Monday 30 April 2012

MENGAPA ORANG-ORANG MUSLIM TERHINA SEKARANG INI?

Saudara-saudara!

 Kita semua menamakan diri orang-orang Muslim, dan kita yakin Allah melimpahkan rahmatNya kepada orang-orang Muslim. Tetapi marilah kita buka mata kita dan kita lihat apakah rahmat Allah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apa pun yang terjadi di akhirat, itu adalah urusan nanti, tetapi yang penting marilah kita lihat kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum Muslimin di Indonesia ini berjumlah 90 % dari jumlah penduduk kita, jumlah kita demikian besar sehingga bila masing-masing kita melemparkan sebuah batu, maka onggokan batu itu akan menjadi sebuah gunung. Tetapi di negeri yang begitu banyak orang-orang Muslimnya ini, pemerintahan berada di tangan orang-orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkaman tangan mereka, dan mereka memutar kepala kita ke arah mana saja yang mereka sukai. Padahal seharusnya kepala kita tidak kita tundukkan di depan siapapun juga kecuali Allah, tetapi sekarang kita tunduk di hadapan manusia - manusia yang sama seperti kita juga. Kehormatan kita yang semestinya tidak boleh dinodai oleh siapapun juga, sekarang berlumuran tanah. Tangan kita yang selama ini selalu di atas sekarang berada di bawah dan menadah di hadapan orang-orang kafir. Kebodohan,kemiskinan dan hutang telah merendahkan derajat kita di mana-mana.

 Apakah ini semua rahmat Allah? Apabila ini semua bukan rahmat melainkan kemurkaan, maka alangkah anehnya bahwa kita sebagai orang-orang Muslim mendapatkan kemurkaan Allah! Kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita berkubang dalam lumpur kehinaan, kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita hidup sebagai budak-budak! Situasi seperti ini kelihatannya betul-betul tidak mungkin, seperti tidak mungkinnya suatu benda dalam waktu yang sama berwarna hitam dan putih. Bila seorang Muslim adalah seorang yang dicintai Allah, bagaimana mungkin hidup terhina di dunia ini? Apakah Allah, (na’udzu billah min dzalik), seorang dewa penindas hingga sementara kita menjalankan kewajiban-kewajiban terhadapNya dan mentaati perintah- perintahNya, Dia membiarkan orang-orang yang menentangNya memerintah kita dan menghukum kita karena kepatuhan kita kepadaNya? Apabila kita percaya bahwa Allah bukanlah penindas dan bila kita percaya bahwa balasan kepatuhan kepada Allah tidak mungkin berupa kehinaan, maka kita semua harus mengakui bahwa ada sesuatu yang salah dalam pengakuan kita sebagai orang-orang Muslim. Walaupun dalam kartu penduduk kita tercatat sebagai orang-orang Muslim, tetapi Allah tidak memberikan penilaian berdasarkan keaslian kartu penduduk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Allah punya pejabat sendiri. Kita harus mencari dalam daftarNya untuk melihat apakah nama kita termasuk dalam kelompok hamba-hambaNya yang patuh ataukah dalam kelompok yang tidak patuh?

 Allah mengirimkan KitabNya kepada kita, hingga dengan membacanya kita dapat mengenalNya dan tahu cara-cara untuk menjadi hambaNya yang patuh. Apakah kita pernah mencoba untuk mengetahui apa yang tertulis dalam Kitab itu? Allah mengutus RasulNya kepada kita untuk mengajar kita cara menjadi seorang Muslim. Apakah kita pernah mencoba mengetahui apa yang diajarkan oleh utusanNya itu ? Allah menunjukkan kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan di dunia ini dan di akhirat nanti. Apakah kita sudah menuruti jalan tersebut? Allah dengan jelas memberitahukan kepada kita perbuatan-perbuatan yang bagaimana yang dapat merendahkan kedudukan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Apakah perbuatan- perbuatan tersebut sudah kita hindari? Jawaban apa yang dapat kita berikan kepada pertanyaan-pertanyaan ini? Bila kita mengetahui bahwa kita tidak mempunyai pengetahuan dari Kitab Allah dan dari kehidupan UtusanNya dan tidak pula mengikuti jalan yang ditunjukkan olehNya, maka bagaimana kita boleh disebut orang-orang Muslim yang patut menerima rahmatNya? Pahala yang kita peroleh adalah sebanding dengan derajat kita sebagai Muslim, dan kita akan memperoleh balasan yang seperti itu pula diakhirat nanti.

 Saya telah menyatakan sebelumnya bahwa secara mutlak tidak ada perbedaan antara seorang Muslim dengan seorang kafir, kecuali dalam masalah pengetahuan dan perbuatan. Apabila pengetahuan dan perbuatan seseorang sama dengan pengetahuan seorang kafir, sedangkan dia menyebut dirinya seorang Muslim, maka ucapannya itu adalah dusta yang tidak tahu malu. Seorang kafir tidak suka membaca al-Qur'an dan tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Apabila seseorang yang mengaku Muslim keadaannya juga demikian, bagaimana ia dapat disebut seorang Muslim? Seorang kafir tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan jalan lurus yang telah ditunjukkannya untuk menuju kepada Allah. Apabila seorang yang mengaku dirinya Muslim sama bodohnya seperti ini, bagaimana ia boleh disebut seorang Muslim? Seorang kafir hanya mengikuti kemauannya sendiri, bukan perintah Allah. Apabila seorang yang mengaku Muslim sama seperti ini, keras-kepala, dan hanya mengikuti fikiran dan pendapatnya sendiri, mengacuhkan Allah, dan menghamba kepada kemauannya sendiri, maka bagaimana ia mempunyai hak untuk menyebut dirinya seorang Muslim (hamba Allah yang patuh)? Seorang kafir tidak membedakan antara yang halal dan yang haram, dan mengambil apa saja yang menguntungkan dan menyenangkan baginya, tanpa mempedulikan apakah itu halal atau haram dalam pandangan Allah. Apabila seorang yang menyebut dirinya Muslim tingkah-lakunya sama dengan seorang yang bukan Muslim, apa bedanya dia dengan seorang kafir? Ringkasnya, apabila pengetahuan seorang Muslim tentang Islam sama bodohnya dengan pengetahuan seorang kafir tentang Islam, dan ia (Muslim) melakukan perbuatan-perbuatan yang dilakukan seorang kafir, maka bagaimana ia dapat dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada seorang kafir? Atau bukankah hal ini sama dengan perbuatan seorang kafir? Ini adalah masalah yang harus kita renungkan dalam keadaan yang tenang.

PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PERBUATAN

Dari uraian kami sebelumnya jelaslah bahwa ada dua perkara yang membedakan seorang Muslim dengan seorang kafir. Yang pertama adalah pengetahuan dan yang kedua perbuatan. Pengetahuan berarti bahwa seorang Muslim harus tahu siapa TuhanNya, apa perintah-perintahNya, bagaimana cara-cara untuk menuruti kehendakNya, perbuatan- perbuatan mana yang disukaiNya dan mana yang tidak disukaiNya. Bila ia sudah tahu akan hal-hal tersebut, maka langkah yang kedua ialah bahwa ia harus menjadikan dirinya sebagai budak dari Tuhannya, melaksanakan kehendak-kehendakNya, dan mengabaikan kemauan-kemauannya sendiri. Bila hatinya ingin melakukan sesuatu perbuatan, tetapi perbuatan itu bertentangan dengan perintah Tuhannya, maka ia harus melepaskan keinginannya sendiri dan melaksanakan perintah Tuhannya. Apabila suatu perbuatan kelihatan mulia di matanya, tetapi Tuhannya mengatakan bahwa perbuatan itu hina, maka ia harus memandangnya hina pula. Sebaliknya, bila suatu perbuatan nampak hina dimatanya, tetapi Tuhannya mengatakan mulia, maka ia harus memandangnya mulia pula. Apabila ia melihat bahwa sesuatu pekerjaan mengandung bahaya, tetapi TuhanNya mengatakan bahwa pekerjaan itu harus dilakukan, maka bagaimanapun juga ia mesti mengerjakannya, walaupun ia mungkin akan kehilangan harta benda bahkan nyawanya. Sebaliknya, apabila ia memandang bahwa sesuatu pekerjaan akan mendatangkan keuntungan baginya, tetapi Tuhannya melarang pekerjaan tersebut, maka ia harus meninggalkannya, walaupun pekerjaan tersebut boleh mendatangkan keuntungan sebanyak harta benda yang ada di seluruh dunia ini. lnilah pengetahuan dan perbuatan yang menjadikan seorang Muslim sebagai hamba Allah yang sejati, yang mendapat limpahan rahmatNya serta kedudukan yang luhur mulia. Sebaliknya, karena seorang kafir tidak memiliki pengetahuan ini, ia dimasukkan ke dalam golongan hamba Allah yang membangkang dan tidak mendapat limpahan rahmatNya. Sekarang, seandainya ada seseorang yang menyatakan dirinya seorang Muslim, tetapi ia sama bodohnya tentang Islam dengan seorang kafir, dan sama pula pembangkangnya kepada Allah, dapatkah kita mengatakan dengan menggunakan partimbangan yang adil, bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada seorang kafir, semata-mata karena ia memiliki nama yang berbeda, memakai pakaian yang berbeda dan memakan makanan yang berbeda dengan orang kafir tersebut? Dan apa pula alasannya untuk mengatakan bahwa ia berhak memperoleh rahmat Allah di dunia dan di akhirat? Islam bukanlah sesuatu yang bersifat kebangsaan, kekeluargaan atau persaudaraan yang secara langsung diwarisi oleh orangtua kepada anak dan dari anak kepada cucu. Kedudukan sebagai seorang Muslim tidaklah diperoleh karena keturunan sebagaimana halnya kasta, di mana anak seorang Brahmana akan tetap memperoleh kedudukan yang tinggi, walaupun betapa bodoh dan jahat perangainya, karena ia memang lahir dalam keluarga Brahmana yang berkedudukan tinggi. Sementara itu, anak dari orangtua berkasta rendah akan tetap berkedudukan rendah, karena memang ia lahir di tengah-tengah keluarga yang berkasta rendah. Dalam hal ini Allah telah menyatakan dalam KitabNya: “... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu... " (Al-Quran, al-Hujrat, 49:13) Artinya, semakin banyak orang mengetahui tentang Allah dan semakin mentaati perintahNya, maka akan semakin tinggi pulalah kedudukannya di mata Allah. Nabi Ibrahim alaihissalam dilahirkan di tengah-tengah keluarga seorang penyembah berhala, tetapi beliau mengenal Allah dan mentaati perintahNya. Itulah sebabnya Allah mengangkatnya sebagai imam seluruh dunia. Anak Nabi Nuh dilahirkan dalam keluarga seorang nabi, tetapi ia tidak mengerti tentang Allah dan tidak mentaati perintahNya. Itulah sebabnya mengapa Allah menghukumnya sedemikian rupa tanpa mempedulikan keluarganya, hingga kisahnya menjadi contoh bagi seluruh dunia. Karena itu marilah kita fahami benar-benar bahwa apa pun perbedaan yang ada diantara seorang manusia dengan manusia yang lain, dalam pandangan Allah hal itu berhubungan erat dengan pengetahuan dan perbuatan. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, rahmat Allah dilimpahkan kepada mereka yang mengerti akan Allah, tahu jalan yang benar yang ditunjukkanNya, dan melaksanakan perintah-perintahNya. Mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat ini sama saja kedudukannya dengan mereka yang kafir, dan tidak berhak memperoleh rahmatNya, tidak peduli mereka benama Abdullah, Abdurrahman, Joni atau Kartar Singh.

Saturday 28 April 2012

PERBEDAAN SEORANG MUSLIM DAN SEORANG KAFIR

KENAPA SEORANG MUSLIM BERBEDA DARI SEORANG KAFIR? Saudara-saudara sesama Muslim. Setiap Muslim percaya bahwa seorang Muslim lebih tinggi derajatnya daripada seorang kafir. Allah senang terhadap seorang Muslim dan benci kepada orang kafir.Seorang Muslim akan memperoleh keselamatan dari Allah, sedangkan seorang kafir tidak. Seorang Muslim akan, masuk ke Surga, dan seorang kafir akan masuk ke neraka. Marilah kita fikirkan sedalam-dalamnya, mengapa ada perbedaan yang begitu besar antara seorang Muslim dan seorang kafir. Padahal seorang kafir juga adalah dari keturunan Adam, seperti kita semua. la juga seorang manusia, seperti kita semua. la juga punya tangan,.kaki, mata dan tangan, seperti kita semua. Dan sebagaimana kita semua, ia pun bernafas dengan udara yang sama, minum air yang sama, dan hidup di bumi yang sama. Allah yang menciptakan kita, adalah PenciptaNya juga. Maka, kenapakah derajatnya rendah dan derajat kita tinggi? Mengapa kita semua nanti akan masuk syurga dan dia masuk neraka? APAKAH PERBEDAANNYA HANYA SOAL NAMA SAJA? Ini adalah suatu masalah yang harus kita fikirkan secara mendalam. Perbedaan yang begitu besar antara seorang Muslim dan seorang kafir, tidak mungkin disebabkan yang seorang benama Abdullah dan Abdurrahman, sedang yang lain bernama Joni dan Robertson; atau karena yang seorang dikhitan dan yang lain tidak. Allah Yang Maha Kuasa, yang telah menciptakan alam seluruh manusia dan memberinya rezeki, tidak mungkin bartindak sedemikian kejam, mendiskriminasikan antara makhlukNya, hanya karena soal-soal kecil seperti itu dan memasukkan hambaNya yang satu ke syurga sedang yang lain ke neraka. PERBEDAAN ISLAM DAN KUFUR YANG SEBENARNYA Apabila, memang, perbedaan yang besar dalam kedudukan seorang Muslim dengan seorang kafir bukanlah karena soal nama, khitan. Kalau begitu, apakah perbedaan yang sebenarnya antara keduanya? Jawabannya hanyalah satu, yakni karena Islam dan kufur. Islam berarti kepatuhan kepada Allah sedangkan kufur berarti ketidakpatuhan kepada Allah. Orang Muslim dan orang kafir kedua-duanya adalah manusia., kedua-duanya adalah hamba Allah. Tetapi yang satu, berkedudukan mulia karena ia mengakui Allah, dan mematuhi perintah-perintahNya. Yang satu takut akan hukuman yang akan diberikanNya bila ia tidak mematuhi perintah-perintahNya. Sedangkan yang satu lagi terperosok dari kedudukan yang tinggi itu karena ia tidak mengakui Allah dan tidak mahu melaksanakan perintahNya. Inilah sebabnya mengapa Allah senang kepada orang-orang Muslim dan benci kepada orang-orang kafir. Allah menjanjikan karunia syurga bagi orang-orang Muslim, dan memperingatkan orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.

Thursday 26 April 2012

PENTINGNYA PENGETAHUAN

Saudara-saudara! Pada pengetahuan inilah, yang sekarang sedang saya jelaskan kepentingannya, bergantungnya anda dan anak-anak anda menjadi orang-orang Muslim dan hidup sebagai orang-orang Muslim untuk seterusnya. Ini bukanlah hal yang remeh yang boleh anda abaikan. Anda selalu bersikap penuh perhatian dalam mengerjakan sawah ladang anda, mengairi dan melindungi tanaman-tanaman anda, memberi makan ternak anda dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersangkut paut dengan mata-pencarian anda yang lain. Karena, bila anda tidak bekerja dengan penuh perhatian, anda pasti akan kelaparan dan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi anda, yakni nyawa anda. Maka, kenapa anda tidak bersikap serius dan bersunguh-sungguh dalam mencari pengetahuan, yang pada pengetahuan inilah bergantungnya hakikat anda disebut sebagai seorang Muslim dan hidup seterusnya sebagai seorang Muslim. Bukankah bila anda tidak serius dan bersungguh-sungguh, anda boleh terancam bahaya kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yakni iman? Bukankah iman lebih berharga daripada hidup? Dari sekian banyak waktu yang anda habiskan untuk bekerja demi hidup anda, tidak dapatkah anda memperuntukkan sepersepuluh daripadanya untuk hal-hal yang dapat melindungi iman anda? Saya tidak mengatakan bahwa setiap orang dari anda semua harus menjadi seorang ulama, membaca kitab-kitab yang tebal dan menghabiskan waktu sepuluh atau belasan tahun untuk usaha tersebut. Anda tidak perlu membaca kitab yang tebal-tebal untuk menjadi seorang Muslim. Saya hanya menghendaki bahwa setiap orang dari anda menyediakan waktu satu jam saja dari dua puluh empat jam yang anda miliki dalam sehari-semalam untuk mempelajari pengetahuan tentang ad-din. Itulah waktu paling sedikit yang harus disediakan oleh setiap orang Muslim, baik pemuda, orang dewasa mahupun yang sudah lanjut usia, untuk mempelajari pengetahuan yang memungkinkannya untuk memahami kepentingan ajaran al-Qur'an dan tujuan diwahyukannya al-Qur'an tersebut. Setiap orang Muslim harus mengerti sebenar- benarnya risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw ke dunia ini. la harus mengerti sebenar-benarnya aturan hidup mana yang harus ditegakkan di dunia ini, dan aturan hidup mana yan harus dimusnahkan dan diganti. Ia juga-harus mengenal dengan baik cara hidup khusus yang telah ditetapkan Allah bagi orang-orang Muslim. Tidak banyak waktu yang dituntut untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk itu. Dan bila iman lebih berharga bagi anda daripada segalanya, maka tidak akan sulit bagi anda untuk menyediakan waktu satu jam setiap hari untuk mempelajari pengetahuan tersebut.

Wednesday 25 April 2012

ARTI MENERIMA ISLAM

ARTI MENERIMA ISLAM Marilah kita teruskan. Tadi telah dikatakan bahawa seseorang dapat menjadi seorang Muslim apabila ia menerima Islam sebagai agamanya. Masalahnya adalah, apa artinya menerima Islam itu? Apakah ini berarti bahawa siapapun yang mengucapkan "saya adalah seorang Muslim atau saya telah menerima Islam" automatik menjadi seorang Muslim? Apakah ini berarti seperti seorang penganut Brahmana yang mengucapkan mantra-mantra berbahasa Sanskrit, atau seperti seseorang yang mengucapkan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab, walaupun tidak memahami makna yang terkandung dalam ucapan mereka, pantas disebut seorang Muslim? Sekarang tentu anda dapat menjawab pertanyaan di atas. Pasti anda menjawab: "Tidak". Anda pasti akan mengatakan bahawa arti menerima Islam adalah bahawa seseorang harus dengan penuh kesadaran dan kesengajaan menerima apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw, dan bartindak sesuai dengan ajaran tersebut. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka ia adalah seorang Muslim, dan barangsiapa yang tidak berbuat demikian, ia bukanlah seorang Muslim. SYARAT PERTAMA: PENGETAHUAN Dari jawapan di atas, kita boleh menyimpulkan bahawa pertama sekali, Islam adalah sebutan terhadap pengetahuan dan tindakan mempraktikkan pengetahuan tersebut. Seseorang dapat menjadi Brahmana tanpa memiliki pengetahuan, karena ia lahir sebagai Brahmana dan akan terus hidup sebagai Brahmana. Demikian pula seseorang yang lahir dari orang tua berdarah ningrat akan menjadi ningrat pula, walaupun ia tidak memiliki pengetahuan apapun, karena ia lahir sebagai ningrat maka ia akan tetap disebut seorang ningrat sampai akhir hayatnya. Tetapi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Muslim tanpa memiliki pengetahuan, karena Islam tidak diperoleh kerena faktor keturunan, tetapi karena pengetahuan. Kalau orang yang bersangkutan tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, bagaimana ia boleh menyatakan keimanannya kepada ajaran tersebut dan mempraktikkannya? Dan bila ia menyatakan keimanannya tanpa kesadaran dan tanpa pengertian mengenai ajaran tersebut, bagaimana ia dapat menjadi seorang Muslim? Adalah tidak mungkin untuk menjadi seorang Muslim dan hidup sebagai seorang Muslim tanpa mengetahui apa-apa. Seseorang yang dilahirkan di tengah-tengah keluarga Muslim, mempunyai nama seperti seorang Muslim, berpakaian seperti seorang Muslim, dan menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, sebenarnya dia bukanlah seorang Muslim. Karena, seorang Muslim yang sebenarnya hanyalah seorang yang tahu, apa makna Islam yang sebenarnya dan menyatakan keimanannya, kepada Islam dengan penuh kesadaran. Perbedaan yang sebenarnya antara seorang kafir dengan seorang Muslim bukanlah perbedaan dalam nama. Nama Joni tidaklah berarti bahwa pemiliknya adalah seorang kafir dan nama Abdullah pemiliknya adalah seorang Muslim. Demikian pula orang yang memakai celana jeans tidak berarti dia seorang kafir, dan yang memakai sarung seorang Muslim. Tidak, tidak demikian. Perbedaan yang sebenarnya antara seorang kafir dan seorang muslim adalah dalam hal pengetahuan. Seseorang adalah kafir karena ia tidak tahu bagaimana hubungan dirinya dengan Tuhan dan hubungan Tuhan dengan dirinya, dan tidak tahu cara hidup yang mana yang harus dijalaninya di dunia ini, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Apabila seorang anak dari orang tua yang Muslim tidak mempunyai pengetahuan mengenai hal ini, maka apa alasannya bagi kita untuk menganggap dirinya sebagai seorang Muslim? Saudara-saudara! Saya minta anda semua mendengarkan baik-baik apa yang sedang saya uraikan dengan penuh tekanan ini, dan memikirkannya dengan tenang tanpa emosi. Anda semua harus mengarti benar-benar bahawa memperoleh atau kehilangan karunia Allah yang terbesar yang anda syukuri itu, adalah tergantung seluruhnya pada pengetahuan. Bila anda tidak mempunyai pengetahuan untuk itu, anda sama-sekali tidak akan dapat memperoleh karunia itu. Bahkan kalau anda mempunyai sebagian kecil saja dari anugerah itu, maka karena ketidaktahuan anda, anda akan selalu terancam bahaya kehilangan milik anda itu. Orang yang mestinya boleh memiliki anugerah yang besar itu, karena kebodohannya, mungkin akan menganggap bahawa dirinya adalah seorang Muslim, padahal sebenarnya ia bukanlah seorang Muslim. Perumpamaan orang yang sama-sekali tidak tahu perbedaan antara Islam dan kufr serta perbedaan antara Islam dan syirik adalah ibarat seseorang yang sedang berjalan pada sebuah lorong yang gelap. Mungkin sekali, ketika ia sedang mengikuti sebuah lorong yang lurus, langkahnya menyeleweng ke arah yang lain dan ia tidak sedar bahawa ia telah menyeleweng dari arah yang lurus yang harus ditempuhnya. Dan mungkin sekali, di tengah jalan ia akan bertemu dengan seorang dajjal yang akan mengatakan kepadanya: "Hai Nak! Kamu telah tersesat dalam kegelapan. Mari, kupimpin engkau kepada tujuanmu". Pejalan yang malang itu, karena gelap tidak mampu melihat dengan matanya sendiri mana arah yang lurus. Karena itu, tanpa curiga apa-apa, ia akan segera menyambar tangan si dajjal dan terus berpegang kepadanya, dan si dajjal akan membawanya ke jalan yang sesat. Bahaya ini mungkin sekali akan menimpa pejalan tersebut, karena ia sendiri tidak memiliki obor apa pun dan karenanya ia tidak biasa melihat tanda-tanda di sepanjang jalan yang ditempuhinya. Apabila ia mempunyai obor, tentulah ia tidak akan tersesat atau disesatkan oleh orang lain. Dari contoh ini anda boleh memahami bahwa, bahaya terbesar bagi seorang Muslim adalah ketidaktahuannya sendiri akan ajaran Islam, dan ketidaktahuannya akan apa yang diajarkan oleh al-Qur'an dan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Karena tidak mempunyai pengetahuan, ia pasti akan meraba-raba saja sepanjang jalan, dan akan disesatkan oleh dajjal. Tetapi bila ia mempunyai obor pengetahuan, maka ia akan mampu melihat jalan Islam yang lurus pada setiap langkah dalam hidupnya, melihat dan menghindari jalan-jalan kufr, syirk, bid'ah dan tidak bermoral yang menghalang jalannya, dan bila seorang penyesat ditemuiya di tengah jalan, maka setelah bertukar kata sejenak dengannya, ia pasti akan segera sedar, bahawa orang yang ditemuinya itu adalah seorang yang jahat dan tidak boleh diikuti.

APAKAH MUSLIM ITU

APAKAH MUSLIM ITU NAMA SUATU KELOMPOK BANGSA MANUSIA? Marilah kita fikirkan apa sebenarnya erti kata Muslim yang kita gunakan setiap waktu itu, dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah seseorang sudah membawa Islam pada waktu ia dilahirkan? Apakah seseorang disebut Muslim kerana ibu-bapanyaatau kakaknya adalah Muslim? Apakah seorang Muslim terlahir begitu sahaja sebagaiseorang Muslim, sebagaimana halnya seorang bangsawan lahir sebagai bangsawan, atau seorang anak dari kasta Brahmana lahir sebagai seorang Brahmana, atau seorang anak Sudra lahir sebagai seorang Sudra? Atau, apakah Muslim itu nama suatu bangsa sepertilnggris? Dan apakah seorang Muslim disebut Muslim karena ia lahir di tengah masyarakat Muslim, seperti seorang lnggris disebut Inggris karena lahir di tengah- tengah masyarakat Inggris? Bagaimana jawaban anda terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas? Saya kira - bahkan saya yakin - anda akan menjawab: "Tidak. Seseorang tidak lazim disebut Muslim karena alasan-alasan tersebut di atas. Seseorang tidak disebut seorang Muslim karena ia tergolong dalam suatu kelompok bangsa tertentu. Tetapi seseorang dikatakan Muslim apabila ia menerima Islam sebagai agamanya. Kalau ia melepaskan agama Islam, maka secara automatik ia berhenti menjadi Muslim. Seorang yang beragama Hindu, atau seorang bangsawan, atau seorang Inggris akan termasuk dalam kelompok masyarakat Muslim kalau ia menerima Islam sebagai agamanya. Sebaliknya, seorang yang lahir di tengah-tengah keluarga Muslim akan dikeluarkan dari masyarakat Muslim kalau ia melepaskan Islam sebagai agamanya, walaupun ia anak seorang kiyai atau anak seorang Pathan". Itulah, saudara-saudara! Saya yakin, itulah jawaban yang akan anda berikan, atau yang anda setujui, bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Dan dari jawaban tersebut kita boleh menyimpulkan bahawa anugerah Allah yang terbesar, yakni sebutan sebagai seorang Muslim, yang anda nikmati itu, bukanlah suatu harta bangsa atau kesukuan yang secara langsung anda warisi dari orang tua anda dan terus melekat pada diri anda selama hidup, baik anda sedari atau tidak, tetapi ia adalah suatu harta yang harus anda peroleh dengan usaha. Kalau anda melakukan usaha untuk memperolehnya, maka anda akan memperolehnya; sebaliknya bila anda tidak mempedulikannya, walaupun anda sudah memperolehnya, maka ia akan dicabut dari anda. Na'udzu billah min dzalik.

Wednesday 18 April 2012

KEWAJIBAN KITA ATAS KARUNIA YANG TELAH ALLAH BERIKAN

Adalah merupakan kewajiban bagi kita untuk melaksanakan kewajiban terhadap Allah, karena nikmat yang telah diberikanNya kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya, ia adalah seorang yang tidak tahu berterima kasih. Dan manusia yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan adalah manusia yang paling tidak tahu berterima kasih. Sekarang, mungkin anda akan bertanya: Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Allah yang telah memberikan karuniaNya kepada kita? Jawabannya adalah bahawa kerana Allah telah memasukkan kita ke dalam kelompok umat Muhammad saw, maka bukti terima kasih yang paling baik yang dapat kita persembahkan kepada Allah atas karuniaNya yang besar itu, adalah dengan cara menunjukkan sikap sebagai pengikut- pengikut Rasulullah saw yang tulus dan setia. Karena Allah telah memasukkan kita ke dalam kelompok masyarakat Muslim, maka satu-satunya cara untuk memperlihatkan rasa terima kasih kita kepadaNya adalah dengan menjadi orang Muslim yang benar. Tidak ada cara lain bagi kita untuk menyatakan terima kasih kepada Allah atas karuniaNya yang sangat besar itu. Bila kita tidak menyatakan rasa syukur kita dengan cara demikian, maka hukuman atas sikap kita yang tidak tahu berterima kasih itu, akan sebanding besarnya dengan karunia yang diberikanNya kepada kita. Semoga Allah menghindarkan kita dari hukuman demikian itu! Amin.

Saturday 14 April 2012

KARUNIA ALLAH YANG TERBESAR

Saudara-saudara seiman yang berbahagia!

Setiap Muslim niscaya yakin sepenuhnya bahwa karunia Allah yang terbesar di dunia
ini adalah agama Islam. Seorang Muslim akan senantiasa bersyukur kepada Allah, yang
telah memasukkannya ke dalam kelompok umat Muhammad Rasulullah saw, dan yang
telah memberikan kepadanya karunia Islam. Allah sendiri telah menyatakan Islam sebagai
karuniaNya yang terbesar yang diberikanNya kepada hamba-hambaNya, sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur'an:

... Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah , Ku-ridhai Islam itu agama bagimu ..."(
Al-Quran al-Maidah, 5 :3 )