Sunday 18 May 2014

KEPADA APA KAMI MENYERU MANUSIA? (1)

PENDAHULUAN

Dalam banyak kesempatan anda mungkin pernah berbicara kepada orang banyak tentang berbagai masalah. Anda yakin bahwa semua cara yang mungkin digunakan untuk menjelaskan apa yang anda inginkan, telah anda lakukan. Dan anda merasa bahwa semua telah menjadi jelas, sejelas fajar subuh, atau bahkan sejelas matahari di hari siang. Tapi seketika anda mungkin terhenyak. Karena ternyata para pendengar jauh dari memahami penjelasan anda.

Saya telah menyaksikan dan merasakan hal ini di banyak kesempatan. Saya percaya bahwa rahasia yang ada di balik itu adalah tidak akan lebih dari- salah satu dari dua hal berikut ini; pertama, mungkin karena tolak ukur yang digunakan oleh masing-masing kita dalam mempersepsi apa yang ia dengar dan apa yang ia katakan saling berbeda, sehingga terjadilah perbedaan pemahaman itu. Atau mungkin juga karena ucapan itu yang samar dan tidak jelas, meskipun sang pembicara sendiri yakin bahwa ia telah menyampaikannya
dengan jelas.

TOLOK UKUR

Melalui kalimat-kalimat berikut saya ingin menjelaskan -dengan sejelas-jelasnya tentang berbagai dimensi dakwah Ikhwanul Muslimin; meliputi tujuan, sasaran, metode dan sarana-sarana yang digunakannya. Tapi sebelumnya saya ingin membatasi tolok ukur yang harus digunakan dalam mengukur tingkat kejelasan tersebut. Kemudian saya akan berusaha untuk menjelaskannya semudah mungkin, sehingga setiap pembaca yang ingin mengambil manfaat daripadanya dapat memperolehnya. Saya kira tidak seorang Muslim
pun akan berbeda dengan saya untuk mengatakan bahwa tolok ukur itu adalah Kitabullah; dialah lautan dari mana kita meraup mutiara kecemerlangan, dan referensi kepada mana kita menentukan hukum.

WAHAI KAUM

Al-Qur'an Mulia adalah Kitab sempurana yang padanya Allah swt. memadukan dasar-dasar kepercayanan, kaidah-kaidah perbaikan sosial, prinsip-prinsip umum hukum keduniaan, serta sederet perintah dan larangan. Adakah kaum Muslimin telah melaksanakan kandungan Al-Qur'an itu? Adakah mereka telah meyakini kepercayaan-kepercayaan yang seharusnya diyakini? Benarkah mereka telah memahami betul tujuan-tujuannya? Kemudian, apakah mereka telah menerapkan sistem-sistem lain yanga vital dalam kehidupan mereka? Jika dalam pembahasan ini kita sepakat bahwa mereka telah melakukannya, maka itu berarti kita telah mencapai tujuan kita. Namun jika kita dapati mereka masih jauh dari al-Quran dan masih mengabaikan ajaran serta perintah al-Quran ketahuilah tugas kita kini adalah membawa kita dan mereka yang mengikuti kita untuk sama-sama ke arah ini.

TUJUAN HIDUP DALAM AL-QURAN

Al-Qur'an telah menjelaskan tentang tujuan hidup manusia dan sikap yang semestinya mereka ambil dalam menentukan tujuannya. Al-Qur'an menjelaskan bahwa sebagian manusia menjadikan makan dan kesenangan yang lain sebagai tujuan hidupnya. Firman Allah swt.,

"Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang-binatang dan nereka adalah tempat tinggal mereka." (Muhammad: 12)

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia: dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."(Ali-Imran: 14)

Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa ada sebagian manusia yang menjadikan penyebaran fitnah, kejahatan, dan kerusakan sebagian tujuan hidupnya. Firman Allah swt,

"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal ia adalah penantang yang paling keras.Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan." (Al-Baqarah: 204-205)

Itulah beberapa macam tujuan manusia dalam menjalani hidupnya menurut Al-Qur'an. Allah swt. telah membersihkan kaum mukminin dari tujuan-tujuan buruk itu dan mencanangkan untuk mereka sebuah tujuan yang lebih mulia lagi luhur. Di atas pundak mereka Allah meletakkan beban besar yang sangat luhur; yaitu tugas membawa manusia ke jalan kebenaran, membimbing mereka ke jalan kebaikan, menerangi seluruh penjuru dunia dengan matahari Islam. Dengarlah firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu,
dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu di
jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama
orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari
dahulu, dan begitu pula dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu maka
Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Al-Hajj: 77-78)

Ini berarti bahwa Al-Qur'an telah menjadikan kaum Muslimin sebagai mandataris-Nya di hadapan umat manusia; memberikan kepada mereka hak kepemimpinan dan kewenangan atas dunia untuk menunaikan mandat suci itu. Jadi kekuasaan itu adalah hak kita, bukan hak Barat atau siapa pun: keberadaannya adalah demi peradaban Islam, dan bukan peradaban materialisme.

MANDAT SUCI ITU BERARTI PENGORBANAN, BUKAN PEMANFAATAN

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa dalam mencapai tujuan suci , kaum Muslimin rela menjual jiwa dan hartanya kepada Allah swt. dengan keimanannya mereka merasa tak berhak lagi atas jiwa dan hartanya. Keduanya telah menjadi wakaf di jalan Allah demi mensukseskan dakwah dan menyampaikannya kepada segenap hati mausia. Simaklah. firman Allah,

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (At-Taubah: 111)

Itulah sebabnya setiap Muslim menjadikan dunianya seagai wakaf bagi dakwahnya agar ia bisa mendapatkan akhirat sebagai balasan dari Allah atas pengorbanannya Itu pula sebabnya seorang pejuang Muslim adalah juga seorang guru yang memiliki semua sifat yang semestinya ada juga seorang guru; cahaya, hidayah, rahmat dan kelembutan. Sehingga pembebasan Islam berarti juga pembebasan demi peradaban, kemajuan, pengajaran dan bimbingan kepada seluruh umat manusia. Samakah ini dengan dominasi Barat sekarang, yang terwujud dalam bentuk imperialisme dan penindasan?

DIMANAKAH KAUM MUSLIMIN DARI TUJUAN ITU?

Demi Tuhanmu, saudaraku tercinta, apakah kaum Muslimin telah memahami makna itu dari AL-Qur'an sehingga jiwa dan ruh mereka naik ke langit ketinggian, terbebas dari perbudakan materialisme, bersih dari syahwat dan ambisi dunia, mengarahkan wajah dengan lurus kepada Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, menegakkan kalimat Allah dan berjuang di jalan-Nya, menyebarkan agama dan membela syariat-Nya? Ataukah mereka justru telah menjadi tawanan syahwat dan budak keserakahan, di mana mereka
hanya memikirkan makanan lezat, kendaraan megah, perhiasan mewah, tidur nyenyak, isteri cantik, penampilan parlente dan gelaran-gelaran palsu? Mereka sudah cukup senang dengan mimpi-mimpi dan teruji dengan keberuntungan Mereka bilang menyelami laut perjuangan tapi mereka toh tak teruji

Sungguh benar ketika Rasulullah saw. Bersabda,

"Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba selimut."

TUJUAN ADALAH DASAR, PERBUATAN ADALAH BUAHNYA

Tujuan adalah dasar yang mendorong kita sepanjang perjalanan. Tapi karena tujuan itu masih samar bagi umat kita, maka adalah wajib bagi kami untuk menjelaskan dan membatasinya. Saya kira kami telah menjelaskan banyak hal. Kita telah sepakat bahwa tujuan kita adalah memimpin dunia, dan membimbing manusia kepada ajaran Islam yang syamil, di mana manusia tidak mungkin menemukan kebahagian kecuali bersamanya.

Setelah mengetahui hal ini, wahai pembaca yang terhormat, maka ketahuilah bahwa tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah menyeru umat manusia untuk menggapainnya, dimana Al-Quran juga telah menyerukan hal itu.

"Maka barangsiapa yang mengikutiKu maka sesungguhya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai Aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ibrahim : 36)

Apabila umat Islam telah memahami tujuan ini dan berkonsentrasi menggapainya, maka hal itu sudah cukup untuk membuka tabir kelalaian dalam diri mereka. Hal itu sudah cukup untuk menunjukkan titik-titik kelemahan mereka, membinbing umat menuju kebahagiaan yang dapat menyejahterakan kehidupan, memperbaiki kondisi masyarakat, dan merealisasikan harapannya.

No comments:

Post a Comment