Thursday 28 November 2013

Hikmah Kisah Nabi Yunus as

Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari,
ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orangorang
yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan
tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia
dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis
labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka
beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga
waktu yang tertentu. (QS Ash Shaafaat:139-148)

Ayat-ayat ini mengisahkan saat Nabi Yunus a.s. meninggalkan umatnya.
Kemudian beliau naik ke sebuah kapal yang penuh dengan muatan. Karena
sesuatu hal yang mengancam keselamatan kapal, maka diputuskan untuk
mengurangi penumpang dengan cara melempar sebagian penumpang ke laut.
Untuk menentukan siapa yang akan dilempar ke laut, maka diadakan undian dan
Nabi Yunus a.s. kalah dan harus dilempar ke laut. Kemalangan tidak sampai di
sana, di laut beliau ditelan oleh seekor ikan yang besar. Beliau berdoa di dalam
perut ikan sampai pertolongan Allah datang. Beliau dilemparkan ke suatu daerah
yang tandus dan dalam keadaan sakit.

Setelah mengalami berbagai kemalangan dan kesulitan tersebut, akhirnya
pertolongan Allah SWT datang. Mulai ditumbuhkannya pohon labu dan diterima
oleh umat yang beriman. Suatu kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada
orang-orang yang bershabar atas segala ujian yang dihadapinya.
Oleh karena itu hendaknya kita semua selalu berpikir positif. Selalu yakin bahwa
ada hikmah dari setiap kejadian atau kondisi yang kita alami saat ini. Suatu
kesulitan bukan berati kita akan sulit selamanya. Ada kebaikan dan kemudahan
setelahnya, insya Allah.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS.Alam Nasyrah:5-6)

Dan belum tentu pula kesulitan yang kita hadapi merupakan gambaran dan
kehinaan kita,

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku" Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim. (QS. Al fajr:16-17)

Kesempitan rezeki bukan indikasi yang menunjukan kehinaan dan kesia-siaan.
Apapun kejadian yang menimpa kita, apabila hati kita penuh dengan iman, maka
kita insya Allah akan selalu berhubungan dengan Allah SWT dan mengerti apa
yang ada di sana. Harga diri seseorang dalam timbangan Allah SWT bukan
ditentukan oleh nilai-nilai lahiriah.

Kesulitan dan kegagalan bukanlah diri kita. “kesalahan kita” dan “kita” adalah
berbeda. Kesalahan adalah kesalahan, diri kita adalah diri kita. Maksudnya jika
kita melakukan kesalahan, bukan berarti diri kita orang yang selalu salah, kita
hanya membuat kesalahan saja, yang masih bisa kita perbaiki. Jangan putus
asa, jangan berhenti, teruslah maju.

Tuesday 26 November 2013

Hikmah Kemenangan Thalut

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya
Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya,
kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian
mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala
Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai
itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada
hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar." (QS Al Baqarah:249)

Dr. Ahzami S. Jazuli dalam menafsirkan ayat ini menekankan akan pentingnya
ujian lapangan bagi pengembangan diri. Beliau melanjutkan, di antara
keistimewaan Islam adalah adanya sinkronisasi antara mitsali dan waqii (antara
idealita dengan realita). Penyebab kemenangan pasukan Thalut lainnya ialah,
karena yang ada dalam benak pengikut Thalut yang minoritas ketika mereka
berperang: tujuan mereka adalah bertemu dengan Allah SWT. Menurut Dr.
Ahzami, mereka paham bahwa kemenangan bisa diraih hanya semata-mata atas
ijin Allah, bukan kepiawaian berperang. Kemudian beliau menambahkan,
kesabaran adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kemenangan.

Penafsiran Dr. Ahzami sangat selaras seperti apa yang seperti penafsiran
Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilalil Quran, Sayyid mengatakan:
Kekuatan yang tersimpan (tersedia) di dalam jiwa itu tidak lain adalah iradah
(kemauan, tekad, kehendak), yaitu iradah yang dapat mengendalikan syahwat
dan keinginan, yang tegar menghadapi kesulitan dan penderitaan, yang mampu
mengungguli semua kebutuhan dan keperluan, yang lebih mengutamakan
ketaatan dan mengemban tugas-tugas dan tanggung jawabnya sehingga mampu
melewati ujian demi ujian.

Selanjutnya Sayyid Quthb mengatakan bahwa tentara yang diperlukan itu bukan
sekedar jumlahnya besar, tetapi haruslah dengan hati yang kokoh, kemauan
yang mantap, iman yang teguh, dan konsisten di atas jalan yang lurus. Itulah
yang menjadi bekal bagi Thalut beserta pasukannya dalam mengalahkan Jalut
dan tentaranya.

Kalau begitu, kita tidak usah mundur sedikit pun untuk meraih sukses yang
besar, meski sumber daya kita terbatas. Mungkin modal materi kita kurang.
Mungkin kita tidak memiliki karyawan profesional. Mungkin kita kurang memiliki
ilmu yang memadai, tetapi seperti pasukan Thalut, meskipun dengan segala
keterbatasan bisa memenangkan pertempuran jika bermodalkan hati yang
kokoh, kemauan yang mantap, iman yang teguh, serta konsisten dijalan yang
lurus.

Thursday 21 November 2013

Jangan Lemah

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman. (QS.Ali 'Imraan:139)

Sungguh malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung
bersikap lemah. Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan
berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalahkan orang lain,
lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini hanyalah bukti
kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang
muncul.

Padahal Allah melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar
sekokoh batu karang dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang
menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita
sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita.
Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi
kita. Berharap belas kasihan? Tidak dijamin, malah bisa saja kita malah
ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan malah memadamkan api energi dalam
tubuh kita untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam ini justru akan membuat
masalah berlarut-larut?

Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak
mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang
justru akan menambah kesemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah
kita akan gamang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan
peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah.
Bangkitlah kawan, hapus air matamu, dan kuatkan dirimu.

Wednesday 20 November 2013

Hanya Mengharap Ridha Allah

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al Insaan:9)

Inilah ciri orang yang melakukan kebajikan, memberi makan kepada fakir miskin
hanyalah untuk mengharap ridha Allah semata. Sering kali saat kita berbuat
sesuatu, kita malah dikritik pedas oleh orang lain. Sering kali saat kita berbuat
baik, bukannya mendapatkan terima kasih, tetapi malah dihina. Bahkan tidak
sedikit orang yang berjuang malah mendapatkan fitnah.

Kita tidak akan membicarakan mereka yang tidak suka kepada orang-orang yang
berbuat baik. Kita fokuskan saja kepada diri kita sendiri. Jangan sampai
kehadiran orang-orang seperti ini menghambat kita berbuat baik. Kita hanya
mengharapkan keridhaan Allah, tidak peduli apakah orang yang kita tolong akan
berterima kasih kepada kita atau tidak.

Kita juga tidak usah memperdulikan orang yang malah mengkritik kebaikan kita.
Lebih baik dikritik karena berbuat kebaikan dari pada mengkritik yang berbuat
kebaikan tetapi tidak berbuat baik. Biarkan, teruskan berbuat kebaikan, teruskan
berjuang untuk orang lain, dan jangan berhenti untuk berkontribusi. Yang perlu
kita lakukan ialah menguatkan jiwa kita atas para pengkritik ini.

Begitu juga, kita mungkin mendapatkan fitnah, karena ada orang yang tidak suka
saat kita berbuat baik. Mereka memfitnah orang yang berbuat baik karena iri,
dengki, atau kedudukannya terancam. Teruskan berjuang, sebab yang kita kejar
adalah keridhaan Allah. Hanya keridhaan Allah.

Jangankan kita, para Nabi pun yang mulia, selalu mendapatkan perlakuan yang
jelek dari umatnya. Padahal para Nabi itu jelas akan menyelamatkan umatnya.
Tapi apa yang terjadi, dibunuh, disiksa, dan difitnah, padahal mereka itu adalah
orang-orang teragung yang diutus justru untuk menyelamatkan manusia. Apalah
kita, jika kita bebuat baik, tentu saja akan mendapatkan perlawanan yang tidak
sedikit pula.

Tuesday 19 November 2013

Jalan Keluar

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. (QS Ath Thalaaq:2)

Dan barang-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath Thalaaq:4)

Bagi orang bertakwa, bershabarlah, sebab kemudahan sudah menunggu kita.
Matahari akan terbit esok hari bersamaan dengan kemudahan atas segala
kesulitan, beban, dan kegagalan yang menimpa kita. Tidak usah risau dan
pesimis, karena kemudahan dan jalan keluar sudah dijanjikan Allah SWT kepada
kita. Yang kita perlu lakukan ialah dengan menambah ketakwaan kita, agar jalan
keluar dan kemudahan segera menghampiri kita.

Jadi, sepelik apapun masalah yang sedang kita hadapi, bertaqwalah kepada
Allah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselasaikan jika Allah memberikan
jalan keluar bagi kita. Jika kita bertaqwa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk
putus asa dan menyerah saat menghadapi masalah yang sangat rumit. Kata
Umar bin Khatab ra., jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjaga
kita.

Thursday 14 November 2013

Bencana

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. Al Hadiid:22)

Jika memang sudah kehendak Allah SWT, kita bisa apa? Yang terjadi, ya
terjadilah. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai bencana yang sudah
direncanakan Allah SWT, kita tidak bisa lari dari ketentuan-Nya, kita tidak
melawan-Nya, maka satu-satunya yang bisa kita lakukan ialah menerimanya.

Yang dimaksud menerima bukanlah dalam makna “nrimo”, tetapi kita
harus menyadari dan meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT.
Dia-lah yang Maha Berkuasa menetapkan apapun yang terjadi pada kita.
Menerima artinya kita mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, sebab
semuanya datang dari Allah, maka kita kembalikan kepada-Nya.

Jika kita sudah beriman akan ketentuan Allah, maka kita tidak lagi perlu larut
dalam kesedihan, penyelasalan, dan kebencian akan masalah, kesulitan,
musibah, dan kegagalan yang menimpa kita. Kita akan tenang menghadapi
usaha dan upaya kita, karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, itu
adalah sudah bagian dari ketentuan Allah SWT.

Jika hal ini sudah tertanam dalam jiwa, maka tidak ada lagi gundah, tegang,
resah, dan cemas di dalam hati kita. Kita akan menjalani hidup dengan penuh
optimis dan semangat, karena apa lagi yang harus kita cemaskan. Semuanya
sudah tertulis di Lauh Mahfudzh. Saat kesulitan menerpa, serahkan saja kepada
Allah SWT.

Wednesday 13 November 2013

Maafkanlah

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raaf:199)

Saat kita dilukai oleh seseorang tentu akan menyisakan luka pada diri kita.
Namun luka yang lebih berbahaya adalah luka di hati, luka secara emosional.
Luka emosional sering kali muncul saat kita diejek, direndahkan, dihina, atau
berbagai tindakan yang mengarah ke harga diri kita. Saat emosi kita luka, kita
akan sangat protektif, mengapa karena luka di atas luka lebih menyakitkan dari
pada luka baru.

Luka emosional akhirnya sering menjadi sabotase bagi diri kita untuk meraih
sukses. Kita takut gagal yang ujung-ujungnya takut diejek oleh orang lain. Kita
juga sering takut oleh anggapan dan perkataan orang lain. Ini adalah akibat luka
emosional yang masih ada dalam diri kita. Selama kita masih memiliki luka
emosional, kita akan tetap sangat protektif yang secara tidak langsung sesuatu
yang menyabotase diri Anda sendiri.

Seperti luka fisik, luka emosional juga bisa disembuhkan. Saat kita tertusuk duri,
agar jari kita sembuh, satu langkah penting ialah dengan mencabut duri yang
ada pada diri kita. Luka tersebut tidak akan sembuh jika kita tidak mencabut
durinya terlebih dahulu. Begitu juga dengan luka emosional, hanya akan sembuh
jika penyebab lukanya sudah kita cabut, caranya dengan memaafkan orang yang
membuat kita luka emosional.

Dengan memaafkan, luka emosional kita akan sembuh sehingga kita tidak akan
over protective lagi terhadap diri kita. Kita akan lebih tenang, tentram, sehat, dan
mendapatkan kedamaian pikiran. Tentu saja, memaafkan yang tulus, yang
benar-benar memaafkan tanpa syarat. Memaafkan yang seolah-olah orang yang
melukai Anda tidak pernah melukai Anda dimasa lampau, bahkan bisa jadi dia
adalah orang yang telah berjasa kepada kita karena memberikan peluang bagi
kita untuk mendapatkan pahala dari memaafkan dan hikmah dari peristiwa yang
bersangkutan.

Dengan memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih
ringan, lapang dan leluasa. Tidak ada lagi ganjalan sesuatu pun di dalam hati
kita yang menghambat pikiran dan tindakan kita. Kita memandang masa depan
dengan lebih optimis, karena sesuatu yang kita lihat begitu cerah dan
menjanjikan.

Tuesday 12 November 2013

Benci

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah:216)

Betapa sering kita membenci sesuatu, seperti tugas yang berat (sebagai contoh
dalam ayat diatas adalah perang), kegagalan, kekurangan yang ada dalam diri
kita, dan kehilangan. Namun kita tidak pernah tahu, bisa jadi apa yang kita benci
itu justru baik menurut Allah SWT. Perang, adalah sesuatu hal yang sangat
dibenci orang, tetapi mungkin saja hanya dengan jihad di jalan Allah kita bisa
masuk syurga.

Saat kita mengejar sesuatu kemudian gagal, bisa saja justru kegagalan ini akan
membawa kebaikan kepada kita. Sebagai contoh, misalnya Anda melamar ke
suatu perusahaan, dan Anda gagal menjadi karyawan perusahaan tersebut, kita
membencinya. Tetapi ternyata karyawan yang ada di dalam perusahaan itu tidak
bisa bebas beribadah.
Ada juga orang yang merasa membenci dirinya karena dirinya tidak tampan atau
tidak cantik. Padahal bisa jadi jika dia cantik, dia malah terjurumus ke dunia
orang-orang yang suka pamer aurat yang dibenci oleh Allah SWT. Bisa saja
karena tidak cantik justru menyelamatkan dirinya dari rasa sombong dan
takabur.

Yang jelas, apa pun yang ada pada diri kita, berbaik sangkalah kepada Allah
SWT, bahwa itu semua yang terbaik untuk kita. Sesuatu yang kita suka atau kita
benci semuanya tidak lain nikmat sekaligus ujian. Terimalah apa yang ada pada
diri kita. Jangan membenci apa yang terjadi pada diri kita, karena bisa jadi
semua itu adalah yang terbaik untuk kita.

Jika kita sudah bisa menerimanya dengan lapang dada, hidup akan lebih
bersemangat dalam mengejar prestasi, karena tidak ada lagi kata gagal di dalam
kamus hidupnya. Hidup akan lebih tenang dengan segala kekurangan yang ada
di dalam diri. Tidak ada kekhawatiran, begitu bebas, lepas, semuanya
diserahkan kepada Allah untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya.

Tuesday 5 November 2013

Bersyukur

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS Ibrahim:7)

Saat kehilangan sesuatu, saat mengalami kerugian, atau saat tidak
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita terguncang
sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa
mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak
ternilai dari suatu kegagalan yang harusnya kita syukuri.

Padahal berdasarkan ayat diatas, jika kita mau bersyukur maka Allah
menjanjikan akan menambah nikmat kita. Oleh karena itu kita seharusnya
menysukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga harus
mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun.

Ini adalah rahasia melipat gandakan nikmat kita. Saat kita berusaha, syukurilah
nikmat yang kita dapatkan agar ditambah oleh Allah SWT. Jadi, tetaplah
semangat meski hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil
tersebut bisa menjadi besar. Sangat ironis, sudah kecil, tidak kita syukuri.
Alangkah bodohnya orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah SWT.

Mereka sering menyangka bahwa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam
bentuk materi yang jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita
dapatkan itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak
akan bisa. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran,

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim:34)

Nikmatilah hidup, tetaplah semangat meski penghasilan kita kecil, karena kita
bisa melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa
banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal,
sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang
ada pada diri kita.