Tuesday 26 April 2016

SHOLAT DAN PEMBINAAN MENTAL

Saudara-saudara sesama muslim,

Bayangkanlah seorang yang mendengar suara adzan lima kali sehari dan merasakan bahwa sesuatu yang besar sedang dipersaksikan, dan bahwa kita semua diseru untuk menghadap Maharaja yang sangat perkasa dan berkuasa. Seorang yang setiap kali mendengar seruan ini meninggalkan semua pekerjaannya dan berlari menghadap Wujud yang Maha Agung tersebut, yang dipandangnya sebagai Junjungannya serta Junjungan seluruh alam semesta ini. Seorang yang setiap kali mau mengerjakan solat mensucikan tubuh dan jiwanya dengan wudhu' dan mengerjakan perbuatan-perbuatan dalam solat dan membaca bacaan-bacaannya dengan penuh pengartian. Bagaimana mungkin rasa takut kepada Allah tidak akan timbul dalam hatinya, bagaimana ia tidak merasa malu melanggar perintah-perintah Allah? Bagaimana mungkin jiwanya tidak akan gementar setiap kali menghadap Allah, mengingat dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya? Bagaimana mungkin seorang yang mengatakan patuh dan menghamba kepada Allah, dan percaya bahwa Dia adalah penguasa hari pengadilan, dalam mengerjakan urusan dunianya ia berdusta,berlaku tidak jujur, merampas hak orang lain, menyuap dan menerima suap, memberi dan mengambil riba, merugikan dan menyakitkan
hati sesama manusia, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh dan bertentangan dengan hukum, sedang ia masih pergi menghadap Tuhan berulang-ulang, dengan membawa semua dosa-dosa ini dan tidak malu mengulang-ulangi pengakuannya bahwa ia adalah hambaNya yang setia dan patuh? Duhai, bagaimana mungkin bahwa setelah mengucapkan pernyataan "hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan", tiga puluh enam kali di hadapan Allah dengan penuh kesadaran, lalu pergi menyembah tuhan-tuhan lain di samping Allah dan mengulurkan tangan memohon pertolongan kepada mereka? Apabila sekali kita telah membuat pelanggaran setelah membuat pernyataan itu, maka di saat kita menghadap Allah untuk kedua kalinya, hati nurani kita akan mencela dan marah, kita pasti akan merasa malu. Celaan itu akan lebih keras pada pelanggaran yang kedua, dan hati kita akan mengutuk kita dari dalam diri kita. Bagaimana boleh terjadi bahwa di sepanjang hidup kita, kita terus menerus melakukan solat lima kali sehari, Tetapi akhlak kita tetap bengkok, perbuatan-perbuatan kita tetap tidak benar, dan hidup kita tidak berubah secara mendasar?

Dengan alasan ini Allah menerangkan ciri solat yang benar, yakni, "Sesungguhnya solat itu mencegah manusia dari perbuatan yang tidak senonoh dan dari kejahatan". Maka bila ada orang yang tidak terpengaruh oleh proses pembersihan, pembaharuan dan penyegaran yang demikian kerasnya, maka itu adalah karena perangainya yang buruk, bukan karena kesalahan solat itu. Bukan salah air dan sabun bila orang tidak mau putih tetapi salah hitamnya jua.

Saudara-saudara!

Jadi ada kekurangan besar dalam solat kita. Dan kekurangan itu adalah bahwa kita tidak memahami apa yang kita baca dalam solat kita. Tetapi bila kita mau menyediakan waktu sedikit saja, kita tentu akan bisa mengingati arti bacaan-bacaan dan do'a-do'a tersebut dalam bahasa yang kita fahami. Dan keuntungannya adalah kita akan memahami apa yang kita baca dalam solat kita itu.