Saudara-saudara!
Kita semua menamakan diri orang-orang Muslim, dan kita yakin Allah
melimpahkan rahmatNya kepada orang-orang Muslim. Tetapi marilah kita buka mata
kita dan kita lihat apakah rahmat Allah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apa pun
yang terjadi di akhirat, itu adalah urusan nanti, tetapi yang penting marilah kita lihat kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum Muslimin di Indonesia ini berjumlah 90 %
dari jumlah penduduk kita, jumlah kita demikian besar sehingga bila masing-masing kita melemparkan sebuah batu, maka onggokan batu itu akan menjadi sebuah gunung. Tetapi di negeri yang begitu banyak orang-orang Muslimnya ini, pemerintahan berada di tangan orang-orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkaman tangan mereka, dan mereka memutar kepala kita ke arah mana saja yang mereka sukai. Padahal seharusnya kepala kita tidak kita tundukkan di depan siapapun juga kecuali Allah, tetapi sekarang kita tunduk di hadapan manusia - manusia yang sama seperti kita juga. Kehormatan kita yang semestinya tidak boleh dinodai oleh siapapun juga, sekarang berlumuran tanah. Tangan kita yang selama ini selalu di atas sekarang berada di bawah dan menadah di hadapan orang-orang kafir. Kebodohan,kemiskinan dan hutang telah merendahkan derajat kita di mana-mana.
Apakah ini semua rahmat Allah? Apabila ini semua bukan rahmat melainkan
kemurkaan, maka alangkah anehnya bahwa kita sebagai orang-orang Muslim
mendapatkan kemurkaan Allah! Kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita berkubang
dalam lumpur kehinaan, kita semua orang-orang Muslim, tetapi kita hidup sebagai
budak-budak! Situasi seperti ini kelihatannya betul-betul tidak mungkin, seperti tidak mungkinnya suatu benda dalam waktu yang sama berwarna hitam dan putih. Bila
seorang Muslim adalah seorang yang dicintai Allah, bagaimana mungkin hidup terhina di
dunia ini? Apakah Allah, (na’udzu billah min dzalik), seorang dewa penindas hingga
sementara kita menjalankan kewajiban-kewajiban terhadapNya dan mentaati perintah-
perintahNya, Dia membiarkan orang-orang yang menentangNya memerintah kita dan
menghukum kita karena kepatuhan kita kepadaNya? Apabila kita percaya bahwa Allah
bukanlah penindas dan bila kita percaya bahwa balasan kepatuhan kepada Allah tidak
mungkin berupa kehinaan, maka kita semua harus mengakui bahwa ada sesuatu yang
salah dalam pengakuan kita sebagai orang-orang Muslim. Walaupun dalam kartu
penduduk kita tercatat sebagai orang-orang Muslim, tetapi Allah tidak memberikan
penilaian berdasarkan keaslian kartu penduduk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Allah
punya pejabat sendiri. Kita harus mencari dalam daftarNya untuk melihat apakah nama
kita termasuk dalam kelompok hamba-hambaNya yang patuh ataukah dalam kelompok
yang tidak patuh?
Allah mengirimkan KitabNya kepada kita, hingga dengan membacanya kita dapat
mengenalNya dan tahu cara-cara untuk menjadi hambaNya yang patuh. Apakah kita
pernah mencoba untuk mengetahui apa yang tertulis dalam Kitab itu? Allah mengutus
RasulNya kepada kita untuk mengajar kita cara menjadi seorang Muslim. Apakah kita
pernah mencoba mengetahui apa yang diajarkan oleh utusanNya itu ? Allah menunjukkan
kepada kita jalan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan di dunia ini dan di
akhirat nanti. Apakah kita sudah menuruti jalan tersebut? Allah dengan jelas
memberitahukan kepada kita perbuatan-perbuatan yang bagaimana yang dapat
merendahkan kedudukan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Apakah perbuatan-
perbuatan tersebut sudah kita hindari? Jawaban apa yang dapat kita berikan kepada
pertanyaan-pertanyaan ini? Bila kita mengetahui bahwa kita tidak mempunyai
pengetahuan dari Kitab Allah dan dari kehidupan UtusanNya dan tidak pula mengikuti
jalan yang ditunjukkan olehNya, maka bagaimana kita boleh disebut orang-orang Muslim
yang patut menerima rahmatNya? Pahala yang kita peroleh adalah sebanding dengan
derajat kita sebagai Muslim, dan kita akan memperoleh balasan yang seperti itu pula
diakhirat nanti.
Saya telah menyatakan sebelumnya bahwa secara mutlak tidak ada perbedaan antara
seorang Muslim dengan seorang kafir, kecuali dalam masalah pengetahuan dan
perbuatan. Apabila pengetahuan dan perbuatan seseorang sama dengan pengetahuan
seorang kafir, sedangkan dia menyebut dirinya seorang Muslim, maka ucapannya itu
adalah dusta yang tidak tahu malu. Seorang kafir tidak suka membaca al-Qur'an dan
tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Apabila seseorang yang mengaku Muslim
keadaannya juga demikian, bagaimana ia dapat disebut seorang Muslim? Seorang kafir
tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan jalan lurus yang telah
ditunjukkannya untuk menuju kepada Allah. Apabila seorang yang mengaku dirinya
Muslim sama bodohnya seperti ini, bagaimana ia boleh disebut seorang Muslim? Seorang
kafir hanya mengikuti kemauannya sendiri, bukan perintah Allah. Apabila seorang
yang mengaku Muslim sama seperti ini, keras-kepala, dan hanya mengikuti fikiran dan
pendapatnya sendiri, mengacuhkan Allah, dan menghamba kepada kemauannya sendiri,
maka bagaimana ia mempunyai hak untuk menyebut dirinya seorang Muslim (hamba
Allah yang patuh)? Seorang kafir tidak membedakan antara yang halal dan yang haram,
dan mengambil apa saja yang menguntungkan dan menyenangkan baginya, tanpa
mempedulikan apakah itu halal atau haram dalam pandangan Allah. Apabila seorang
yang menyebut dirinya Muslim tingkah-lakunya sama dengan seorang yang bukan
Muslim, apa bedanya dia dengan seorang kafir? Ringkasnya, apabila pengetahuan
seorang Muslim tentang Islam sama bodohnya dengan pengetahuan seorang kafir tentang
Islam, dan ia (Muslim) melakukan perbuatan-perbuatan yang dilakukan seorang kafir,
maka bagaimana ia dapat dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada seorang kafir?
Atau bukankah hal ini sama dengan perbuatan seorang kafir? Ini adalah masalah yang
harus kita renungkan dalam keadaan yang tenang.
No comments:
Post a Comment