Saudara-saudara!
Kita semua menamakan diri orang-orang Muslim, dan kita yakin Allah
melimpahkan rahmatNya kepada orang-orang Muslim. Tetapi marilah kita buka mata
kita dan kita lihat apakah rahmat Allah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apa pun
yang terjadi di akhirat, itu adalah urusan nanti, tetapi yang penting marilah kita lihat kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum Muslimin di Indonesia ini berjumlah 90 %
dari jumlah penduduk kita, jumlah kita demikian besar sehingga bila masing-masing kita melemparkan sebuah batu, maka onggokan batu itu akan menjadi sebuah gunung. Tetapi di negeri yang begitu banyak orang-orang Muslimnya ini, pemerintahan berada di tangan orang-orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkaman tangan mereka, dan mereka memutar kepala kita ke arah mana saja yang mereka sukai. Padahal seharusnya kepala kita tidak kita tundukkan di depan siapapun juga kecuali Allah, tetapi sekarang kita tunduk di hadapan manusia - manusia yang sama seperti kita juga. Kehormatan kita yang semestinya tidak boleh dinodai oleh siapapun juga, sekarang berlumuran tanah. Tangan kita yang selama ini selalu di atas sekarang berada di bawah dan menadah di hadapan orang-orang kafir. Kebodohan,kemiskinan dan hutang telah merendahkan derajat kita di mana-mana.
Apakah ini semua rahmat Allah? Apabila ini semua bukan rahmat melainkan
kemurkaan, maka alangkah anehnya bahwa kita sebagai orang-orang Muslim
mendapatkan kemurkaan Allah! Kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita berkubang
dalam lumpur kehinaan, kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita hidup sebagai
budak-budak! Situasi seperti ini kelihatannya betul-betul tidak mungkin, seperti tidak mungkinnya suatu benda dalam waktu yang sama berwarna hitam dan putih. Bila
seorang Muslim adalah seorang yang dicintai Allah, bagaimana mungkin hidup terhina di
dunia ini? Apakah Allah, (na’udzu billah min dzalik), seorang dewa penindas hingga
sementara kita menjalankan kewajiban-kewajiban terhadapNya dan mentaati perintah-
perintahNya, Dia membiarkan orang-orang yang menentangNya memerintah kita dan
menghukum kita karena kepatuhan kita kepadaNya? Apabila kita percaya bahwa Allah
bukanlah penindas dan bila kita percaya bahwa balasan kepatuhan kepada Allah tidak
mungkin berupa kehinaan, maka kita semua harus mengakui bahwa ada sesuatu yang
salah dalam pengakuan kita sebagai orang-orang Muslim. Walaupun dalam kartu
penduduk kita tercatat sebagai orang-orang Muslim, tetapi Allah tidak memberikan
penilaian berdasarkan keaslian kartu penduduk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Allah
punya pejabat sendiri. Kita harus mencari dalam daftarNya untuk melihat apakah nama
kita termasuk dalam kelompok hamba-hambaNya yang patuh ataukah dalam kelompok
yang tidak patuh?
Allah mengirimkan KitabNya kepada kita, hingga dengan membacanya kita dapat
mengenalNya dan tahu cara-cara untuk menjadi hambaNya yang patuh. Apakah kita
pernah mencoba untuk mengetahui apa yang tertulis dalam Kitab itu? Allah mengutus
RasulNya kepada kita untuk mengajar kita cara menjadi seorang Muslim. Apakah kita
pernah mencoba mengetahui apa yang diajarkan oleh utusanNya itu ? Allah menunjukkan
kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan di dunia ini dan di
akhirat nanti. Apakah kita sudah menuruti jalan tersebut? Allah dengan jelas
memberitahukan kepada kita perbuatan-perbuatan yang bagaimana yang dapat
merendahkan kedudukan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Apakah perbuatan-
perbuatan tersebut sudah kita hindari? Jawaban apa yang dapat kita berikan kepada
pertanyaan-pertanyaan ini? Bila kita mengetahui bahwa kita tidak mempunyai
pengetahuan dari Kitab Allah dan dari kehidupan UtusanNya dan tidak pula mengikuti
jalan yang ditunjukkan olehNya, maka bagaimana kita boleh disebut orang-orang Muslim
yang patut menerima rahmatNya? Pahala yang kita peroleh adalah sebanding dengan
derajat kita sebagai Muslim, dan kita akan memperoleh balasan yang seperti itu pula
diakhirat nanti.
Saya telah menyatakan sebelumnya bahwa secara mutlak tidak ada perbedaan antara
seorang Muslim dengan seorang kafir, kecuali dalam masalah pengetahuan dan
perbuatan. Apabila pengetahuan dan perbuatan seseorang sama dengan pengetahuan
seorang kafir, sedangkan dia menyebut dirinya seorang Muslim, maka ucapannya itu
adalah dusta yang tidak tahu malu. Seorang kafir tidak suka membaca al-Qur'an dan
tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Apabila seseorang yang mengaku Muslim
keadaannya juga demikian, bagaimana ia dapat disebut seorang Muslim? Seorang kafir
tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan jalan lurus yang telah
ditunjukkannya untuk menuju kepada Allah. Apabila seorang yang mengaku dirinya
Muslim sama bodohnya seperti ini, bagaimana ia boleh disebut seorang Muslim? Seorang
kafir hanya mengikuti kemauannya sendiri, bukan perintah Allah. Apabila seorang
yang mengaku Muslim sama seperti ini, keras-kepala, dan hanya mengikuti fikiran dan
pendapatnya sendiri, mengacuhkan Allah, dan menghamba kepada kemauannya sendiri,
maka bagaimana ia mempunyai hak untuk menyebut dirinya seorang Muslim (hamba
Allah yang patuh)? Seorang kafir tidak membedakan antara yang halal dan yang haram,
dan mengambil apa saja yang menguntungkan dan menyenangkan baginya, tanpa
mempedulikan apakah itu halal atau haram dalam pandangan Allah. Apabila seorang
yang menyebut dirinya Muslim tingkah-lakunya sama dengan seorang yang bukan
Muslim, apa bedanya dia dengan seorang kafir? Ringkasnya, apabila pengetahuan
seorang Muslim tentang Islam sama bodohnya dengan pengetahuan seorang kafir tentang
Islam, dan ia (Muslim) melakukan perbuatan-perbuatan yang dilakukan seorang kafir,
maka bagaimana ia dapat dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada seorang kafir?
Atau bukankah hal ini sama dengan perbuatan seorang kafir? Ini adalah masalah yang
harus kita renungkan dalam keadaan yang tenang.
Monday 30 April 2012
PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PERBUATAN
Dari uraian kami sebelumnya jelaslah bahwa ada dua perkara yang membedakan seorang
Muslim dengan seorang kafir. Yang pertama adalah pengetahuan dan yang kedua
perbuatan. Pengetahuan berarti bahwa seorang Muslim harus tahu siapa TuhanNya, apa
perintah-perintahNya, bagaimana cara-cara untuk menuruti kehendakNya, perbuatan-
perbuatan mana yang disukaiNya dan mana yang tidak disukaiNya. Bila ia sudah tahu
akan hal-hal tersebut, maka langkah yang kedua ialah bahwa ia harus menjadikan
dirinya sebagai budak dari Tuhannya, melaksanakan kehendak-kehendakNya, dan
mengabaikan kemauan-kemauannya sendiri. Bila hatinya ingin melakukan sesuatu
perbuatan, tetapi perbuatan itu bertentangan dengan perintah Tuhannya, maka ia harus
melepaskan keinginannya sendiri dan melaksanakan perintah Tuhannya. Apabila suatu
perbuatan kelihatan mulia di matanya, tetapi Tuhannya mengatakan bahwa perbuatan itu
hina, maka ia harus memandangnya hina pula. Sebaliknya, bila suatu perbuatan nampak
hina dimatanya, tetapi Tuhannya mengatakan mulia, maka ia harus memandangnya mulia
pula. Apabila ia melihat bahwa sesuatu pekerjaan mengandung bahaya, tetapi
TuhanNya mengatakan bahwa pekerjaan itu harus dilakukan, maka bagaimanapun juga
ia mesti mengerjakannya, walaupun ia mungkin akan kehilangan harta benda bahkan
nyawanya. Sebaliknya, apabila ia memandang bahwa sesuatu pekerjaan akan
mendatangkan keuntungan baginya, tetapi Tuhannya melarang pekerjaan tersebut, maka
ia harus meninggalkannya, walaupun pekerjaan tersebut boleh mendatangkan keuntungan
sebanyak harta benda yang ada di seluruh dunia ini.
lnilah pengetahuan dan perbuatan yang menjadikan seorang Muslim sebagai hamba Allah
yang sejati, yang mendapat limpahan rahmatNya serta kedudukan yang luhur mulia.
Sebaliknya, karena seorang kafir tidak memiliki pengetahuan ini, ia dimasukkan ke
dalam golongan hamba Allah yang membangkang dan tidak mendapat limpahan
rahmatNya.
Sekarang, seandainya ada seseorang yang menyatakan dirinya seorang Muslim, tetapi ia
sama bodohnya tentang Islam dengan seorang kafir, dan sama pula pembangkangnya
kepada Allah, dapatkah kita mengatakan dengan menggunakan partimbangan yang adil,
bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada seorang kafir, semata-mata karena ia
memiliki nama yang berbeda, memakai pakaian yang berbeda dan memakan makanan
yang berbeda dengan orang kafir tersebut? Dan apa pula alasannya untuk mengatakan
bahwa ia berhak memperoleh rahmat Allah di dunia dan di akhirat? Islam bukanlah
sesuatu yang bersifat kebangsaan, kekeluargaan atau persaudaraan yang secara langsung
diwarisi oleh orangtua kepada anak dan dari anak kepada cucu. Kedudukan sebagai
seorang Muslim tidaklah diperoleh karena keturunan sebagaimana halnya kasta, di mana
anak seorang Brahmana akan tetap memperoleh kedudukan yang tinggi, walaupun betapa
bodoh dan jahat perangainya, karena ia memang lahir dalam keluarga Brahmana yang
berkedudukan tinggi. Sementara itu, anak dari orangtua berkasta rendah akan tetap
berkedudukan rendah, karena memang ia lahir di tengah-tengah keluarga yang berkasta
rendah. Dalam hal ini Allah telah menyatakan dalam KitabNya:
“... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu... " (Al-Quran, al-Hujrat, 49:13)
Artinya, semakin banyak orang mengetahui tentang Allah dan semakin mentaati
perintahNya, maka akan semakin tinggi pulalah kedudukannya di mata Allah. Nabi
Ibrahim alaihissalam dilahirkan di tengah-tengah keluarga seorang penyembah berhala,
tetapi beliau mengenal Allah dan mentaati perintahNya. Itulah sebabnya Allah
mengangkatnya sebagai imam seluruh dunia. Anak Nabi Nuh dilahirkan dalam keluarga
seorang nabi, tetapi ia tidak mengerti tentang Allah dan tidak mentaati perintahNya.
Itulah sebabnya mengapa Allah menghukumnya sedemikian rupa tanpa mempedulikan
keluarganya, hingga kisahnya menjadi contoh bagi seluruh dunia. Karena itu marilah kita
fahami benar-benar bahwa apa pun perbedaan yang ada diantara seorang manusia
dengan manusia yang lain, dalam pandangan Allah hal itu berhubungan erat dengan
pengetahuan dan perbuatan. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, rahmat Allah
dilimpahkan kepada mereka yang mengerti akan Allah, tahu jalan yang benar yang
ditunjukkanNya, dan melaksanakan perintah-perintahNya. Mereka yang tidak memenuhi
syarat-syarat ini sama saja kedudukannya dengan mereka yang kafir, dan tidak berhak
memperoleh rahmatNya, tidak peduli mereka benama Abdullah, Abdurrahman, Joni atau
Kartar Singh.
Saturday 28 April 2012
PERBEDAAN SEORANG MUSLIM DAN SEORANG KAFIR
KENAPA SEORANG MUSLIM BERBEDA DARI SEORANG KAFIR?
Saudara-saudara sesama Muslim.
Setiap Muslim percaya bahwa seorang Muslim lebih tinggi derajatnya daripada
seorang kafir. Allah senang terhadap seorang Muslim dan benci kepada orang
kafir.Seorang Muslim akan memperoleh keselamatan dari Allah, sedangkan seorang
kafir tidak. Seorang Muslim akan, masuk ke Surga, dan seorang kafir akan masuk ke
neraka. Marilah kita fikirkan sedalam-dalamnya, mengapa ada perbedaan yang begitu
besar antara seorang Muslim dan seorang kafir. Padahal seorang kafir juga adalah dari
keturunan Adam, seperti kita semua. la juga seorang manusia, seperti kita semua. la
juga punya tangan,.kaki, mata dan tangan, seperti kita semua. Dan sebagaimana kita
semua, ia pun bernafas dengan udara yang sama, minum air yang sama, dan hidup di
bumi yang sama. Allah yang menciptakan kita, adalah PenciptaNya juga. Maka,
kenapakah derajatnya rendah dan derajat kita tinggi? Mengapa kita semua nanti akan
masuk syurga dan dia masuk neraka?
APAKAH PERBEDAANNYA HANYA SOAL NAMA SAJA?
Ini adalah suatu masalah yang harus kita fikirkan secara mendalam. Perbedaan yang
begitu besar antara seorang Muslim dan seorang kafir, tidak mungkin disebabkan yang
seorang benama Abdullah dan Abdurrahman, sedang yang lain bernama Joni dan
Robertson; atau karena yang seorang dikhitan dan yang lain tidak. Allah Yang Maha
Kuasa, yang telah menciptakan alam seluruh manusia dan memberinya rezeki, tidak
mungkin bartindak sedemikian kejam, mendiskriminasikan antara makhlukNya, hanya
karena soal-soal kecil seperti itu dan memasukkan hambaNya yang satu ke syurga
sedang yang lain ke neraka.
PERBEDAAN ISLAM DAN KUFUR YANG SEBENARNYA
Apabila, memang, perbedaan yang besar dalam kedudukan seorang Muslim dengan
seorang kafir bukanlah karena soal nama, khitan. Kalau begitu, apakah perbedaan yang
sebenarnya antara keduanya? Jawabannya hanyalah satu, yakni karena Islam dan kufur.
Islam berarti kepatuhan kepada Allah sedangkan kufur berarti ketidakpatuhan kepada Allah. Orang Muslim dan orang kafir kedua-duanya adalah manusia., kedua-duanya adalah hamba Allah. Tetapi yang satu, berkedudukan mulia karena ia mengakui Allah, dan mematuhi perintah-perintahNya. Yang satu takut akan hukuman yang akan diberikanNya bila ia tidak mematuhi perintah-perintahNya. Sedangkan yang satu lagi terperosok dari kedudukan yang tinggi itu karena ia tidak mengakui Allah dan tidak mahu melaksanakan perintahNya.
Inilah sebabnya mengapa Allah senang kepada orang-orang Muslim dan benci kepada
orang-orang kafir. Allah menjanjikan karunia syurga bagi orang-orang Muslim, dan
memperingatkan orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Thursday 26 April 2012
PENTINGNYA PENGETAHUAN
Saudara-saudara!
Pada pengetahuan inilah, yang sekarang sedang saya jelaskan kepentingannya,
bergantungnya anda dan anak-anak anda menjadi orang-orang Muslim dan hidup sebagai
orang-orang Muslim untuk seterusnya. Ini bukanlah hal yang remeh yang boleh anda
abaikan. Anda selalu bersikap penuh perhatian dalam mengerjakan sawah ladang anda,
mengairi dan melindungi tanaman-tanaman anda, memberi makan ternak anda dan
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersangkut paut dengan mata-pencarian anda
yang lain. Karena, bila anda tidak bekerja dengan penuh perhatian, anda pasti akan
kelaparan dan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi anda, yakni nyawa anda.
Maka, kenapa anda tidak bersikap serius dan bersunguh-sungguh dalam mencari
pengetahuan, yang pada pengetahuan inilah bergantungnya hakikat anda disebut sebagai
seorang Muslim dan hidup seterusnya sebagai seorang Muslim. Bukankah bila anda
tidak serius dan bersungguh-sungguh, anda boleh terancam bahaya kehilangan sesuatu
yang sangat berharga, yakni iman? Bukankah iman lebih berharga daripada hidup? Dari
sekian banyak waktu yang anda habiskan untuk bekerja demi hidup anda, tidak dapatkah
anda memperuntukkan sepersepuluh daripadanya untuk hal-hal yang dapat melindungi
iman anda?
Saya tidak mengatakan bahwa setiap orang dari anda semua harus menjadi
seorang ulama, membaca kitab-kitab yang tebal dan menghabiskan waktu sepuluh atau
belasan tahun untuk usaha tersebut. Anda tidak perlu membaca kitab yang tebal-tebal
untuk menjadi seorang Muslim. Saya hanya menghendaki bahwa setiap orang dari anda
menyediakan waktu satu jam saja dari dua puluh empat jam yang anda miliki dalam
sehari-semalam untuk mempelajari pengetahuan tentang ad-din. Itulah waktu paling
sedikit yang harus disediakan oleh setiap orang Muslim, baik pemuda, orang dewasa
mahupun yang sudah lanjut usia, untuk mempelajari pengetahuan yang
memungkinkannya untuk memahami kepentingan ajaran al-Qur'an dan tujuan
diwahyukannya al-Qur'an tersebut. Setiap orang Muslim harus mengerti sebenar-
benarnya risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw ke dunia ini. la harus mengerti
sebenar-benarnya aturan hidup mana yang harus ditegakkan di dunia ini, dan aturan
hidup mana yan harus dimusnahkan dan diganti. Ia juga-harus mengenal dengan baik
cara hidup khusus yang telah ditetapkan Allah bagi orang-orang Muslim. Tidak banyak
waktu yang dituntut untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk itu. Dan bila
iman lebih berharga bagi anda daripada segalanya, maka tidak akan sulit bagi anda untuk
menyediakan waktu satu jam setiap hari untuk mempelajari pengetahuan tersebut.
Wednesday 25 April 2012
ARTI MENERIMA ISLAM
ARTI MENERIMA ISLAM
Marilah kita teruskan. Tadi telah dikatakan bahawa seseorang dapat menjadi
seorang Muslim apabila ia menerima Islam sebagai agamanya. Masalahnya adalah, apa
artinya menerima Islam itu? Apakah ini berarti bahawa siapapun yang mengucapkan
"saya adalah seorang Muslim atau saya telah menerima Islam" automatik menjadi
seorang Muslim? Apakah ini berarti seperti seorang penganut Brahmana yang
mengucapkan mantra-mantra berbahasa Sanskrit, atau seperti seseorang yang
mengucapkan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab, walaupun tidak memahami makna
yang terkandung dalam ucapan mereka, pantas disebut seorang Muslim? Sekarang tentu
anda dapat menjawab pertanyaan di atas. Pasti anda menjawab: "Tidak". Anda pasti akan
mengatakan bahawa arti menerima Islam adalah bahawa seseorang harus dengan penuh
kesadaran dan kesengajaan menerima apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah
Muhammad saw, dan bartindak sesuai dengan ajaran tersebut. Barangsiapa yang berbuat
demikian, maka ia adalah seorang Muslim, dan barangsiapa yang tidak berbuat demikian,
ia bukanlah seorang Muslim.
SYARAT PERTAMA: PENGETAHUAN
Dari jawapan di atas, kita boleh menyimpulkan bahawa pertama sekali, Islam adalah
sebutan terhadap pengetahuan dan tindakan mempraktikkan pengetahuan tersebut.
Seseorang dapat menjadi Brahmana tanpa memiliki pengetahuan, karena ia lahir sebagai
Brahmana dan akan terus hidup sebagai Brahmana. Demikian pula seseorang yang lahir
dari orang tua berdarah ningrat akan menjadi ningrat pula, walaupun ia tidak memiliki
pengetahuan apapun, karena ia lahir sebagai ningrat maka ia akan tetap disebut seorang
ningrat sampai akhir hayatnya. Tetapi, seseorang tidak dapat menjadi seorang Muslim
tanpa memiliki pengetahuan, karena Islam tidak diperoleh kerena faktor keturunan,
tetapi karena pengetahuan. Kalau orang yang bersangkutan tidak mengetahui apa yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, bagaimana ia boleh menyatakan keimanannya
kepada ajaran tersebut dan mempraktikkannya? Dan bila ia menyatakan keimanannya
tanpa kesadaran dan tanpa pengertian mengenai ajaran tersebut, bagaimana ia dapat
menjadi seorang Muslim? Adalah tidak mungkin untuk menjadi seorang Muslim dan
hidup sebagai seorang Muslim tanpa mengetahui apa-apa. Seseorang yang dilahirkan di
tengah-tengah keluarga Muslim, mempunyai nama seperti seorang Muslim, berpakaian
seperti seorang Muslim, dan menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, sebenarnya dia
bukanlah seorang Muslim. Karena, seorang Muslim yang sebenarnya hanyalah seorang
yang tahu, apa makna Islam yang sebenarnya dan menyatakan keimanannya, kepada
Islam dengan penuh kesadaran. Perbedaan yang sebenarnya antara seorang kafir dengan
seorang Muslim bukanlah perbedaan dalam nama. Nama Joni tidaklah berarti bahwa
pemiliknya adalah seorang kafir dan nama Abdullah pemiliknya adalah seorang Muslim.
Demikian pula orang yang memakai celana jeans tidak berarti dia seorang kafir, dan yang
memakai sarung seorang Muslim. Tidak, tidak demikian. Perbedaan yang sebenarnya
antara seorang kafir dan seorang muslim adalah dalam hal pengetahuan. Seseorang
adalah kafir karena ia tidak tahu bagaimana hubungan dirinya dengan Tuhan dan
hubungan Tuhan dengan dirinya, dan tidak tahu cara hidup yang mana yang harus
dijalaninya di dunia ini, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Apabila seorang anak dari
orang tua yang Muslim tidak mempunyai pengetahuan mengenai hal ini, maka apa
alasannya bagi kita untuk menganggap dirinya sebagai seorang Muslim?
Saudara-saudara!
Saya minta anda semua mendengarkan baik-baik apa yang sedang saya uraikan dengan
penuh tekanan ini, dan memikirkannya dengan tenang tanpa emosi. Anda semua harus
mengarti benar-benar bahawa memperoleh atau kehilangan karunia Allah yang terbesar
yang anda syukuri itu, adalah tergantung seluruhnya pada pengetahuan. Bila anda tidak
mempunyai pengetahuan untuk itu, anda sama-sekali tidak akan dapat memperoleh
karunia itu. Bahkan kalau anda mempunyai sebagian kecil saja dari anugerah itu,
maka karena ketidaktahuan anda, anda akan selalu terancam bahaya kehilangan milik
anda itu. Orang yang mestinya boleh memiliki anugerah yang besar itu, karena
kebodohannya, mungkin akan menganggap bahawa dirinya adalah seorang Muslim,
padahal sebenarnya ia bukanlah seorang Muslim. Perumpamaan orang yang sama-sekali
tidak tahu perbedaan antara Islam dan kufr serta perbedaan antara Islam dan syirik adalah
ibarat seseorang yang sedang berjalan pada sebuah lorong yang gelap. Mungkin sekali,
ketika ia sedang mengikuti sebuah lorong yang lurus, langkahnya menyeleweng ke arah
yang lain dan ia tidak sedar bahawa ia telah menyeleweng dari arah yang lurus yang
harus ditempuhnya. Dan mungkin sekali, di tengah jalan ia akan bertemu dengan seorang
dajjal yang akan mengatakan kepadanya: "Hai Nak! Kamu telah tersesat dalam
kegelapan. Mari, kupimpin engkau kepada tujuanmu". Pejalan yang malang itu, karena
gelap tidak mampu melihat dengan matanya sendiri mana arah yang lurus. Karena itu,
tanpa curiga apa-apa, ia akan segera menyambar tangan si dajjal dan terus berpegang
kepadanya, dan si dajjal akan membawanya ke jalan yang sesat. Bahaya ini mungkin
sekali akan menimpa pejalan tersebut, karena ia sendiri tidak memiliki obor apa pun dan
karenanya ia tidak biasa melihat tanda-tanda di sepanjang jalan yang ditempuhinya.
Apabila ia mempunyai obor, tentulah ia tidak akan tersesat atau disesatkan oleh orang
lain. Dari contoh ini anda boleh memahami bahwa, bahaya terbesar bagi seorang
Muslim adalah ketidaktahuannya sendiri akan ajaran Islam, dan ketidaktahuannya akan
apa yang diajarkan oleh al-Qur'an dan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Karena
tidak mempunyai pengetahuan, ia pasti akan meraba-raba saja sepanjang jalan, dan
akan disesatkan oleh dajjal. Tetapi bila ia mempunyai obor pengetahuan, maka ia akan
mampu melihat jalan Islam yang lurus pada setiap langkah dalam hidupnya, melihat dan
menghindari jalan-jalan kufr, syirk, bid'ah dan tidak bermoral yang menghalang jalannya,
dan bila seorang penyesat ditemuiya di tengah jalan, maka setelah bertukar kata sejenak
dengannya, ia pasti akan segera sedar, bahawa orang yang ditemuinya itu adalah seorang
yang jahat dan tidak boleh diikuti.
APAKAH MUSLIM ITU
APAKAH MUSLIM ITU NAMA SUATU KELOMPOK BANGSA MANUSIA?
Marilah kita fikirkan apa sebenarnya erti kata Muslim yang kita gunakan setiap waktu itu,
dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah seseorang sudah membawa Islam pada waktu ia dilahirkan?
Apakah seseorang disebut Muslim kerana ibu-bapanyaatau kakaknya adalah Muslim?
Apakah seorang Muslim terlahir begitu sahaja sebagaiseorang Muslim,
sebagaimana halnya seorang bangsawan lahir sebagai bangsawan,
atau seorang anak dari kasta Brahmana lahir sebagai seorang Brahmana,
atau seorang anak Sudra lahir sebagai seorang Sudra?
Atau, apakah Muslim itu nama suatu bangsa sepertilnggris?
Dan apakah seorang Muslim disebut Muslim karena ia lahir di tengah
masyarakat Muslim, seperti seorang lnggris disebut Inggris karena lahir di tengah-
tengah masyarakat Inggris? Bagaimana jawaban anda terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas? Saya kira - bahkan saya yakin - anda akan menjawab: "Tidak.
Seseorang tidak lazim disebut Muslim karena alasan-alasan tersebut di atas. Seseorang
tidak disebut seorang Muslim karena ia tergolong dalam suatu kelompok bangsa tertentu.
Tetapi seseorang dikatakan Muslim apabila ia menerima Islam sebagai agamanya. Kalau
ia melepaskan agama Islam, maka secara automatik ia berhenti menjadi Muslim.
Seorang yang beragama Hindu, atau seorang bangsawan, atau seorang Inggris akan
termasuk dalam kelompok masyarakat Muslim kalau ia menerima Islam sebagai
agamanya. Sebaliknya, seorang yang lahir di tengah-tengah keluarga Muslim akan
dikeluarkan dari masyarakat Muslim kalau ia melepaskan Islam sebagai agamanya,
walaupun ia anak seorang kiyai atau anak seorang Pathan".
Itulah, saudara-saudara! Saya yakin, itulah jawaban yang akan anda berikan, atau yang
anda setujui, bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Dan dari jawaban tersebut kita
boleh menyimpulkan bahawa anugerah Allah yang terbesar, yakni sebutan sebagai
seorang Muslim, yang anda nikmati itu, bukanlah suatu harta bangsa atau kesukuan yang
secara langsung anda warisi dari orang tua anda dan terus melekat pada diri anda selama
hidup, baik anda sedari atau tidak, tetapi ia adalah suatu harta yang harus anda peroleh
dengan usaha. Kalau anda melakukan usaha untuk memperolehnya, maka anda akan
memperolehnya; sebaliknya bila anda tidak mempedulikannya, walaupun anda sudah
memperolehnya, maka ia akan dicabut dari anda. Na'udzu billah min dzalik.
Wednesday 18 April 2012
KEWAJIBAN KITA ATAS KARUNIA YANG TELAH ALLAH BERIKAN
Adalah merupakan kewajiban bagi kita untuk melaksanakan kewajiban terhadap
Allah, karena nikmat yang telah diberikanNya kepada kita. Seseorang yang tidak
melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang
sangat berharga baginya, ia adalah seorang yang tidak tahu berterima kasih. Dan
manusia yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan adalah manusia yang
paling tidak tahu berterima kasih.
Sekarang, mungkin anda akan bertanya:
Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan
kepada Allah yang telah memberikan karuniaNya kepada kita? Jawabannya adalah bahawa
kerana Allah telah memasukkan kita ke dalam kelompok umat Muhammad saw, maka
bukti terima kasih yang paling baik yang dapat kita persembahkan kepada Allah atas
karuniaNya yang besar itu, adalah dengan cara menunjukkan sikap sebagai pengikut-
pengikut Rasulullah saw yang tulus dan setia. Karena Allah telah memasukkan kita ke
dalam kelompok masyarakat Muslim, maka satu-satunya cara untuk memperlihatkan rasa
terima kasih kita kepadaNya adalah dengan menjadi orang Muslim yang benar. Tidak
ada cara lain bagi kita untuk menyatakan terima kasih kepada Allah atas karuniaNya yang
sangat besar itu. Bila kita tidak menyatakan rasa syukur kita dengan cara demikian, maka
hukuman atas sikap kita yang tidak tahu berterima kasih itu, akan sebanding besarnya
dengan karunia yang diberikanNya kepada kita. Semoga Allah menghindarkan kita dari
hukuman demikian itu! Amin.
Saturday 14 April 2012
KARUNIA ALLAH YANG TERBESAR
Saudara-saudara seiman yang berbahagia!
Setiap Muslim niscaya yakin sepenuhnya bahwa karunia Allah yang terbesar di dunia
ini adalah agama Islam. Seorang Muslim akan senantiasa bersyukur kepada Allah, yang
telah memasukkannya ke dalam kelompok umat Muhammad Rasulullah saw, dan yang
telah memberikan kepadanya karunia Islam. Allah sendiri telah menyatakan Islam sebagai
karuniaNya yang terbesar yang diberikanNya kepada hamba-hambaNya, sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur'an:
“... Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah , Ku-ridhai Islam itu agama bagimu ..."(
Al-Quran al-Maidah, 5 :3 )
Setiap Muslim niscaya yakin sepenuhnya bahwa karunia Allah yang terbesar di dunia
ini adalah agama Islam. Seorang Muslim akan senantiasa bersyukur kepada Allah, yang
telah memasukkannya ke dalam kelompok umat Muhammad Rasulullah saw, dan yang
telah memberikan kepadanya karunia Islam. Allah sendiri telah menyatakan Islam sebagai
karuniaNya yang terbesar yang diberikanNya kepada hamba-hambaNya, sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur'an:
“... Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah , Ku-ridhai Islam itu agama bagimu ..."(
Al-Quran al-Maidah, 5 :3 )
Subscribe to:
Posts (Atom)