Monday 27 May 2013

IBADAT

Saudara-saudara sesama Muslim.


Allah berfirman dalam Kitab SuciNya:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu".
(Al-Qur'an, adz-Dzariyat, 51:56).

Dari ayat ini jelas bahwa tujuan kita lahir dan hidup di dunia ini tiada lain hanya
beribadat kepada Allah. Nah, sekarang kita bisa menyadari betapa pentingnya bagi
kita untuk mengetahui arti 'ibadat apabila kita ingin memenuhi tujuan, untuk apa kita
diciptakan. Sesuatu yang tidak dapat mencapai tujuannya berarti gagal. Apabila seorang
doktor tidak bisa menyembuhkan penyakit pesakitnya, ia dikatakan gagal dalam
pekerjaannya. Apabila seorang petani tidak bisa menanam tanaman yang baik, ia
dikatakan gagal sebagai petani. Sama halnya, apabila kita tidak berhasil mencapai tujuan
hidup kita yang sebenarnya, yakni beribadat kepada Allah, maka berarti seluruh hidup
kita telah gagal. Oleh kerena itu saya mengharapkan kita semua mendengarkan dengan
penuh perhatian dan memahami arti kata 'ibadat dan menyimpannya baik-baik dalam
fikiran kita, karena keberhasilan atau kegagalan kita dalam hidup ini bergantung
padanya.

ARTI 'IBADAT

‘Ibadat berasal dari kata 'abd; artinya adalah "pelayan" dan 'budak". Jadi, 'ibadat berarti
"penghambaan" dan "perbudakan".

Apabila seseorang yang menjadi budak kepada orang lain, melayani tuannya
sebagaimana halnya seorang budak, dan bersikap terhadap orang itu sebagaimana
terhadap seorang tuan atau majikan, maka perbuatan seperti itu disebut penghambaan dan
'ibadat. Berlawanan dengan ini, apabila seseorang yang menjadi budak kepada orang lain
dan juga memperoleh gaji daripadanya, tetapi tidak mau melayaninya sebagaimana
seorang budak terhadap tuannya, maka ia dikatakan tidak patuh dan membangkang, atau
lebih tepat lagi, hal itu dapat dikatakan sebagai pengkhianatan.

Sekarang fikirkanlah bagaimana seharusnya tingkah laku seorang budak terhadap
tuannya.

Kewajiban pertama dari seorang budak adalah memandang tuannya sebagai penguasa
(lord), dan merasa berkewajiban untuk setia kepada orang yang menjadi tuannya,
penunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya, dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak
seorang pun selain tuannya itu yang layak mendapatkan kesetiaannya.

Kewajiban kedua dari seorang budak ialah selalu patuh pada tuannya, melaksanakan
perintah-perintahnya dengan cermat, jangan sekali-kali enggan melayaninya, dan tidak
mengatakan sesuatu pun atau mendengarkan perkataan dari siapa pun yang bertentangan
dengan kehendak tuannya. Seorang budak dalam setiap saat, situasi dan keadaan, adalah
tetap seorang budak. Ia sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengatakan bahwa ia
akan mematuhi perintah tertentu dari tuannya dan membangkang perintah lainnya, atau
bahwa ia menjadi budak tuannya untuk waktu-waktu tertentu dan bebas dalam waktu-
waktu yang lain.

Kewajiban ketiga dari seorang budak adalah menghormati dan menghargai tuannya. Dia
harus mengikuti cara yang ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada tuannya.
Dia mestilah selalu hadir untuk memberi hormat pada waktu yang ditentukan oleh
tuannya sebagai bukti bahwa dia benar-benar setia dan patuh kepada tuannya.

Inilah hal-hal yang mutlak yang harus dipenuhi dalam 'ibadat,yaitu pertama, kesetiaan
terhadap tuan dan majikan; kedua, kepatuhan kepadanya; dan ketiga, penghormatan dan
penghargaan terhadapnya. Apa yang dikatakan Allah dalam ayat:
"Tiadalah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu".
Ini berarti bahwa tujuan Allah menciptakan kedua-dua jenis makhluk itu, adalah agar
mereka hanya setia kepada Allah saja dan tidak kepada yang lain, agar mereka hanya
mengikuti perintah-perintah Allah saja dan tidak mendengarkan perintah siapa pun
yang bertentangan dengan perintahNya dan menundukkan kepala dengan hormat dan
penghargaan hanya kepadaNya saja dan tidak kepada yang lain. Ketiga-tiga hal ini
telah dirumuskan Allah dalam satu istilah yang komprehensif, yaitu 'ibadat. Inilah yang
dimaksudkan dalam semua ayat di mana Allah memerintahkan agar manusia beribadat
kepadaNya. Intisari ajaran Rasul saw dan ajaran rasul-rasul lain yang diutus Allah
sebelumnya, adalah:

"...Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. (Al-Qur'an,Yusuf,
12:40)

Yang berarti bahwa hanya ada satu Penguasa yang berdaulat dan kita semua harus
setia, bahwa Penguasa itu adalah Allah; bahwa hanya ada satu hukum yang harus kita
patuhi, yaitu hukum Allah; dan bahwa hanya ada satu Zat yang harus disembah, yaitu
Allah.

AKIBAT PENGARTIAN YANG KELIRU TENTANG 'IBADAT

Jagalah makna 'ibadat tersebut di atas dalam fikiran kita dan jawablah pertanyaan-
pertanyaan saya yang berikut ini.

Apakah yang akan kita katakan mengenai seorang pelayan yang melaksanakan tugas-
tugas yang diberikan oleh tuannya, apabila ia hanya berdiri saja di sepanjang waktu di
hadapan tuannya dengan tangan memeluk tubuh dan terus-menerus menyebut nama
tuannya? Tuannya menyuruh agar ia pergi untuk mengambil suatu barang yang dirampas
oleh si Anu dan si Anu, tetapi ia sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, malah
membongkok-bongkok di hadapan tuannya itu dan memberi hormat kepadanya sepuluh
kali, kemudian berdiri lagi dengan tangan memeluk tubuh. Tuannya menyuruh
membetulkan masalah-masalah dan memberantas kejahatan-kejahatan, tetapi ia sama
sekali tidak bergerak sejengkal pun dari tempatnya, malah bersujud di hadapannya.
Tuannya menyuruh: "Potonglah tangan pencuri-pencuri". Mendengar perintah ini, dengan
masih tetap berdiri di tempatnya, pelayan itu mengulangi perintah tuannya beberapa kali
dengan suara yang sangat merdu: "Potonglah tangan pencuri-pencuri, potonglah tangan
pencuri-pencuri", tetapi tidak sekalipun ia berusaha untuk mendirikan suatu sistem
pemerintahan di mana orang-orang yang mencuri dihukum dengan hukuman potong-
tangan. Dapatkah kita mengatakan bahwa pelayan yang seperti ini benar-benar
menjalankan tugasnya sebagai pelayan? Apabila pelayan-pelayan kita bersikap seperti
ini, saya tidak tahu apa yang kita katakan. Tetapi saya betul-betul merasa heran
bahwa, pelayan-pelayan Allah yang bersikap seperti ini, kita anggap sebagai hamba
Allah yang soleh! Orang yang tidak mempunyai perasaan seperti ini, membaca perintah-
perintah Allah dalam al-Qur'an entah beberapa kali sejak pagi hingga petang, tetapi tidak
pernah beranjak untuk melaksanakan perintah-perintah tersebut. Sebaliknya ia terus-
menerus melakukan 'ibadat sunat demi 'ibadat sunat, menyebut-nyebut nama Allah
dengan menghitung-hitung tasbih dan membaca al-Qur'an dengan suara yang merdu.
Apabila kita melihat orang seperti ini, kita berkata: "Alangkah solehnya orang itu!"
Kebodohan seperti ini timbul karena kita tidak tahu arti yang sebenarnya dari 'ibadat.

Ada lagi seorang pelayan yang lain, yang siang malamnya sibuk melaksanakan tugas-
tugas yang diperintahkan oleh orang-orang lain kepadanya. Ia mentaati perintah-perintah
mereka, dan melaksanakan hukum yang mereka buat, sementara itu ia terus-menerus
mengabaikan perintah-perintah dari tuan yang sebenarnya, dan hanya hadir di
hadapannya pada waktu penghormatan saja dan hanya suka menggoyang-goyangkan
lidah menyebut-nyebut nama tuannya saja. Apabila pelayan kita berbuat seperti ini,
apa yang akan kita lakukan terhadapnya? Tidakkah kita akan melemparkan kembali
penghormatan yang diberikannya kepada kita ke mukanya sendiri? Apabila ia menyebut
kita sebagai tuan dan paduka, tidakkah kita mengejek dan mencaci makinya dengan
kata-kata: "Kamu bohong dan penipu; kamu makan gaji dari saya tetapi perintah orang
lain yang kamu kerjakan. Di mulut, kamu mengakui saya sebagai tuanmu, tetapi
kenyataannya kamu mengerjakan perintah orang lain dan tidak pemah mengerjakan
perintah saya". Ini adalah suatu hal yang jelas dan terang, yang kita semua biasa
memahaminya. Akan tetapi alangkah mengherankan bahwa kita menganggap sebagai
'ibadat perbuatan-perbuatan seperti solat, puasa, zikir, membaca al-Qur'an, haji dan zakat
yang dilakukan oleh orang-orang yang siang malamnya melanggar aturan dan hukum
Allah, yang mengerjakan perintah-perintah orang-orang kafir dan musyrik, dan tidak
pernah mempedulikan perintah-perintah Allah dalam urusan-urusan hidup mereka.
Kebodohan ini juga terjadi karena kita tidak mengerti arti yang sebenarnya dari 'ibadat.

Ambillah contoh seorang pelayan yang lain. Pelayan ini memakai pakaian seragam yang
diberikan oleh tuannya dengan sangat rapi sekali. Ia datang menghadap tuannya dengan
sikap yang paling hormat. Ketika mendengar perintah tuannya, ia membongkok hormat
dan berkata: "Dengan sepenuh hati, saya akan mematuhi perintah tuan", dan memberikan
gambaran seolah-olah ia adalah pelayan yang paling setia. Pada waktu penghormatan, ia
berdiri paling depan dan melebihi orang-orang lain dalam menyebutkan nama tuannya.
Tetapi di lain pihak, pelayan ini mengabdi kepada pemberontak-pemberontak dan
musuhMusuh tuannya sendiri, ikut serta dalam permufakatan yang mereka adakan untuk
menentang tuannya dan bekerjasama dengan mereka dalam usaha untuk menghapuskan
nama tuannya dari muka bumi. Dalam kegelapan malam, ia melakukan pencurian di
rumah tuannya dan di pagi hari menghadap kepadanya seperti seorang pelayan yang
sangat setia. Apa yang akan kita katakan tentang pelayan-pelayan seperti ini? Munafik,
penghianat, dan pembcronak, demikianlah kira-kiranya. Tetapi sebutan apa yang kita
berikan kepada pelayan-pelayan Allah yang berbuat seperti ini? Kita sebut mereka,
ulama, pemimpin-pemimpin agama, kiyai-kiyai, haji, orang-orang soleh dan hamba-
hamba Allah yang taat? Ini disebabkan kita memandang mereka sebagai orang-orang
yang sangat soleh dan taqwa dengan hanya melihat janggut-janggut, serban dan kopiah
mereka, sarung yang mereka pakai dua inci di atas mata-kaki, bekas-bekas sujud pada
dahi mereka, solat mereka yang tidak putus-putus serta untaian biji-biji tasbih mereka
yang besar. Kebodohan ini juga timbul karena kita semua tidak memahami arti ibadat
dan kesolehan.

Kita mengira bahwa berdiri menghadap Qiblat dengan tangan yang diam,
membongkokkan badan dengan tangan diletakkan pada lutut, bersujud dengan tangan
diletakkan di tanah dan membaca beberapa kata-kata yang khusus dan tetap, hanya
beberapa gerakan dan ucapan saja sudah merupakan 'ibadah. Kita mengira bahwa
dengan lapar dan haus dari pagi sampai petang setiap hari dalam Bulan Ramadhan adalah
'ibadat. Kita mengira bahwa membaca beberapa bagian dari surah-surah al-Qur'an
tanpa memahami artinya adalah 'ibadat. Kita mengira bahwa kunjungan ke Makkah
dan berjalan mengelilingi Ka'bah adalah 'ibadat. Pendeknya, yang kita namakan 'ibadat
hanyalah segi-segi lahiriyah dari beberapa perbuatan, dan apabila kita lihat seseorang
mengerjakan perbuatan-perbuatan tersebut dalam bentuk lahirnya, lalu kita mengira
bahwa ia telah melaksanakan 'ibadat kepada Allah dan memenuhi tujuan ayat:

"Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu". (Al-Qur'an, adz-Dzariyat, 51:56).

Dan karenanya setelah itu ia bebas melakukan apa saja yang disukainya selama
hidupnya.

'IBADAT ADALAH  PENGHAMBAAN SEUMUR-HIDUP

Akan tetapi kenyataan yang sebenarnya ialah bahwa 'ibadat adalah untuk tujuan apa
kita semua diciptakan, dan yang telah diperintahkanNya kepada kita agar
dilaksanakan, adalah sama sekali berbeda. 'Ibadat yang sebenarnya ialah bahwa kita
mengikuti aturan dan hukum Tuhan dalam hidup kita, dalam setiap langkah dan setiap
keadaan, dan melepaskan diri kita dari ikatan setiap hukum yang bertentangan dengan
hukum Allah. Setiap gerakan yang kita lakukan haruslah selaras dengan garis-garis
yang telah ditentukan Allah bagi kita. Setiap tindakan kita harus sesuai dengan cara
yang telah ditentukan Allah. Dengan demikian, maka hidup kita yang kita tempuhi
dengan cara demikian inilah yang disebut 'ibadat. Dalam hidup yang demikian, maka
tidur kita, bangun kita, makan dan minum kita, bahkan berjalan dan berbicara kita,
semuanya adalah 'ibadat.
Demikian luasnya ruang lingkup 'ibadat ini hingga hubungan seks kita dengan isteri
kita dan ciuman kita kepada anak-anak kita juga adalah 'ibadat. Pekerjaan-pekerjaan-
kita yang umumnya kita sebut sebagai pekerjaan yang bersifat duniawi, sesungguhnya
semuanya adalah pekerjaan-pekerjaan keagamaan dan 'ibadat, asalkan dalam
mengerjakannya kita menjaga diri pada batas-batas yang telah ditentukan Allah, dan
dalam setiap langkah selalu memperhatikan apa yang diperbolehkan Allah dan apa yang
dilarangNya, apa yang halal dan apa yang haram, apa yang diwajibkan dan apa yang
dilarang, perbuatan dan tindakan apa yang membuat Allah suka kepada kita dan
perbuatan serta tindakan mana yang membuatNya tidak senang terhadap kita. Misalnya,
kita bekerja mencari nafkah. Dalam usaha kita ini, kita akan bertemu banyak
kesempatan untuk memperolehi wang haram dengan jalan yang mudah. Oleh karena
karena takut kepada Allah, kita tidak mau mengambil wang yang demikian dan hanya
mencari rezeki yang halal saja, maka waktu yang kita pergunakan untuk mencari
rezeki secara halal itu seluruhnya adalah terhitung sebagai 'ibadat. Dan hasil yang kita
bawa pulang ke rumah, kita makan bersama anak isteri serta mereka yang berhak untuk
memakannya seperti yang telah ditentukan Allah, maka untuk seluruh pekerjaan yang
kita lakukan itu, kita berhak memperolehi pahala dan rahmat Allah. Apabila di tengah
jalan kita menyangkirkan sebuah batu atau paku agar tidak mengenai orang-orang yang
lewat, maka ini juga termasuk 'ibadat. Apabila kita merawat orang sakit atau menuntun
seorang buta atau menolong orang yang sedang kesusahan, maka ini juga termasuk
'ibadat. Apabila ketika bercakap-cakap dengan seseorang, kita menghindar dari dusta,
mengata orang lain, memfitnah dan berbicara kasar serta menyanggung perasaan dan
karena takut kepada Allah, kita hanya mengatakan hal-hal yang benar saja, maka
seluruh waktu yang kita habiskan dengan berbicara secara jujur dan bersih itu akan
terhitung sebagai 'ibadat.

Jadi, 'ibadat yang sebenarnya kepada Allah ialah mengikuti hukum dan aturan-aturan
Allah dan menjalankan hidup yang sesuai dengan perintah-perintahNya sejak dari usia
aqil-baligh sehingga meninggal. 'Ibadat tidak mempunyai waktu-waktu tertentu. Ia harus
dilaksanakan sepanjang waktu. 'Ibadat juga tidak mempunyai satu bentuk yang khas.
Dalam setiap perbuatan dan setiap bentuk pekerjaan, 'ibadat kepada Allah harus
dilaksanakan. Karena kita tidak boleh mengatakan: "Saya hanya menjadi hamba Allah
pada waktu-waktu tertentu, dan tidak menjadi hambaNya pada waktu-waktu yang lain",
maka kita juga tidak boleh mengatakan bahwa pelayanan dan 'ibadat kepada Allah
hanya ditentukan pada waktu-waktu yang tertentu pula dan waktu-waktu yang lain tidak
diperuntukkan untuk itu.

Kita sekarang telah memahami arti 'ibadat dan kenyataan bahwa mengabdi kepada
Allah dan patuh kepadaNya sepanjang hayat dan dalam segala situasi dan keadaan adalah
'ibadat. Sekarang mungkin kita akan bertanya: "Kalau begitu, apakah hal-hal
seperti solat, puasa, haji dan sebagainya itu bukan 'ibadat? Jawabannya ialah: memang,
itu semua juga termasuk 'ibadat. Tetapi tujuan dari ibadat-ibadat seperti ini sebenarnya
adalah untuk mempersiapkan kita untuk melaksanakan 'ibadat besar yang harus kita
laksanakan selama hidup kita dalam segala situasi dan keadaan itu.

Solat mengingatkan kita, lima kali sehari, bahwa kita adalah seorang budak Allah dan
hanya kepadaNya kita harus mengabdi. Zakat menyadarkan kita setiap waktu akan
kenyataan bahwa uang yang kita peroleh adalah pemberian Allah. Janganlah kita
habiskan uang itu hanya untuk keperluan-keperluan jasmani kita saja, tetapi haruslah
kita berikan juga hak Allah. Haji membangkitkan kesan yang sedemikian rupa akan
cinta dan kebesaran Allah dalam hati orang yang melakukannya hingga sekali kesan ini
tertanam dalam hati, maka pengaruhnya tidak akan hilang seumur hidup. Apabila setelah
menjalankan semua 'ibadat ini seluruh hidup kita menjadi pencerminan 'ibadat kepada
Allah, maka tidak syak lagi solat kita adalah solat yang benar, puasa kita adalah puasa
yang benar, zakat kita adalah zakat yang benar, dan haji kita adalah haji yang benar.
Tetapi bila tujuan ini tidak tercapai, maka tidak ada gunanya melakukan ruku', sujud,
puasa, haji, dan zakat itu semua. Pekerjaan-pekerjaan lahiriah ini dapat diumpamakan
sebagai jasad, yang apabila mempunyai ruh dan bergerak serta melakukan pekerjaan, ia
merupakan manusia yang betul-betul hidup. Tetapi bila ia mati, maka ia tidak lebih
hanyalah seperti mayat. Mayat memang mempunyai segala sesuatu seperti kaki
dan tangan, hidung dan mata, tetapi tidak punya ruh. Oleh karena itu kita
menguburkannya dalam tanah. Demikian pula apabila peraturan-peraturan dalam solat
dijalankan, Tetapi rasa takut dan cinta kepada Allah tidak ada, maka ia juga akan menjadi
suatu pekerjaan yang tidak berjiwa dan sia-sia.

Dalam khutbah-khutbah saya yang akan datang saya akan menerangkan kepada kita
secara memdalam bagaimana semua 'ibadat wajib itu menjadi persiapan bagi manusia
untuk melaksanakan 'ibadat yang besar tadi. Saya juga akan menerangkan bahwa bila
kita melakukan 'ibadat-'ibadat itu semua dengan penuh pengartian dan coba untuk
memenuhi tujuan utamanya, maka 'ibadat-'ibadat itu akan membuahkan hasil dan
pengaruh yang besar dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment