Thursday 9 May 2013

ORANG ISLAM HANYALAH ORANG YANG SEPENUHNYA MENUNJUKKAN KESETIAAN KEPADA ALLAH

SAMSUNG Galaxy Tab 2 7.0 Espresso 8GB Wi-Fi - White

Terdapat perbedaan antara Islam dan ajaran-ajaran lain. Apabila ajaran-ajaran
lain menuntut dari manusia pengabdian dan pengorbanan diri, sebenarnya mereka tidak
berhak untuk menuntut seperti itu. Tuntutan itu tidak layak mereka ajukan terhadap
manusia. Berbeda halnya, bila Islam yang mengajukan tuntutan itu, karena itu memang
adalah haknya. Ajaran-ajaran lain itu tidak mempunyai alasan yang kukuh untuk
menuntut manusia agar mengorbankan seluruh hidup mereka untuknya. Tetapi jika
tuntutan pengorbanan itu diajukan kepada siapa saja mereka wajib menurut dan
Allah juga semestinya mempunyai hak untuk menuntut seluruh manusia agar
memasrahkan diri kepadaNya, karena apa pun yang ada di langit dan di bumi ini
semuanya adalah milik Allah. Bahkan, manusia sendiri adalah milik Allah. Demikian
juga, segala sesuatu yang ada pada manusia dan yang dimilikinya adalah milik Allah.
Oleh karena itu, adalah sesuai dengan keadilan maupun akal yang sehat bahwa, apa pun
yang menjadi milik Allah haruslah diserahkan kepadaNya saja. Apa saja yang
dikorbankan manusia untuk manusia lain, atau untuk kepentingannya sendiri, atau untuk
memuaskan hawa-nafsunya, adalah merupakan pengkhianatan amanat kecuali apabila hal
itu dilakukan atas perintah Allah dan menurut cara-cara yang telah ditentukanNya.
Sebaliknya, apa saja yang dikorbankan untuk Allah, pada hakikatnya hanyalah
memberikan hak yang memang sudah menjadi milikNya.

Namun umat Islam boleh mengambil pengajaran terhadap sikap orang-orang yang
mengorbankan segala milik mereka untuk kepentingan ajaran-ajaran batil yang mereka
anut serta sembahan-sembahan mereka yang bathil dengan semangat pengorbanan,
pengabdian dan kesetiaan yang tidak ada taranya dalam sejarah. Alangkah anehnya kita
lihat kepada sikap mereka karena semangat pengabdian dan pengorbanan yang begitu
tinggi diperlihatkan oleh manusia terhadap ajaran yang bathil, sementara tiada satu
peratus pun dari semangat seperti itu yang diberikan untuk kebenaran.

MUHASABAH DIRI

Saya ingin mengajak kita semua untuk menilai diri kita masing-masing dengan nilaian
iman dan Islam yang telah dikemukakan pada permulaan bab ini; dan mengukur
kehidupan kita dengan sinaran kriteria tersebut. Bila kita mengakui telah menerima
Islam dan menyatakan iman kepadanya, periksalah apakah benar bahwa hidup dan mati
kita adalah benar-benar untuk Allah saja. Apakah hidup, akal fikiran, tenaga yang ada
pada jiwa dan raga kita, waktu dan usaha-usaha kita, semuanya kita abdikan untuk
memenuhi kehendak Allah? Apakah yang harus kita kerjakan untuk membawa kepada
tercapainya tugas yang telah diberikan Allah kepada ummat Islam? Selanjutnya, apakah
kita telah memberikan seluruh kepatuhan dan pengabdian kita sepenuhnya kepada
Allah? Apakah pelayanan kepada hawa-nafsu dan pengabdian kepada keluarga, saudara-
saudara, handai-taulan, masyarakat dan penguasa negara, telah sepenuhnya terhapus dari
jiwa kita? Sudahkah kita mengukur suka dan benci kita, semuanya bergantung pada
kehendak Allah? Kemudian kita juga harus memeriksa apakah apabila kita mencintai
seseorang, hal itu kita lakukan karena Allah atau tidak,  apakah bila kita membenci
seseorang, juga karena Allah? Apakah dalam cinta dan benci kita tidak mengandung
unsur egoisme? Sekali lagi, kita harus memeriksa apakah tindakan kita, dalam memberi
atau tidak memberi sesuatu kepada seseorang juga, telah kita lakukan karena Allah.
Benarkah bahwa, apa pun yang kita belanjakan untuk kepentingan kita sendiri,
ataupun kita berikan kepada orang lain itu telah ditetapkan Allah, dan bahwa dengan
perbelanjaan dan pemberian itu, bertujuan semata-mata mencari redhaNya? Demikian
juga apabila kita tidak memberikan sesuatu kepada seseorang, apakah hal itu juga karena
Allah melarang kita memberikannya? Bila kita merasakan yang sedemikian itu dalam
diri kita, maka kita harus bersyukur kepada Allah bahwa kita telah dianugerahi
rahmat iman yang sebenar-benarnya dalam diri. Tetapi apabila dalam hal ini kita masih
merasakan suatu kekurangan, maka kita harus memusatkan tekad dan perhatian kita
untuk menghilangkan kekurangan ini, karena kesejahteraan kita di dunia ini dan
keselamatan kita di akhirat nanti, bergantung pada usaha kita untuk menghilangkan
kekurangan dalam iman kita itu. Kita mungkin saja boleh mencapai kejayaan yang
setinggi-tingginya di dunia ini. Tetapi kejayaan kita itu tidak akan dapat menebus
kerugian kita di akhirat, karena kekurangan iman kita itu. Tetapi apabila kita berjaya
menutupi kekurangan iman kita, maka walaupun kita tidak memperoleh apa-apa di
dunia ini, maka ingatlah kita akan tetap berjaya di akhirat nanti.

Kriteria ini ditetapkan bukan dengan maksud agar kita menilai orang lain dengannya,
dan menentukan apakah mereka itu mukmin, kafir atau munafik, tetapi supaya kita
menilai diri kita sendiri, dan setelah mengetahui kekurangan dalam iman kita, kita
segera mencoba menghilangkannya sebelum kita dihadapkan di mahkamah pengadilan
akhirat nanti. Kita tidak perlu penilaian ulama, mufti atau kadi mana pun. Namun yang
penting bagi kita adalah penilaian dari Penguasa Tertinggi, yang mengetahui hal yang
ghaib maupun yang kelihatan. Janganlah kita cepat merasa puas dengan melihat nama
kita tercantum sebagai seorang Islam dalam buku bacaan penduduk kita, tetapi
berusahalah agar nama kita tercatat dalam Buku Catatan Allah sebagai hambanya yang
patuh. Tiada gunanya apabila seluruh manusia di dunia ini memberikan surat keterangan
bahwa kita adalah seorang Islam. Kejayaan kita yang sebenarnya terletak dalam
penilaian yang diberikan oleh Allah, bahwa kita adalah seorang Mukmin, bukannya
seorang munafik, seorang beriman dan bukannya seorang kafir.


No comments:

Post a Comment