Monday 30 April 2012
PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PERBUATAN
Dari uraian kami sebelumnya jelaslah bahwa ada dua perkara yang membedakan seorang
Muslim dengan seorang kafir. Yang pertama adalah pengetahuan dan yang kedua
perbuatan. Pengetahuan berarti bahwa seorang Muslim harus tahu siapa TuhanNya, apa
perintah-perintahNya, bagaimana cara-cara untuk menuruti kehendakNya, perbuatan-
perbuatan mana yang disukaiNya dan mana yang tidak disukaiNya. Bila ia sudah tahu
akan hal-hal tersebut, maka langkah yang kedua ialah bahwa ia harus menjadikan
dirinya sebagai budak dari Tuhannya, melaksanakan kehendak-kehendakNya, dan
mengabaikan kemauan-kemauannya sendiri. Bila hatinya ingin melakukan sesuatu
perbuatan, tetapi perbuatan itu bertentangan dengan perintah Tuhannya, maka ia harus
melepaskan keinginannya sendiri dan melaksanakan perintah Tuhannya. Apabila suatu
perbuatan kelihatan mulia di matanya, tetapi Tuhannya mengatakan bahwa perbuatan itu
hina, maka ia harus memandangnya hina pula. Sebaliknya, bila suatu perbuatan nampak
hina dimatanya, tetapi Tuhannya mengatakan mulia, maka ia harus memandangnya mulia
pula. Apabila ia melihat bahwa sesuatu pekerjaan mengandung bahaya, tetapi
TuhanNya mengatakan bahwa pekerjaan itu harus dilakukan, maka bagaimanapun juga
ia mesti mengerjakannya, walaupun ia mungkin akan kehilangan harta benda bahkan
nyawanya. Sebaliknya, apabila ia memandang bahwa sesuatu pekerjaan akan
mendatangkan keuntungan baginya, tetapi Tuhannya melarang pekerjaan tersebut, maka
ia harus meninggalkannya, walaupun pekerjaan tersebut boleh mendatangkan keuntungan
sebanyak harta benda yang ada di seluruh dunia ini.
lnilah pengetahuan dan perbuatan yang menjadikan seorang Muslim sebagai hamba Allah
yang sejati, yang mendapat limpahan rahmatNya serta kedudukan yang luhur mulia.
Sebaliknya, karena seorang kafir tidak memiliki pengetahuan ini, ia dimasukkan ke
dalam golongan hamba Allah yang membangkang dan tidak mendapat limpahan
rahmatNya.
Sekarang, seandainya ada seseorang yang menyatakan dirinya seorang Muslim, tetapi ia
sama bodohnya tentang Islam dengan seorang kafir, dan sama pula pembangkangnya
kepada Allah, dapatkah kita mengatakan dengan menggunakan partimbangan yang adil,
bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada seorang kafir, semata-mata karena ia
memiliki nama yang berbeda, memakai pakaian yang berbeda dan memakan makanan
yang berbeda dengan orang kafir tersebut? Dan apa pula alasannya untuk mengatakan
bahwa ia berhak memperoleh rahmat Allah di dunia dan di akhirat? Islam bukanlah
sesuatu yang bersifat kebangsaan, kekeluargaan atau persaudaraan yang secara langsung
diwarisi oleh orangtua kepada anak dan dari anak kepada cucu. Kedudukan sebagai
seorang Muslim tidaklah diperoleh karena keturunan sebagaimana halnya kasta, di mana
anak seorang Brahmana akan tetap memperoleh kedudukan yang tinggi, walaupun betapa
bodoh dan jahat perangainya, karena ia memang lahir dalam keluarga Brahmana yang
berkedudukan tinggi. Sementara itu, anak dari orangtua berkasta rendah akan tetap
berkedudukan rendah, karena memang ia lahir di tengah-tengah keluarga yang berkasta
rendah. Dalam hal ini Allah telah menyatakan dalam KitabNya:
“... Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu... " (Al-Quran, al-Hujrat, 49:13)
Artinya, semakin banyak orang mengetahui tentang Allah dan semakin mentaati
perintahNya, maka akan semakin tinggi pulalah kedudukannya di mata Allah. Nabi
Ibrahim alaihissalam dilahirkan di tengah-tengah keluarga seorang penyembah berhala,
tetapi beliau mengenal Allah dan mentaati perintahNya. Itulah sebabnya Allah
mengangkatnya sebagai imam seluruh dunia. Anak Nabi Nuh dilahirkan dalam keluarga
seorang nabi, tetapi ia tidak mengerti tentang Allah dan tidak mentaati perintahNya.
Itulah sebabnya mengapa Allah menghukumnya sedemikian rupa tanpa mempedulikan
keluarganya, hingga kisahnya menjadi contoh bagi seluruh dunia. Karena itu marilah kita
fahami benar-benar bahwa apa pun perbedaan yang ada diantara seorang manusia
dengan manusia yang lain, dalam pandangan Allah hal itu berhubungan erat dengan
pengetahuan dan perbuatan. Baik di dunia ini maupun di akhirat nanti, rahmat Allah
dilimpahkan kepada mereka yang mengerti akan Allah, tahu jalan yang benar yang
ditunjukkanNya, dan melaksanakan perintah-perintahNya. Mereka yang tidak memenuhi
syarat-syarat ini sama saja kedudukannya dengan mereka yang kafir, dan tidak berhak
memperoleh rahmatNya, tidak peduli mereka benama Abdullah, Abdurrahman, Joni atau
Kartar Singh.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment