Allah, limpahkanlah
berkah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan
berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sungguh engkau Maha Terpuji dan Maha
Luhur".

Setelah membaca shalawat ini kita berdo'a kepada Allah;

DO'A (PERMOHONAN)

Allahumma innii a 'uzu bika min azabi jahannam wa a 'uzubika min 'azabil qubri wa
a'uzu bika minfitnatilmasihiddaj-jal wa a 'uzu bika min fitnatil mahya wal mamati wa a
'uzubika minal maa-sini wal maghrim.

"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari siksa jahannam, aku berlindung kepadaMu
dari siksa kubur, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan dajjal yang menyesatkan,
yang merajalela di dunia, dan aku berlindung kepadaMu dari kejahatan dalam
hidup dan kematian. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tanggungjawab perbuatan
dosa dan hutang budi".

SALAM (UCAPAN KESELAMATAN PADA WAKTU MENGAKHIRI SOLAT)

Setelah membaca do'a tersebut di atas, selesailah solat. Sekarang kita akan
mengundurkan diri dari hadapanNya, dan apakah hal pertama yang akan kita lakukan di
saat kita mau mengundurkan diri ini? Kita menolehkan kepala ke sebelah kanan dan
kiri dan memohonkan keselamatan dan rahmat bagi semua yang hadir dan juga bagi
seluruh makhluk:

Assalamu 'alaikum vwa rahmatullah

"Semoga keselamatan dan rahmat dilimpahkan Allah kepadamu".

Ini adalah seperti khabar baik yang kita bawa kepada dunia sekembali kita dari hadrat
Allah.

Yang tersebut di atas itu adalah solat yang kita lakukan diwaktu fajar di saat kita
bangun dari tidur sebelum kita memulakan pekerjaan sehari-hari kita. Kemudian
setelah sibuk selama beberapa jam dalam sesuatu pekerjaan, kembali kita datang ke
hadapan Allah pada tengah hari untuk melakukan solat lagi. Kira-kira tiga jam kemudian,
kembali kita solat lagi di petang hari. Setelah beristirehat dan atau bekerja lagi sampai
matahari terbenam, sekali lagi kita solat kembali. Dan akhirnya, setelah bebas dari
kesibukan dunia kita, maka sebelum kita tidur, kita menghadap ke hadrat Allah
kembali untuk yang terakhir kalinya. Apabila kita masih merasa kuat, kita mungkin
menambah solat yang terakhir ini dengan solat Witir, di mana pada rakaat yang terakhir
kita mengucapkan pernyataan ikatan yang teguh dengan Allah, yang disebut Du'a-i-
qunut. Qunut berarti pengakuan akan kerendahan diri, kehinaan dan penghambaan
terhadap Allah. Dengarkanlah kata-kata yang kita pakai dalam pernyataan itu.

Do'a-Qunut

Allahumma inna nasta'inuka wa nastaghfiruka wa nu'minu-bika wa natawakkalu 'alaika al
khaira wa nasykuruka wa lanakfuruka wa nakhla'u wanatruku manyyafjuruk.
Allahummaiyyaka na 'budu wa laka nushalli wa nasjudu wailaika nas 'a wa nahfidu wa
narju rahmataka wa nakhsya atabaka innaazabaka bil kuffari mulhiq,

"Ya Allah, kami meminta pertolongan kepadaMu dan memohon ampun kepadaMu, kami
beriman kepadaMu dan bertawakal kepadaMu serta memuji hanya kepadaMu. Kami
bersyukur kepadaMu dan tidak mengingkari ni'matMu. Kami akan memutuskan
hubungan dan meninggalkan orang yang membangkang kepada perintahMu, Ya Allah.
Ya Allah, hanya kepadaMu kami menghamba; kepadaMu kami mengerjakan solat dan
sujud; Engkaulah yang kami tuju, dan redhaMu lah yang kami cari. Kami mengharap
rahmatMu dan takut pada siksaanMu. Sungguh, siksaanMu yang pedih akan menimpa
mereka yang kafir.