Wednesday 28 May 2014

KEPADA APA KAMI MENYERU MANUSIA (5)

KINI SAATNYA KITA HARUS MEMAHAMI

Dulu kaum Muslimin memahami makna ini dengan baik dan mereka bersungguh-sungguh untuk merealisasikannya. Iman senantiasa menuntun mereka untuk terus berkorban di jalan ini. Tapi kini, kaum Muslimin saling berbeda pendapat dalam memahami misi yang seharusnya mereka emban ini. Mereka membuat berbagai interpretasi Untuk membenarkan kemalasan dan ketakberdayaan mereka. Sebagian mereka mengatakan bahwa waktu jihad dan amal telah berlalu. Lalu sebagian yang lain turut memberi andil
dalam mematikan semangat juang dengan mengatakan, sarana-sarana jihad tidak cukup memadai sedang umat Islam masih terbelenggu dalam kebodohan, Sementara sebagian yang lain lagi sudah merasa cukup puas dalam beragama hanya dengan ucapan-ucapan wirid yang mereka lantunkan setiap pagi dan sore hari. Ia puas dengan beberapa ibadah yang telah ia tunaikan, padahal hatinya kosong dari hakekat. Tidak. Tidak, wahai saudaraku. Al-Qur'an yang mulia ini sekarang ada di hadapan kalian, dan senantiasa menyeru kalian dengan seruannya,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta
dan jiwa mereka di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat: 15)

Dengar pula bagaimana Rasulullah saw. bersabda,

"Kalau manusia mulai kikir dengan dinar dan dirham melakukan jual beli dengan cara riba, mengikuti ekor sapi (umat lain, Yahudi dan Nasrani), dan meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan memasukkan kehinaan ke dalam diri mereka, Dia tidak akan menghilangkannya kecuali jika mereka kembali kepada agama mereka," (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Kabir, Al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Ilam dari Abdullah bin Umar)

Kalian dapat membaca dalam banyak kitab fiqih yang lama maupun yang baru, tentang kapan jihad itu merupakan fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan kapan pula ia merupakan Fardhu Ain (kewajiban individual). Kalian akan tahu makna dan hakekatnya dengan sebenar-benarnya. Lalu, mengapa kelesuan ini menimpa kita? Mengapa keputusasaan memenjara hati kita hingga kita tak pernah sadar?

Wahai kaum muslimin, sekarang kita hidup dalam abad kebangunan. Maka bangunlah diri kalian, agar dengannya kalian dapat membangun umat kalian. Kewajiban ini menuntut adanya jiwa yang dipenuhi oleh iman dan hati yang luhur. Berusahalah untuk senantiasa meneguhkan komitmen kalian dan memurnikan hati kalian. Kewajiban ini menuntut dan akan selalu menuntut- kalian untuk terus berkorban dengan harta dan kesungguhan. Bersiaplah dan singsingkanlah lengan baju kalian. Sesungguhnya apa yang ada pada kalian akan pupus habis, dan apa yang ada pada Allah akan kekal selamanya. sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin jiwa dan harta benda mereka, dengan memberikan balasan berupa surga, yang luasnya seluas langit dan bumi.

DARI MANA KITA HARUS MEMULAI

Sesungguhnya setiap umat yang ingin membina dan membangun dirinya, serta berjuang untuk mewujudkan cita-cita dan membela agamanya, haruslah memiliki kekuatan jiwa yang dahsyat. Kekuatan jiwa itu terekspresikan dalam beberapa hal sebagai berikut; tekad membaja yang tak pernah melemah, kesetiaan yang teguh dan tidak tersusupi oleh pengkhianatan, pengorbanan yang tidak terbatasi oleh keserakahan dan kekikiran, pengetahuan dan keyakinan, serta penghormatan yang tinggi terhadap ideologi yang diperjuangkan. Semua itu akan menghindarkannya dari kesalahan, penyimpangan, menawar-nawarnya dengan yang lain, atau tertipu oleh ideologi lain. Hanya di atas pilar-pilar dasar ini -yang sepenuhnya merupakan kekhususan jiwa- dan hanya di atas kekuatan spiritual yang dahsyat ini, sebuah ideologi akan hidup, bangsa yang muda dan sedang bangkit akan terbina, dan sungai kehidupan akan mengalir kembali dalam jiwa mereka setelah sekian lama mengalami kekeringan.

Setiap bangsa yang tidak memiliki keempat sifat tersebut -atau minimal para pemimpinnya, maka dapat dipastikan dia akan menjadi bangsa yang rapuh dan miskin. Tidak akan ada kebaikan yang dapat ia raih atau harapan yang dapat ia capai dengan kelemahannya itu. Selamanya ia akan hidup dalam mimpi dan persangkaan-persangkaan yang hampa.

"Sesungguhnya prasangka itu tidak berguna untuk mencapai kebenaran." Inilah hukum dan sunah Allah yang berlaku dalam kehidupan makhluk-Nya. Dan tidak akan pernah ada perubahan dalam hukum dan sunah Allah itu.

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd: 11)

Ini pulalah hukum yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits mulia yang diriwayatkan oleh Abu Daud,

"Akan datang suatu masa di mana umat-umat lain akan memperebutkan kalian sama seperti anjing-anjing yang memperebutkan nampannya." Salah seorang (sahabat) bertanya, 'Apakah karena jumlah kita sedikit ketika itu?" Rasulullah saw. menjawab, "(Tidak), bahkan jumlah kalian ketika itu sangat banyak, tapi kalian itu bagai buih yang mengapung di atas arus air, Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut terhadap kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian." Salah seorang bertanya, 'Apakah wahn itu wahai Rasul Allah? " Rasulullah saw. menjawab, "Cinta dunia dan takut mati, "

Tidakkah anda. melihat bahwa Rasulullah saw. telah menjelaskan sebab kelemahan dan kehinaan suatu bangsa. Yaitu karena kelemahan hati dan jiwanya, dan karena hati mereka kosong dari akhlak yang luhur dan sifat-sifat ksatria, sekalipun jumlah mereka banyak dan kekayaan mereka melimpah ruah. Sesungguhnya suatu umat yang selalu terbuai dalam kenikmatan, terlena oleh kemewahan, tenggelam dalam kemilau harta benda dan tertipu oleh pesona bunga-bunga dunia, serta lupa pada kemungkinan menghadapi tragedi dan kekerasan serta berjuang menegakkan kebenaran; kepada umat seperti itu katakanlah "Selamat jalan
kehormatan dan ketinggian."

No comments:

Post a Comment