Monday 13 May 2013

ARTI "DIN" DALAM ISLAM


Beberapa arti Din. Arti yang pertama adalah "kehormatan pemerintahan,
negara, kemaharajaan dan kekuasaan". Arti yang kedua sangat bertentangan dengan arti
yang pertama, iaitu: "ketundukan, kepatuhan, perbudakan, penghambaan, dan
penyerahan". Arti ketiga adalah "memperhitungkan, mengadili, memberi ganjaran dan
hukuman atas perbuatan". Ketiga-tiga arti ini dipakai di dalam al-Qur'an.

Allah berfirman :

"Sesungguhnya agama (yang diredhai) di sisi Allah, hanyalah Islam..."
(Al-Qur'an, Ali 'Imran, 3:19)

Ini berarti bahwa bagi Allah yang disebut din adalah ajaran yang membuat manusia
mengakui hanya Allah saja yang menjadi Pemilik Kemuliaan dan Kehormatan, dan
yang tidak membuat manusia bersujud di hadapan siapa pun kecuali Allah. Manusia
harus memandang Allah saja sebagai Majikan, Yang Dipertuan dan Penguasa, dan
manusia tidak boleh menjadi hamba, pelayan dan orang bawahan kepada siapa pun
kecuali Allah. Manusia harus menganggap Allah saja sebagai Pemberi ganjaran dan
hukuman, dan tidak boleh takut kepada siapa pun kecuali Dia serta tidak boleh
menginginkan ganjaran atau menakuti hukuman dari siapa pun kecuali dari Dia. Sebutan
din seperti ini maksudnya adalah agama Islam. Apabila, berlawanan dengan din yang
seperti ini, misalnya, manusia menganggap seorang manusia lain sesamanya sebagai
pemilik kehormatan dan kemuliaan yang sesungguh-sugguhnya, sebagai tuan dan
penguasa yang mutlak, serta pemberi ganjaran dan hukuman yang sebenamya, lalu
tunduk kepadanya dengan sikap yang hina, menghamba kepadanya, mentaati perintah-
perintahnya, menginginkan ganjaran dan takut akan hukuman daripadanya, maka din
seperti ini adalah din yang bathil. Allah tidak akan menerima din yang semacam ini
karena sama-sekali berlawanan dengan realiti. Tiada ada sesuatu pun selain Allah yang
memiliki kehormatan dan kemuliaan di seluruh alam semesta ini, tidak pula ada
kekuasaan dan kerajaan selain kekuasaan dan kerajaanNya. Manusia diciptakan bukan
untuk menjadi pelayan atau budak kepada siapa pun selain Allah, tidak pula ada majikan
yang sebenarnya selain Dia yang mampu memberi ganjaran dan hukuman. Kenyataan ini
telah ditunjukkan dalam dua ayat berikut:

"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekaii-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi". (Al-Qur'an, Ali 'Imran, 3:85)

Artinya, barangsiapa mengabaikan kedaulatan dan kemaharajaan Tuhan, sebaliknya
mengakui manusia lain sesamanya sebagai majikan dan penguasa, serta menjadi pelayan
dan hambanya, dan menganggapnya sebagai pemberi ganjaran dan hukuman, maka
Tuhan tidak akan menerima dinnya, karena:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus..."
(Al-Qur'an, al-Bayyinah, 98:5)

Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia supaya menjadi hambaNya semata-
mata, dan Dia telah melarang mereka bersikap hina dan menghamba kcpada siapa pun
selain Dia. Oleh sebab itu, wajiblah manusia memalingkan diri dari sesama makhluk dan
memusatkan perhatian mereka hanya kepada din mereka saja, yaitu kepatuhan dan
penghambaan kepada Allah. Manusia harus mengabdikan diri untuk melayaniNya dengan
sepenuh hati, dan hanya takut dipertanggungjawabkan terhadapNya saja.

"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nyalah, menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun. terpaksa, dan hanya kepada Allah mereka dikembalikan".
(AlQur'an, Ali 'Imran, 3:83)

Ini berarti bahwa, apakah manusia mau bersikap hina dan rendah serta melayani
sesama manusia lain - walaupun semua makhluk yang ada di langit dan di bumi menjadi
budak dan pelayan yang patuh kepada Allah semata-mata dan mereka hanya
menyerahkan diri kepada-Nya saja dan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka
kepada-Nya saja. Apakah manusia mau membuat rencana sendiri yang bertentangan
dengan rencana seluruh alam semesta yang terdiri dari bumi dan langit.

"Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur'an)
dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-
orang musyrik tidak menyukai". (Al-Qur'an, 9:33)

Ini berarti bahwa Allah telah mengutuskan utusanNya dengan membawa din yang benar
dengan tujuan mengakhiri kedaulatan semua tuhan-tuhan palsu, dan meningkatkan derajat
manusia sedemikian rupa, sehingga mereka tidak lagi menjadi pelayan kepada siapa
pun kecuali Penguasa alam semesta dengan tidak mempedulikan keberatan apa pun yang
diajukan oleh kaum musyrik dan kafir terhadapnya, karena kejahilan mereka.

"Dan peranglah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-
mata bagi Allah..." (Al-Qur'an, al-Anfal, 8:39)

Artinya, kita harus melakukan peperangan, sehingga kejahatan kedaulatan makhluk -
bukan kedaulatan Allah – dapat dilenyapkan, dan hanya hukum Allah saja berlaku di
dunia ini, kedaulatan Allah saja yang diakui dan manusia hanyalah menjadi hamba
Allah semata-mata.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, tentulah kita sekarang bisa memahami arti
din (agama), yakni :

Mengakui hanya Allah saja sebagai Tuhan, Majikan, dan Penguasa.
Taat hanya kepada Allah saja, serta mengabdi hanya kepadaNya saja.
Takut akan dipertanggungjawabkan terhadap Allah, takut pada hukumanNya, dan
sangat mengharapkan ganjaran-Nya.

Oleh karena perintah-perintah Allah hanya disampaikan kepada manusia dalam Kitab
Nya melalui perantaraan Rasul yang membawa Kitab Suci tersebut, maka seseorang yang
mengakui Allah sebagai Tuhan dan Penguasa, boleh dikatakan patuh kepadaNya, apabila
dia juga patuh pada UtusanNya dan melaksanakan perintah-perintah yang diterimanya
melalui Utusan tersebut, sebagaimana tersebut dalam al-Qur'an:

"Wahai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri
yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertaqwa dan
mengadakan kebaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati". (Al-Qur'an, al-Araf, 7:35).

Inilah tepatnya arti yang terkandung dalam din.

No comments:

Post a Comment