Saturday 4 May 2013

TEST KEIMANAN

LG Nexus 4 E960 Saudara-saudara sesama Muslim!

Dalam khutbah yang lalu saya telah menerangkan bahwa menurut al-Qur'an ada tiga
jalan yang dapat menyesatkan manusia.
Yang pertama adalah mengetepikan hukum-hukum Allah dan mengikut dorongan hawa
nafsu. Yang kedua adalah melebihkan kebiasaan keluarga dan cara-cara nenek-moyang
daripada hukum Allah. Yang ketiga adalah mengabaikan sistem kehidupan yang
diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikuti cara-cara yang ditempuh oleh
manusia, baik oleh orang-orang yang hebat bangsanya sendiri maupun bangsa-bangsa
lain.

MUSLIM YANG SEBENARNYA

Definisi yang sebenarnya untuk seorang Muslim adalah bahwa ia harus kebal terhadap
ketiga-tiga penyakit tersebut di atas. Orang yang disebut Muslim hanyalah orang yang
tidak menjadi hamba sahaya kepada apa pun kecuali Allah, dan tidak mengikuti siapa
pun kecuali RasulNya. Seorang Muslim hanyalah orang yang dengan setulus hati percaya
bahwa ajaran Allah dan RasulNya adalah kebenaran yang mutlak, dan apa pun yang
bertentangan dengannya adalah sesat, dan apa pun yang baik bagi manusia dalam
kehidupan di dunia ini maupun di akhirat nanti seluruhnya telah terkandung dalam
ajaran-ajaran Allah dan UtusanNya. Seseorang yang beriman sepenuhnya kepada
kebenaran-kebenaran ini adalah orang yang selalu mencari petunjuk dari ajaran Allah dan
RasulNya dalam setiap langkah kehidupannya dan yang bersangkutan dengan masalah
yang dihadapinya, dan setelah mengetahui ajaran tersebut, terus mengikutinya. Setelah
berbuat demikian, ia tidak akan memperdulikan apakah fikirannya akan merasa tidak
tenang karenanya, atau apakah sanak saudaranya akan memarahi dan mencaci-makinya,
atau orang-orang yang memuja keduniaan akan menentangnya. Karena, bila hal itu
terjadi ia hanya cukup menjawab dengan jelas dan tegas: “Saya adalah hamba sahaya
Allah dan bukan hambamu; saya hanya percaya kepada UtusanNya, dan tidak
kepadamu”.

TANDA- TANDA KEMUNAFIKAN

Memperturutkan Kemauan Sendiri (Nafs)

Berlawanan dengan hal di atas, apabila seseorang berkata: “Meskipun ini adalah perintah
Tuhan dan RasulNya, fikiran saya tidak boleh menerimanya karena saya menganggap
perintah ini merugikan. Karena itu saya akan mengetepikan petunjuk-petunjuk Tuhan dan
berbuat menurut pendapat saya sendiri”, maka jelas hati orang seperti ini telah kehilangan
iman. Ia bukanlah seorang Mukmin, tetapi seorang munafik. Karena, sementara di mulut
ia mengatakan bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan dan pengikut RasulNya, dalam
tindakannya ia adalah hamba dirinya sendiri dan pengikut pendapatnya sendiri.

Pemujaan Kepada Adat Istiadat

Sama halnya, bila seseorang berkata bahwa meskipun bertentangan dengan perintah
Allah dan RasulNya, bagaimana suatu adat tertentu boleh ditinggalkan, sedangkan ia
sudah dilaksanakan turun-temurun sejak zaman nenek-moyang atau bagaimana suatu tata
cara yang sudah menjadi kebiasaan akan dihentikan, sedangkan ia sudah menjadi pilihan
sejak waktu yang lama di kalangan sanak saudaranya? Orang seperti ini juga termasuk
kelompok munafik, walaupun di dahinya sudah tumbuh benjolan yang diakibatkan oleh
banyaknya ia bersujud dalam solat yang tidak henti-hentinya, dan yang mungkin telah
membuat wajahnya tampak betul-betul seperti seorang yang soleh, karena kebenaran din
yang sebenarnya tidak meresap ke dalam hatinya. Din tidaklah terdiri dari ruku’, sujud,
puasa dan haji, tidak pula ia terdapat pada wajah dan pakaian seseorang: Sebenarnya, din
berarti kepatuhan kepada Allah dan RasulNya. Seseorang yang menolak untuk patuh
kepada Allah dan RasulNya dalam urusan masalah-masalah hidupnya, sebenarnya
hatinya kosong dari din. Solatnya, puasanya, dan wajahnya yang soleh hanyalah penipuan
belaka.

MENIRU-NIRU BANGSA LAIN

Demikian pula, apabila seseorang, dengan tidak memperdulikan Kitab Allah dan
petunjuk-petunjuk RasulNya, mendesak agar suatu kebiasaan tertentu dilaksanakan
karena kebiasaan itu biasa dilakukan orang-orang Barat, dan agar suatu
diterima saja karena bangsa lain yang menerimanya ternyata mengalami kemajuan,
atau agar sesuatu dipersetujui saja karena dianjurkan oleh seorang besar, maka orang
yang begini mesti berhati-hati menjaga imannya. Pendapat seperti ini tidak boleh
dirujukkan dengan iman. Bila kita adalah seorang Muslim dan ingin tetap sebagai
seorang Muslim, maka kita harus melemparkan jauh-jauh setiap pendapat yang
bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya. Bila kita tidak mampu melakukan
perkara ini, kita tidak patut mengatakan diri kita sebagai penganut Islam. Hanya di
mulut saja kita percaya kepada Allah dan RasulNya, kita telah mengetepikan ajaran-
ajaranNya dan ajaran-ajaran RasulNya. Kalau dalam masalah-masalah hidup, kita
memberi tempat kepada ajaran-ajaran manusia, itu bukanlah Islam namanya dan bukan
pula iman. Itu adalah kemunafikan yang terang-terangan. Allah telah menyatakan dalam
al-Qur'an:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah
memimpin siapa yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus. Dan mereka
berkata: “Kami telah beriman kepada Alah dan rasul, dan kami mentaati (kedua-
duanya)’. Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali
mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasulNya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka,
tiba-tiba sebagian di antara mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan
itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.
Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau
(karena) mereka ragu-ragu, ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasulNya
berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya mereka itulah orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah
dan rasulNya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan:
“Kami mendengar, dan kami patuh” dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasulNya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan". (Al-Qur'an, an-Nur, 24:46-52).

Fikirkanlah definisi iman yang dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut di atas. Iman yang
sejati adalah menghambakan diri kepada Kitab Allah dan petunjuk-petunjuk rasulNya.
Apa pun perintah yang datang dari kedua-duanya mestilah betul-betul dipatuhi, dan apa
pun yang bertentangan dengannya tidak boleh didengarkan, biarpun datangnya dari
fikiran sendiri, dari keluarga ataupun dari orang banyak. Hanya orang yang mempunyai
keadaan fikiran yang beginilah yang boleh disebut Mukmin dan Muslim. Yang tidak
memilikinya adalah orang munafik.

No comments:

Post a Comment