Wednesday 31 October 2018

KEDUDUKAN ZAKAT YANG SEBENARNYA

Saudara-saudara sesama Muslim.

Dalam khutbah saya yang telah lalu, telah saya nyatakan bahwa sesudah solat, tiang Islam yang terbesar adalah zakat. Dan adalah suatu fakta yang sangat penting bahwa sebagaimana seseorang yang tidak mau mengerjakan solat dinilai sebagai kafir, maka demikian pula mereka yang mengingkari zakat juga tidak hanya dianggap kafir, tetapi lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang diperangi oleh sahabat-sahabat Rasul dengan jihad.

Dalam khutbah hari ini saya akan menjelaskan kepada anda kedudukan zakat yang sebenarnya, agar kita mengetahui apa maknanya yang sebenarnya, dan kenapa Islam memberikan kedudukan yang begitu penting kepadanya.

BAGAIMANA KEDUDUKAN YANG DEKAT DENGAN ALLAH BISA DICAPAI


  • UJIAN KEBIJAKSANAAN DAN KEWASPADAAN


Sebagian orang di antara kita adalah orang-orang yang bodoh fikirannya, sehingga mengambil siapa saja sebagai teman tanpa menguji terlebih dahulu apakah dia patut dijadikan teman atau tidak. Orang-orang bodoh seperti ini kebanyakannya tartipu oleh tindakannya sendiri dan akan mengundang kekecewaan. Tetapi orang-orang yang bijaksana memilih orang-orang yang akan mereka jadikan teman setelah memeriksanya dengan cermat. Siapa yang mereka lihat tulus hatinya, jujur, dan setia, maka hanya dialah yang mereka pilih sebagai teman, dan yang lain mereka jauhi. Allah Yang Maha Kuasa adalah Yang Paling Bijaksana dan Hati-hati. Dia tidak akan begitu saja menjadikan semua orang temanNya dan memasukkannya ke dalam kelompokNya serta memberikan kepadanya tempat yang terkemuka dalam persidanganNya. Kalau manusia saja memilih temannya dengan mengujinya terlebih dahulu, maka tidak mungkin bahwa Allah, yang merupakan sumber kebijaksanaan dan kewaspadaan, akan begitu saja mengambil setiap orang sebagai teman tanpa mengujinya teriebih dahulu. Berjuta-juta manusia yang tersebar di muka bumi ini yang terdiri dari bermacam-macam rupa, ada yang elok ada yang buruk, tidak dapat dimasukkan ke dalam partai Allah, iaitu golongan
yang memperoleh kedudukan sebagai khalifah di dunia ini dan mendapat kehormatan di akhirat nanti. 

Dengan kebijaksanaanNya yang Tinggi, Dia telah menetapkan beberapa ujian, cobaan dan kriteria untuk menguji nilai diri seseorang, sehingga barangsiapa yang lulus dalam ujian tersebut dapat masuk ke dalam golongan Allah, dan mereka yang gagal akan secara automatik dikeluarkan dari golongan tersebut, dan menyadari sendiri bahwa ia memang tidak patut untuk dimasukkan ke dalam golongan Allah. Apakah kriteria-kriteria tersebut? Karena Allah adalah Maha Bijaksana dan Hati-hati, maka pertama-tama ia menguji kebijaksanaan dan kewaspadaan manusia. Allah ingin melihat apakah hambaNya itu mempunyai pengetahuan atau tidak? Apakah ia seorang yang bodoh? Alasan ujian ini adalah bahwa seorang yang bodoh dan tolol tidak akan bisa berteman dengan seorang yang bijaksana dan hati-hati. 

Kelayakan seorang hamba yang lulus dalam ujian Allah, Penciptanya, adalah bahwa ia mengakui bahwa tidak ada wujud yang patut disembah selain Allah, tidak pula ada yang selain dari Dia yang memberinya rezeki, yang mendengar dan mengabulkan doa-doanya, dan yang menolongnya, dan dengan mendengar kata-kata Allah itu ia tahu bahwa kata-kata itu adalah kata-kata Tuhannya, bukan kata-kata orang lain. Selanjutnya, ia mengerti perbedaan antara kehidupan nabi yang sebenarnya dan nabi palsu serta perbedaan dalam budi pekerti, tingkah laku, ajaran-ajaran dan hasil-hasil perjuangan mereka. Ia juga mampu mengenali siapa nabi yang sebenarnya di antara orang-orang yang mendakwakan diri sebagai nabi, siapa yang benar-benar dipercayai dan diutus oleh Allah untuk membawa petunjukNya dan siapa yang hanya dajjal dan penipu. Orang yang seperti inilah yang lulus dalam ujian kebijaksanaan dan kewaspadaan. Maka setelah memilihnya dari antara kumpulan bermacam-macam manusia, Allah memasukkannya ke dalam kelompok calon anggota-anggota partaiNya. Mereka yang gagal dalam ujian tahap pertama ini akan ditinggalkan begitu saja dan dibiarkan pergi ke mana saja mereka mau.

  • UJIAN KEKUATAN MORAL


Orang-orang yang lulus dalam ujian tahap pertama tadi harus pula mengikuti ujian tahap kedua. Dalam ujian tahap kedua ini, yang diuji adalah kekuatan moralnya, di samping kebijaksanaannya. Di sini diuji dan diperiksa dengan saksama apakah ia memiliki cukup kekuatan untuk melaksanakan kebenaran dan kebajikan setelah mengetahuinya, dan menjauhi kebathilan dan kejahatan setelah mengenalinya. Di sini juga diperiksa apakah ia adalah seorang hamba hawa nafsunya, pengikut amalan nenek-moyangnya, kebiasaan-kebiasaan keluarga dan pemikiran-pemikiran serta gaya-gaya yang dianut masyarakat.

Selanjutnya, diteliti pula, apakah ia memiliki kelemahan yang bisa menyebabkan dia tetap berpegang teguh pada kebathilan yang bertentangan dengan petunjuk Allah, sebagaimana yang sudah diketahuinya; dan menolak kebenaran dan keadilan yang diredhai Allah, sebagaimana yang sudah diketahuinya pula? Mereka yang gagal dalam ujian ini tidak akan dimasukkan ke dalam golongan Allah. Allah hanya akan memasukkan orang-orang yang termasuk dalam definisi,

"...Barangsiapa yang ingkar kepada tbaghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(Al-Qur'an, al-Baqarah, 2:256)

Artinya, mereka harus meninggalkan dengan penuh keberanian setiap cara dan sistem yang bertentangan dengan petunjuk Allah; mereka tidak mempedulikan apa pun dan hanya bersedia mengikuti yang ditunjukkan oleh Allah, tidak peduli ada orang yang senang atau tidak senang karenanya. 

  • UJIAN KEPATUHAN DAN KETAATAN


Orang-orang yang lulus dalam ujian tersebut di atas harus tampil dalam ujian ketiga. Dalam ujian ini, diuji kepatuhan dan ketaatan. Di sini diperintahkan:

"Apabila datang perintah untuk mengerjakan sesuatu dari Kami, maka tinggalkanlah tidurmu dan hadirlah di hadapan Kami. Hentikanlah pekerjaanmu dan datanglah. Tinggalkanlah pekerjaanmu yang mungkin menyenangkan hatimu, menghibur dan menguntungkanmu itu, dan melaporlah kepada Majikanmu. Biarlah panas, dingin, atau cuaca bagaimana saja. Dalam keadaan bagaimanapun, datanglah bila dipanggil!"

Kemudian diperintahkan lagi:

"Laparkan dan hauskan dirimu dari pagi hingga petang dan kuasailah hawa nafsumu".

Perintah-perintah ini harus dilaksanakan sepenuhnya, tidak peduli betapa lapar dan haus yang akan ditemui, tidak peduli makanan lazat dan minuman segar dihidangkan kehadapan kita. Mereka yang gagal dalam ujian ini juga akan disingkirkan. Hanya mereka yang lulus saja yang akan dipilih, karena hanya orang-orang seperti merekalah yang dapat diharapkan untuk mematuhi hukum-hukum dan aturan-aturan yang akan dibuat untuk mereka, serta perintah-perintah yang akan diberikan dengan nama Allah, dan mematuhinya dalam setiap situasi dan keadaan, baik terang-terangan maupun diam-
diam, baik melihat keuntungan maupun kerugian, keselesaan maupun ketidakpuasan.

  • UJIAN PENGORBANAN HARTA BENDA


Setelah itu, ujian keempat adalah ujian yang berhubung dengan harta benda. Orang-orang yang lulus dalam ujian yang ketiga belumlah berjaya untuk dilatih menjadi tentara tetap Tuhan. Masih perlu diperiksa apakah mereka berfikiran sempit, kecil semangat dan penakut. Apakah mereka masih tergolong dalam kelompok orang-orang yang suka berbicara dengan bahasa yang indah tentang persahabatan dan kasih-sayang tetapi enggan memberikan pertolongan sewaktu diminta? Apakah mereka masih sama dengan orang-orang yang suka berbicara muluk-muluk tentang menyayangi binatang dan gigih membelanya di depan orang ramai, tetapi selalu marah apabila ada seekor kucing mencuri sepotong ikan asinnya? Seorang yang berfikiran normal, biasanya tidak akan mau berteman dengan orang yang pelit dan pemuja harta seperti itu, sedang orang yang pemurah juga tidak akan sudi duduk bersama dengan makhluk yang menjijikkan seperti itu. Maka, bagaimanakah Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah, yang selalu mencurahkan rezeki dengan melimpah-ruah kepada seluruh makhlukNya, akan mau menjadikan orang seperti itu sebagai temanNya, orang yang pelit membelanjakan hartanya dijalan Allah, yang harta itu sendiri sebenamya adalah pemberianNya? Bagaimana pula Allah Yang Maha Bijaksana dan Hati-hati itu akan mau memasukkan orang seperti itu ke dalam golonganNya, orang yang persahabatan dan kasih sayangnya hanya terbatas pada semboyan-semboyan dan cerita-cerita kosong saja, yang sama sekali tidak bisa dipercaya? Oleh karena itu kepada orang-orang yang gagal dalam ujian keempat ini juga dikatakan: "Pergilah. Tidak ada tempat bagimu dalam partai Allah, kamu tidak berguna. Kamu tidak akan mampu memikul tanggungjawab besar yang dipercayakan Allah kepada khalifahNya. Yang bisa masuk partai ini hanya orang yang bersedia mengorbankan hidupnya, harta bendanya, anak-anaknya, keluarganya, tanahairnya, semuanya, demi cintanya kepada Allah.

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". (Al-Qur'an, All 'Imran,3:92)


SIFAT-SIFAT YANG DITUNTUT BAGI ANGGOTA PARTAAI ALLAH

1. Tidak boleh berfikiran sempit

Dalam partai ini tidak ada tempat bagi orang-orang yang berfikiran sempit. Hanya orang-orang yang lapang fikiran saja yang boleh masuk:

"...Dan barangsiapa yang dipelihara dari kesempitan fikirannya, mereka itulah orang- orang yang beruntung". (Al-Qur'an,al-Hasyr, 59:9)

2. Harus lapang dada

Di sini diperlukan orang-orang yang dadanya lapang hingga apabila seseorang pernah memusuhi dan menyakiti hati mereka, mereka masih mau menolongnya dan membantunya demi Allah:

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”( Al-Quran, an-Nur, 24:22)

3. Harus lapang hati

Di sini diperlukan orang-orang yang lapang hati:

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keredhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (Al-Qur'an, al-Insan, 76:8-9)

4. Harus berhati bersih dan suci

Di sini diperlukan orang-orang yang berhati suci bersih karena Allah, iaitu memberikan barang-barang yang paling baik dari apa yang diberikan Tuhan kepada mereka:

"Wahai orang-orang beriman, nafkahkan (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memjelingkan mata terhadapnya..." (Al-Qur' an, al-Baqarah, 2:267)

5. Harus memberi walaupun dalam kekurangan

Di sini diperlukan orang-orang budiman yang walaupun sedang kekurangan, tidak ragu-ragu untuk memotong perbelanjaan mereka dan memberikannya untuk keperluan agama Allah dan membantu hamba-hamba Allah:

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (iaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik diwaktu lapang maupun di waktu sempit..." (Al-Qur'an, All 'Imran, 3:133-134)

6. Harus murah hati

Di sini diperlukan orang-orang beriman yang benar-benar percaya bahwa apa. pun yang dibelanjakan pada jalan Allah tidaklah akan sia-sia; dan sebaliknya, Allah akan memberikan balasan yang paling baik untuk itu., baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu mereka bersedia menafkahkan hartanya di jalan Allah semata-mata untuk memperoleh ridhaNya. Mereka tidak pernah peduli apakah orang-orang tahu tentang kemurahan hati mereka atau tidak, apakah orang akan berterima kasih kepada mereka atau tidak.

"...Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya". (Al-Qur'an, al-Baqarah, 2:272)

7. Harus ingat kepada Allah pada masa senang

Di sini diperlukan orang-orang pemberani yang tidak lupa kepada Allah baik dalam keadaan hidup sejahtera, maupun dalam istana megah dan penuh kemewahan:

"Wahai orang-orang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingati Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi". (Al-Qur'an, alMunafiqun, '63:9)

Semua yang tersebut di atas itu adalah kuality-kuality penting yang dituntut untuk membolehkan diri memasuki partai Allah. Tanpa mengikuti semua sifat itu, seseorang tidak akan boleh dimasukkan ke dalam kelompok teman-teman Allah. Sesungguhnya, itu semua bukan hanya ujian moral saja, Tetapi juga ujian iman yang lebih ketat. Orang yang enggan membelanjakan hartanya di jalan Allah, dan menganggapnya sebagai denda yang dikenakan atas dirinya, juga mencari-cari alasan untuk menghindarinya, dan apabila memang melakukannya juga, ia mencoba untuk mengurangi sakit hatinya dengan menunjuk-nunjukkan  pemberiannya  atau  mengusahakan  agar  perbuatannya disebarluaskan, orang seperti ini sesungguhnya bukanlah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Ia menganggap bahwa apa yang dibelanjakan di jalan Allah adalah terbuang percuma. Kemewahan, kenyamanan hidup, hobi, keuntungan dan kemasyhuran adalah lebih disayanginya daripada keredhaanNya. Ia mengira bahwa hidup hanya terbatas di dunia ini saja. Menurut pendapatnya uang semuannya harus dibelanjakan, ia harus dibelanjakan untuk menjunjung nama dan kemasyhuran, agar infaqnya itu segera bisa dipetik hasilnya di dunia ini. Kalau tidak demikian, akan sia-sialah uang itu hilang. Orang semacam ini dengan tegas dinyatakan dalam al-Qur'an sebagai tidak bisa diterima Allah. Apabila ia menyombongkan imannya, ia adalah munafik. 

Perhatikanlah ayat dalam point di bawah ini.

8. Tidak boleh menyebut-nyebut pemberian

"Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir...." 
(Al-Qur'an, al-Baqarah, 2:264)

9. Tidak boleh membanyak-banyakkan kekayaan

"....Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih". (Al-Qur'an, at-Taubah, 9:34)

10. Tidak boleh mencari alasan mundur apabila diminta ikut berjihad di jalan Allah

"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu (Muhammad) untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya". (Al-Qur'an, at-Taubah, 9:44-45)

11. Harus taat sepenuh hati kepada Allah

"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan solat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan". (Al-Qur'an, at-Taubah, 9:54)

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik". (Al-Qur'an, at-Taubah, 9:67)

12. Tidak boleh menganggap membelanjakan harta di jalan Allah sebagai paksaan yang tidak sepatutnya

"Dan diantara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagai suatu kerugian...." (Al-Qur'an, at-Taubah, 9:98)

13. Tidak boleh kikir

"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir, sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah yang Maha Kaya sedangkan kamu adalah orang-orang yang berkehendak (kepada)Nya; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu ini". (Al-Qur'an, Muhammad, 47:38)

Saudara-saudara sesama Muslim

Inilah kedudukan yang sebenamya daripada zakat, tiang agama kita itu. Jangan kita samakan kedudukannya dengan pajak yang dikenakan oleh pemerintah negara dunia. Tetapi zakat adalah penting dan urat nadi Islam. Zakat adalah ujian keimanan. Sebagaimana halnya seorang pelajar atau mahasiswa, baru boleh naik tingkatan apabila ia lulus menempuh ujian akhir yang diadakan sekolah atau tempatnya menuntut ilmu. Sama halnya dengan seorang Muslim, ia harus pula lulus menempuh berbagai tingkatan ujian pengorbanan harta benda supaya ia dapat menjadi seorang Muslim yang sebenamya walaupun, memang, ini bukanlah ujian yang terakhir. Setelah ujian ini masih ada lagi ujian yang lebih berat, iaitu ujian pengorbanan nyawa, yang akan saya jelaskan pada kesempatan lain. Ada pun ujian pengorbanan harta benda, adalah ujian terakhir dari testing masuk ke dalam lingkungan Islam, atau dengan kata lain, ke dalam partai Allah. Sekarang ini, sebagian orang mengatakan: sudah terlalu banyak khutbah dan ceramah yang diberikan kepada kaum Muslimin, yang menyerukan agar mereka membelanjakan harta dan melarang menghambur-hamburkan uang; padahal dalam keadaan kemiskinan dan kemelaratan seperti sekarang ini, seharusnya mereka diberi ceramah tentang bagaimana mencari dan mengumpulkan uang. Orang-orang yang berkata seperti itu tidak mengerti bahwa zakat dan membelanjakan harta di jalan Allah, adalah merupakan ruh Islam; dan salah satu faktor yang telah menjerumuskan umat Islam ke dalam lembah kehinaan sekarang ini, adalah karena tidak adanya semangat pengorbanan ini. Kejayaan ummat Islam runtuh bukan disebabkan adanya semangat berkorban, tetapi karena matinya semangat ini.



1 comment: