Sunday 22 March 2015

APAKAH KITA PARA AKTIFIS? (9)

HAK  AL-QUR'AN

Saya tidak melihat Sesuatu yang seharusnya selalu dijaga namun hilang, atau sesuatu yang seharusnya menjadi pokok persoalan tetapi diabaikan, sebagaimana Al-Qur'an Al-Karim. pada hal Allah swt. menurunkannya sebagai kitab dengan kandungan aturan yang tegas, sebagai undang-undang yang integral, dan sebagai pilar bagi urusan agama dan dunia ini.

"Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji."(Fushilat: 42)

Saya berkeyakinan bahwa tujuan paling penting dari diturunkannya Al-Qur'an yang wajib ditunaikan oleh umat Islam ada tiga:


  • Pertama, memperbanyak membacanya (tilawah) dengan niat taqarrub kepada Allah swt.
  • Kedua, menjadikannya sebagai sumber hukum agama yang senantiasa dikaji dan digali, serta dijadikan rujukan.
  • Ketiga, menjadikannya sumber undang-undang dunia, yang harus dipetik nilai-nilainya dan diterapkan dalam realitas kehidupan.


Itulah beberapa tujuan yang terpenting dari diturunkannya Al-Qur'an dan diutusnya Nabi, Ia tinggalkan Al-Qur'an untuk kita sebagai pemberi nasehat, pemberi peringatan, sebagai hukum, keadilan, dan sebagai timbangan yang adil. Para salafush shalih memahami benar tujuan ini. Mereka pun menerapkannya dengan sebaik-baik penerapan; ada di antara mereka yang selesai membacanya dalam tiga hati; ada pula yang menyelesaikannya dalam tujuh hati; ada lagi yang mengkhatamkannya kurang dari itu atau lebih darinya. Sebagian dari mereka lalai dari membaca Al-Qur'an, ia memandang mushaf lalu membacanya beberapa ayat sembari bergumam, "Agar saya tidak termasuk orang yang meninggalkan Al-Our'an."

Dengan begitu, Al-Qur'an menjadi cahaya hati mereka, tradisi ibadah yang senantiasa dibacanya siang dan malam. Semoga Allah swt. meridhai khalifah ketiga (Utsman bin Affan ra.) yang tidak melupakan mushaf, sementara para pembunuh berada di pintunya dan pedang telah menempel di lehernya. Ia rengkuh Kitabullah di awal malam dan berjumpa dengan maut di penghujungnya
Semoga Allah merahmati orang yang dalam ratapannya tidak menemukan kata-kata yang paling baik kecuali: Mereka berkorban dengan sujudnya yang panjang dengan itu dilalui malam bersama tasbih dan Qur'an. Jika anda. menelaah kembali perjalanan hidup mereka, niscaya anda tidak mendapati seorang pun dari mereka meninggalkan Kitabullah atau tidak membaca Al-Qur'an selama sepekan, apalagi sebulan, atau lebih lama dari itu. Saya tidak ingin berpanjang kata dalam menceritakan apa yang saya pelajari dan mengambil hikmah dari buku sejarah dan Sirah mereka. Mereka jika ingin mengambil kesimpulan hukum agama Allah, maka Al-Qur'anlah yang pertama kali menjadi rujukan.

Lagi pula, apalagi yang pertama jika bukan Kitab Allah? Anda juga menyaksikan Rasulullah saw. tatkala membenarkan Mu'adz bin Jabal saat bertanya kepadanya, "Dengan apa anda menghukum?" Ia menjawab, "Dengan Kitabullah." Ia memulai dengannya lalu dengan Sunah yang suci Dan anda telah
mengetahui bahwa Umar ra. melarang banyak sahabat untuk berbicara kepada orang yang baru masuk Islam dengan hadits-hadits dan berbagai kejadian yang ada sebelum dipahamkan dahulu dengan Kitabullah pertama kali; mereka dikenalkan dengan hukum halal dan haram. Engkau juga menyaksikan para tokoh tabi'in dan pengikut tabi'in yang baik-baik, semisal Sa'id bin Musayyib, mereka tidak memberi izin kepada orang untuk menghimpun fatwa-fatwanya dikarenakan khawatir orang akan berpaling dari Kitabullah kepada kata-kata mereka. Sa'id bin Musayyib pernah merobek-robek lembaran kertas dari orang yang mencatat fatwa-fatwanya sembari berkata, "Engkau mengambil kata-kataku sementara meninggalkan Kitabullah. Engkau pergi lalu berkata Kata Sa'id, kata Sa'id?' Berpegang teguhlah kepada Kitabullah kemudian Sunah Rasul-Nya."

Tidakkah anda melihat dari kenyataan ini bahwa salafush shalih. ra. menjadikan Kitabullah sumber dari segala sumber yang dari sana mereka mengambil kesimpulan hukum bagi agama Allah.
Tidaklah ada sistem hidup di dunia bagi mereka- kecuali harus selaras dengan apa-apa yang diperintahkan Allah dan tunduk patuh kepada apa yang diturunkan oleh-Nya; hak-hak yang harus ditunaikan, hukum-hukum yang harus diterapkan, dan perintah-perintah yang harus dikerjakan, tanpa pengabaian, penghilangan, maupun komentar. Demikianlah masa lalu, masa di mana Islam adalah bangunan sistem yang segar bugar dan buah agama yang telah ranum. Masa di mana umat Islam memahami dengan baik hukum-hukum agamanya dan fasih membaca Al-Our'an sebagaimana
diajarkan oleh Allah dan Nabi-Nya.

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran," (Shad: 29)

Lalu berubahlah negeri-negeri itu, berterbanganlah kekuatan jiwa Qur'an dari akal pikiran dan benak manusia, dan merasuklah sebagai gantinya polusi kebatilan; dan tiba-tiba saja mereka sudah berada di suatu lembah sedangkan Al-Our'an ada di lembah lain sementara jarak antara dua lembah itu sejauh timur dan barat. Ia berlalu menuju timur sedangkan anda menuju barat betapa jauhnya jarak antara timur dan barat.

Adapun ibadah dengan tilawah Qur'an di waktu malam dan siang, sedikit sekali diantara kita yang memperhatikan dan mengamalkannya. Sedangkan para pelaku ibadah yang lain, yang beribadah dengan cara yang mereka buat sendiri atau ditetapkan oleh para mursyidnya; semisal amalan wirid, hizib, dan salawat, kesibukan amal yang dengannya mereka meninggalkan Kitabullah kecuali sekedar tilawah, menghafal, dan mengulang-ulangnya, kami tidak menganggap haram bacaan wirid yang benar dan tidak pula melarang orang mengamalkan doa-doa dan hizib, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan syariah. Namun demikian, kami ingin menegaskan bahwa Kitabullah itu lebih utama.

Pertama, seleksilah dari hizib-hizib itu yang kiranya dapat  menghubungkan hatimu dengan Nya atau mengikatkan ruhanimu dengan cahaya-Nya, lalu berdzikir Setelah itu dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan agama. Adapun jika anda pinggirkan Al-Qur'an dengan menjadikan ibadahmu hanya melaksanakan cara-cara yang anda tetapkan sendiri atau ditetapkan oleh orang lain, maka itu berarti
anda telah meninggalkan Al-Qur'an dan mengabaikan hak-haknya.

Adapun tentang menyimpulkan hukum dari Al-Qur'an, banyak orang yang jatuh dalam kebodohan. mereka meletakkan hijab antara dirinya dengan Qur'an dengan hijab yang tebal, yang menjadikan mereka lebih puas dan lebih asyik dengan kesimpulankesimpulan atau komentar-komentar saja. Hasrat mereka untuk menyelam lebih dalam bersama sesuatu yang lebih berharga amatlah kecil. Apalagi mengenai penerapan hukum-hukum yang bersifat duniawi, orang telah menggantikannya dengan selain Qur'an. Mereka meletakkan -sebagai gantinya- prinsi-pprinsip asing yang dibangun oleh Prancis dan Romawi untuk dijadikan sumber undangundang dan dasar hukumnya. Dengan demikian, terabaikanlah hukum-hukurn Kitabullah di kalangan kaum muslimin, padahal di sanalah Allah swt. memberi pelajaran kepada mereka tentang segenap kebaikan, jilka saja mereka mendengarkan.

Setelah itu cukuplah bagi kaum muslimin, Al-Qur'an hanya menjadi mantera-mantera untuk penyembuhan, hiasan di perkumpulan-perkumpulan, serta pengiring bagi resepsi pesta maupun upacara kematian. Taruhlah mereka menjadikan Al-Qur'an seperti itu, namun kalau saja dibarengi dengan penunaian hak-haknya, tidaklah mengapa. Akan tetapi, anda menyaksikan-bersama dengan itu bahwa mereka acuh tak acuh dan mengalihkan perhatiannya kepada canda ria dan asyik berbincang sesamanya. Padahal Allah swt. berfirman,

"Jika dibacakan Al-Qur'an maka dengarkan dan perhatikanlah, mudah-mudahan kalian mendapatkan rahmat." (Al-A'raf: 204)

Dahulu Al-Qur'an adalah hiasan shalat, kini hanya menjadi hiasan resepsi; dahulu ia adalah timbangan keadilan dalam mahkamah, kini hanya menjadi pengiring senda gurau dan hari-hari besar; dahulu ia adalah media pelengkap pidato dan nasehat, kini hanya menjadi jimat dan mantera-mantera. jadi, berlebihankah jika saya katakan bahwa

"tidak kulihat sesuatu yang harusnya dijaga namun justru hilang sebagaimana Kitabullah?"

Sungguh, suatu kontradiksi yang aneh terjadi pada kita dalam menyikapi Al-Qur'an. Kita mengagungkannya tanpa ragu, kita membelanya tanpa ragu, dan kita taqarrub kepada Allah dengannya juga tanpa ragu. Namun wahai manusia, kalian salah langkah dalam mengagungkannya, kalian justru menjauh dari jalan pembelaan terhadapnya, dan kalian sesat dalam melakukan taqarrub kepada Allah dengannya.

Bukankah berarti menyia-nyiakan Kitabullah manakala anda melihat tempattempat yang dari sana Al-Qur'an menelorkan sejumlah besar pejuang pilihan, kini menjadi tempat menyepi bagi orang-orang yang menghafalkannya dan dengan alasan itu mereka udzur dari medan perjuangan?
Bukankah berarti menyia-nyiakan Al-Qur'an manakala anda menyaksikan mahasiswa masuk di Universitas Al-Azhar, kemudian menghafal Al-Qur'an hanya karena ia merupakan syarat untuk diterimanya di sana? Ketika ia keluar dari sana, serta merta ia melupakannya, karena Al-Qur'an tidak lagi menjadi syarat penerimaan ijazah kelulusannya. Anda menyaksikan, jika ia menjadi imam bagi orang banyak, ia banyak membuat kesalahan jika berceramah, ia bersandar kepada para fuqaha di kampung; Jika menjadi pembela atau hakim, ia kembali kepada mushaf untuk mengoreksi beberapa
ayat yang akan dijadikan rujukan.

Sungguh, kita telah benar-benar menyia-nyiakan Al-Qur'an. Seolah-olah di tangan kita ada kitab warisan yang tidak bisa memberi pengaruh apa pun dan tidak pula ditegakkan kandungannya. Inilah hakekatnya, pangkal dari segala musibah yang menimpa kita. Jika anda mengetahui ini wahai pembaca yang budiman, ketahuilah bahwa lkhwanul Muslimin berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengembalikan mereka kepada Kitabullah; mereka beribadah dengan tilawahnya, mengambil cahayanya dalam memahami kata-kata para pemimpin umat dengan ayat-ayatnya, meminta kepada
semua orang untuk menerapkan hukum-hukumnya, dan menyeru mereka bersama-sama untuk mewujudkan tujuan ini, yang itu adalah semulia-mulia tujuan seorang muslim dalam hidupnya.
Bagi Allahlah segala urusan, baik dahulu maupun sekarang.

No comments:

Post a Comment