Wednesday 27 March 2013

SIAPA YANG DISEBUT MUSLIM


Saudara-saudara sesama Muslim!

Hari ini saya akan menjelaskan kepada anda sifat-sifat seorang Muslim. Saya akan
menyebutkan persyaratan-persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang Muslim,
dan apa yang harus dilakukan oleh seseorang agar ia dapat disebut sebagai seorang
Muslim.

APAKAH "KUFUR" DAN ISLAM ITU?

Untuk memahami masalah tersebut di atas, pertama-tama anda harus mengerti apa itu
kufur dan apa itu Islam. Kufur adalah penolakan seseorang untuk melaksanakan perintah-
perintah Allah, dan Islam adalah kepatuhan kepada Allah semata-mata, serta penolakan
atas semua sistem, hukum dan perintah-perintah yang bertentangan dengan petunjuk-
petunjuk yang diterima dari Allah. Perbedaan yang nyata antara Islam dan kufur ini telah
dinyatakan dengan jelas di dalam al-Qur'an, Allah berkata:

Barangsiapa yang memutuskan tidak menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang yang kafir". (Al-Qur'an, al-Maidah, 5:44)

Menetapkan hukum tidak hanya berarti mengadili perkara-perkara dalam sidang-
sidang pengadilan saja. Sesungguhnya, hukum di sini berarti setiap keputusan yang
dibuat oleh setiap orang setiap saat dalam hidupnya. Setiap saat anda dihadapkan kepada
persoalan apakah anda harus melakukan sesuatu atau tidak, dengan cara bagaimana
sesuatu harus dilakukan, cara apakah yang harus dipakai dalam menyelesaikan sesuatu
persoalan, dan sebagainya. Bagi setiap hal yang seperti ini, suatu metodologi untuk
membuat keputusan telah digariskan dalam Kitab Allah dan Sunnah RasulNya,
sedangkan metodologi-metodologi selain itu adalah metodologi-metodologi yang
ditentukan oleh kemauan diri sendiri, adat kebiasaan nenek moyang atau aturan-aturan
yang dibuat oleh manusia. Nah, apabila seseorang mengetepikan cara-cara yang telah
digariskan Allah dan memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lain, maka
sesungguhnya ia telah mengikuti jalan kufur. Dan apabila ia selama hidupnya menempuh
cara-cara kufur dalam melakukan segala sesuatu, maka ia adalah seorang kafir. Apabila ia
mematuhi petunjuk Allah dalam sebagian masalah, dan dalam masalah-masalah yang
lain mengikuti kemauannya sendiri atau adat kebiasaan masyarakat atau aturan-aturan
buatan manusia, maka ia telah terlibat dalam kekufuran sejauh pembangkangannya
terhadap hukum-hukum dan aturan-aturan Allah. Seseorang mungkin setengah kafir,
seperempat kafir, sepersepuluh atau mungkin seperduaputuh kafir. Pendeknya, ukuran
kekufuran seseorang adalah menurut sejauh mana ia telah membangkang hukum Allah.
Islam tidak lain adalah penghambaan seseorang semata-mata kepada Allah. Ia sama-
sekali tidak mengikuti kemauannya sendiri, atau kemauan nenek-moyangnya atau
kemauan keluarga dan sukunya, atau kemauan kaum ulama atau kiyai, kemauan
pemerintah, hakim, atau kemauan siapapun yang lain, selain kehendak Allah semata-
mata. Allah menyatakan dalam al-Quran:

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah, kecuali Allah
dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain tuhan selain daripada Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah”.
(Al-Quran, Ali 'Imran, 3:64).

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepadaNya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan".
(Al-Qur'an, Ali 'Imran, 3:83).

Dalam kedua-dua ayat ini hanya satu ajaran yang dikemukakan, yakni bahwa agama
yang sebenarnya adalah kepatuhan dan kepasrahan kepada Allah. Menyembah Allah
tidak hanya berarti bersujud di hadapanNya lima kali sehari, tetapi sebenarnya berarti
melaksanakan perintah-perintahNya di setiap saat, siang dan malam. Anda harus
menghindari semua yang telah dilarangNya dan mengerjakan apa yang telah
diperintahkanNya. Dalam setiap masalah, anda harus menyelidiki apa perintah Allah
mengenai masalah tersebut. Anda sekali-kali tidak boleh memikirkan kemauan anda
sendiri, pendapat akal fikiran anda, adat kebiasaan nenek-moyang anda, kemauan
keluarga dan sanak saudara anda, apa yang dikatakan oleh kiyai atau ulama tentang hal
itu, apa yang diperintahkan oleh si anu, dan apa yang boleh menyenangkan hati si anu.
Bila anda mengikuti kemauan siapa pun juga dan mengetepikan perintah-perintah
Allah, maka sesungguhnya anda telah menyekutukannya dengan Allah. Dengan
perbuatan anda itu, berarti anda telah memberikan kepadanya kedudukan yang
sebenarnya adalah hak Allah semata-mata, karena yang berhak memberi perintah
hanyalah Allah saja:

“menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik".
(Al-Qur'an, al-Anam, 6:57).

Hanya Dia sajalah yang layak disembah, Dia yang telah menciptakan dan
menghidupkan anda. Semua yang ada di langit dan di bumi tunduk kepada perintahNya.
Tidak ada sebuah batu pun yang tunduk kepada batu yang lain. Tiada sebatang pohon
pun yang tunduk kepada pohon yang lain. Tidak seekor binatang pun yang tunduk kepada
perintah binatang yang lain. Maka apakah anda akan menjadi lebih hina dari binatang,
pohon, dan batu dengan tunduk kepada sesama manusia dan mengetepikan Allah,
sedangkan binatang, pohon, dan batu hanya tunduk kepada Allah semata-mata? Inilah
masalah yang terkandung dalam kedua ayat tersebut di atas tadi.

No comments:

Post a Comment