Sunday 15 March 2015

APAKAH KITA PARA AKTIFIS (5)


MENENTUKAN SARANA DAN MENYANDARKAN PADA PRINSIP

Engkau telah mengetahui wahai pembaca yang budiman, bahwa Ikhwanul Muslimin mengemban misi utama pembinaan jiwa, pembaharuan mental, pengokohan akhlak, dan penumbuhan sikap ksatria yang lurus. Inilah pondasi yang di atasnya bakal ditegakkan kebangkitan umat. Mereka mencari tahu apa saja sarana untuk itu dan bagaimana cara yang harus digunakan untuk sampai ke sana.

Mereka tidak mendapatkan kata jawaban yang lebih tepat daripada kata “agama”. Agama itulah yang akan menghidupkan nurani, membangkitkan perasaan, mengetuk hati, menjadi pengawas dan penjaga jiwa yang tak pernah lalai, menjadi saksi yang tak pernah pura-pura, tak pernah menyesatkan, dan tak pernah melupakam pemiliknya di waktu pagi maupun perang, di tengah keramaian maupun ketika
sendirian. Dia pula yang memberi ilham yang mendorong seseorang berbuat kebajikan, yang menghardiknya dari perbuatan dosa, yang menjauhkannya dari jalan yang menyesatkan, dan yang memberi rambu-rambu untuk memahami jalan kebajikan dan jalan kejahatan.

"Apakah mereka mengira bahwa kami tidak mendengar rahasia dan bisikanbisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka." (Az-Zukhruf: 80)

Ia pula yang menghimpun berbagai nilai keutamaan dan kemuhaan yang menyediakan untuk setiap keutamaan pahalanya dan setiap kemuliaan balasannya, dan dia pulalah yang menyerukan aktivitas pembersihan hati serta penyucian ruhani.

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (AsySyams: 9-10)

Agama pula yang menyeru manusia kepada pengorbanan di jalan kebenaran dan pembinaan akhlak. Yang menjamin siapa saja yang melakukannya dengan pahala yang sebesar-besarnya, yang memperhitungkan kebajikan betapa pun kecilnya, dan memperhitungkan kejahatan betapa pun remehnya. Ia yang mengganti kehancuran dalam membela kebenaran dengan keabadian dan menghidupkan kembali kematian di medan jihad.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka," (Ali Imran: 169-170)

"Kami akan memasang timbangan yang tepat Pada hari Kiamat maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya sebesar biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya, Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan," (Al-Anbiya’: 47)

Ia pula yang sanggup menebus segala kemegahan duniawi ini dari setiap orang dengan harga berupa kebahagiaan yang menuhi jiwanya dan menenteramkan hatinya. Ialah anugerah rahmat, kasih sayang, dan ridha Allah swt. "Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."(An-Nahl: 96)

Ia menghimpun semua keutamaan tersebut, lalu mengiringi fitrah hati, dan jiwa. setelah itu meleburlah masing-masing keutamaan kepada yang lainnya, menyusup ke sela-sela molekul ruhani, memandu akal pikiran, dan akhirnya bersatu-padu tanpa berpisah lagi. Perpaduan inilah yang membangkitkan rasa suka cita para petani di ladangnya dan para buruh di tempat kerjanya. Ia menjadikan si kecil mengerti dan menikmati ilmu pengetahuan di meja perpustakaannya; ia menjadikan si cendekia merasa lezat dengan studi dan telaahnya dan ia pula yang menerbangkan benak si filosof dengan perenungannya. Apakah anda melihat sesuatu yang dapat menguasai jiwa
manusia lebih kuat daripada agama? Apakah anda membaca dalam sejarah umat manusia suatu faktor yang paling dahsyat pengaruhnya pada kehidupan masyarakat daripada agama? Dan apakah anda menyaksikan suatu dampak dari kehidupan para filosof dan cendekiawan sehebat apa yang dimiliki para nabi dan rasul? Sekali-kali tidak! Karena agama adalah seberkas cahaya Allah yang menembus jiwa, yang menerangi kegelapannya, dan mencerahkan cakrawalanya. Jika ia telah tertanam kuat di dalam jiwa, semuanya bakal disiapkan untuk menjadi tebusannya.

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk Kepada orang-orang fasik." (At-Taubah: 24)

Dia pulalah yang melambung tinggi bersama kesakralan dan keagungannya melampaui segala sesuatu; ia berada di atas segenap makhluk dan jauh dari arus taklid buta. Dengan begitulah ia menyatukan hati, menghimpun kata dan memutus setiap bentuk perselisihan dan pertikaian dari akar-akarnya, sehingga terciptalah kekuatan dan ketegaran untuk membimbing kalbu menuju haribaan Allah swt, semata seiring dengan itu, ia memalingkan jiwa dari pengaruh daya tarik duniawi dan kenikmatan syahwati dengan hasrat dan amalnya- untuk menuju martabat para mukhlisin yang setia, yang segenap aktivitasnya hanya diperuntukkan bagi Allah swt.

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya." (Asy-Syura: 13)

Dia pula yang mengantarkan kesetiaan hati menuju syahadah (mati syahid) dan menjadikannya sebagai kewajiban yang akan dimintai tanggung jawabnya di hadapan Allah. Dia menjadikan syahadah itu sebagai kendaraan yang membawanya ke naungan ilahi, serta menjadikannya bukti kepahlawanan yang total dan kejujuran yang sejati.

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya." (Al-Ahzab: 23-24)

Dia tempat terhimpunnya pemikiran yang sehat dan tempat berseminya cita-cita yang luhur. Ia adalah simbol harapan bagi pribadi, masyarakat, bangsa, dan dunia seluruhnya.

"Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya." (Al-Munafiqun: 8)

Sebagian orang berpikir untuk memperbarui masyarakat dengan perangkat ilmu pengetahuan, sebagian lainnya berpendapat dengan perangkat seni dan tradisi, dan sebagian lainnya menganggap cukup dengan pembinaan olah raga. Semua itu bisa jadi benar dan bisa jadi salah, dalam konteks makna yang terbatas. Saat ini bukanlah saatnya untuk memberi tanggapan, kritik, dan penilaian atasnya. Akan tetapi satu hal yang ingin saya katakan, lkhwanul Muslimin melihat bahwa sarana yang paling tepat untuk memperbaiki kepribadian umat adalah agama Di samping itu ia melihat pula bahwa agama Islam telah menghimpun kebaikan seluruh perangkat di atas.

Sedangkan menyangkut perangkat operasional pertama untuk menyucikan jiwa dan memperbarui ruhani, ia adalah "Pembatasan sarana dan pemilihan pondasi". Di atas landasan inilah aqidah Ikhwanul Muslimin dibangun, dengan merujuk kepada Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya, tanpa keluar darinya sedikit pun. Dan Ikhwan mewajibkan dirinya untuk menjaga, mewujudkan, dan loyal kepadanya. Saya berkeyakinan bahwa inilah sarana operasional untuk pembinaan jiwa dan pelurusan akhlak. Dalam kaitan ini, saya mengingatkan kepada setiap akh muslim bahwa adalah kewajibannya untuk menjaga aqidah dan bekerja untuk mewujudkan kandungannya.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah: 119)

No comments:

Post a Comment