Saturday 4 May 2013

BEBERAPA CONTOH KEPATUHAN KEPADA ALLAH


SAMSUNG Galaxy Tab 2 7.0 Espresso 8GB Wi-Fi - White
SAMSUNG Galaxy S4 [i9500] - White SAMSUNG Galaxy Grand [HSMI9082MEB] - White
1. Meninggalkan Minuman Keras

Tentu kita semua telah mendengar betapa meluasnya kebiasaan meminum minuman
keras (khamar) di negeri Arab sebelum kedatangan Islam. Lelaki, perempuan, tua dan
muda, semuanya gemar meminum khamar. Mereka memang sudah terbiasa dengan
minuman tersebut. Mereka mengarang dan menyanyikan lagu-lagu untuk memuji
khamar, dan mereka begitu tergila-gila kepada khamar tersebut. Dan kita semua tahu
juga bahwa sukar sekali berhenti dari meminum minuman keras bila telah ketagih
kepadanya. Seorang pemabuk lebih suka mati daripada berhenti minum. Bila ia tidak
memperoleh khamar, ia merasa lebih sakit dari orang sakit. Tetapi sudahkah kita
mendengar apa yang terjadi ketika larangan minum minuman keras diturunkan oleh
Allah? Ketika mendengar larangan itu, orang Arab yang bersedia mati demi minuman
keras itu, dengan tangan mereka sendiri memecahkan bekas-bekas yang berisi minuman
keras itu. Dan minuman itu mengalir di jalan-jalan dan di lorong-lorong, di kota
Madinah, waktu itu, seperti air hujan. Dalam suatu pertemuan, sekumpulan orang sedang
asyik meminum minuman keras. Ketika mereka mendengar utusan Nabi saw mengatakan
bahwa minuman keras telah dilarang, tangan-tangan mereka berhenti bergerak seketika.
Mereka yang sudah memegang mangkuk minuman itu di bibir, seketika itu juga
menyingkirkannya dari mulut mereka, dan tidak membiarkan setetes pun arak menyentuh
bibir mereka. Inilah kebesaran iman. Inilah yang dinamakan patuh kepada Allah dan
RasulNya.

2. Pengakuan Dosa

Kita tahu juga betapa kerasnya hukuman yang diberikan Islam bagi orang yang berzina -
seratus kali pukulan rotan di punggung yang telanjang; yang membuat orang menggeletar
hanya dengan membayangkannya saja. Dan bila yang berzina adalah orang yang sudah
pernah kawin, maka hukumannya lebih mengerikan: dirajam sampai mati. Mendengar
kata rajam saja orang sudah gementar. Tetapi sudahkah kita mendengar,bagaimana
perilaku orang yang mempunyai iman dalam hatinya? Pada zaman Nabi saw ada seorang
beriman yang telah berzina. Tidak ada saksi, tidak ada seorang pun yang menyeretnya
ke muka pengadilan. Tidak pula ada seorang pun yang melaporkannya kepada polisi.
Hanya ada iman, yang bertakhta dalam hatinya. Dan iman itulah yang mengatakan
kepadanya: “Pergilah kamu menjalani hukuman yang telah disediakan Allah atas
perbuatanmu itu”. Maka pergilah orang itu dengan kemauannya sendiri kepada
Rasulullah saw dan berkata: "Wahai Rasulullah saya telah berzina. Hukumlah saya”.
Mendengar itu, Nabi, memalingkan wajahnya dari orang itu. Tetapi orang itu terus
saja menghadap wajah Rasulullah saw dan mengulangi permintaannya. Rasulullah
kembali memalingkan wajahnya dari orang itu, dan orang itu juga kembali bergerak ke
tempat menghadapi wajah Rasulullah dan kembali mengulangi permintaannya untuk-
ketiga kalinya. Inilah iman. Memang, bagi seseorang yang memiliki iman dalam hatinya,
adalah mudah untuk menjalani hukuman seratus kali libasan pada punggungnya yang
telanjang. Bahkan hukuman rajam pun. Ia segan untuk kembali kehadirat Tuhannya
dengan sifat seorang hamba yang tidak patuh.

3. Pemutusan Hubungan

Kita juga tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih dicintai seseorang selain
daripada sanak saudaranya. Terutama sekali, ayah, saudara dan anak adalah terlalu
dicintai sehingga orang bersedia untuk mati karena mereka. Tetapi lihatlah dalam sejarah
Islam, sewaktu terjadi Perang Badar dan Uhud, dan lihatlah siapa yang berperang
melawan siapa? Si ayah berada di barisan tentara Islam dan si anak di dalam barisan
tentara kafir, dan sebaliknya. Seseorang berada di satu pihak dan saudaranya ada di pihak
lainnya. Sanak saudara dan kerabat-kerabat yang dekat saling berhadapan dan bertempur
seakan-akan satu sama lain adalah orang-orang asing. Dan semangat permusuhan ini
menyala bukan karena membela tanah air atau merebut harta benda, bukan pula karena
dendam pribadi. Tetapi perang melawan keluarga dan sanak saudara itu terjadi karena
orang-orang yang beriman berani dan rela membunuh atau terbunuh oleh ayah, anak,
saudara dan keluarga mereka sendiri, demi membela ajaran Allah dan RasulNya.

4. Taobat dari Adat Kebiasaan Lama

Kita juga tahu bahwa Islam telah meruntuhkan dengan saksama semua adat kebiasaan
lama yang berlaku di negeri Arab sebelum kedatangannya. Dosa terbesar yang muncul
dari adat kebiasaan lama ini adalah penyembahan berhala yang telah menjadi amalan
selama ratusan tahun. Islam melarang perbuatan dosa ini bersama-sama dengan minuman
keras, perzinaan, perjudian, pencurian dan perampasan, yang biasa dilakukan sebelum
Islam. Sebelum Islam, kaum wanita biasa bepergian ke luar rumah dengan pakaian
terbuka. Islam menyuruh mereka mengenakan Jilbab. Sebelum Islam datang, kaum
wanita tidak berhak untuk memperoleh harta warisan, kemudian Islam memerintahkan
agar mereka juga diberi bagian. Sebelum Islam, anak-anak angkat diberi kedudukan
yang sama dengan anak-anak kandung, tetapi Islam membatalkan persamaan kedudukan
ini serta mengesahkan perkawinan dengan anak angkat. Pendeknya, tidak ada satu
pun adat lama yang dibiarkan tetap tegak oleh Islam. Tetapi tahukah kita bagaimana
sikap orang-orang yang telah menyatakan iman kepada Allah dan RasulNya? Orang-
orang yang beriman ini menghancurkan berhala-berhala, yang selama ini disembah oleh
mereka dan nenek-moyang mereka, dengan tangan-tangan mereka sendiri. Mereka
mempersembahkan korban-korban tersebut di atas altar-altar pemujaan mereka. Mereka
menghapuskan semua adat kebiasaan keluarga yang telah mereka warisi turun-temurun
selama berabad-abad lamanya. Dengan perintah Allah, mereka menghancurkan benda-
benda yang sebelum itu mereka pkitang suci. Sebaliknya, mereka mengesahkan hal-hal
yang sebelum itu mereka pkitang menjijikkan. Perkara-perkara yang selama berabad-
abad lamanya dipkitang suci, tiba-tiba saja menjadi kotor, dan juga sebaliknya.
Semua amalan-amalan yang pada masa jahiliyyah merupakan sumber keuntungan atau
kesenangan akan dihapuskan setalah datangnya larangan dari Allah. Sebaliknya, semua
perintah-perintah Islam yang membawa kesulitan-kesulitan dan keberatan-keberatan
diterima dengan gembira. Inilah yang disebut iman dan inilah yang dinamakan Islam.
Sekitainya orang-orang Arab pada masa itu berkata: “Kami tidak mau menerima hal itu
karena itu merugikan kami. Kami tidak dapat menghentikan perbuatan ini karena ia
menguntungkan kami. Kami juga akan tetap, mengerjakan perbuatan yang lainnya itu
karena ia adalah warisan budaya nenek-moyang nenek-moyang kami. Juga, kami
menyukai perkara-perkara tertentu yang dilakukan oleh bangsa Romawi dan amalam-
amalan bangsa Iran yang menyenangkan kami”. Pendeknya, sekitainya mereka semua
menolak setiap perkara yang datang dari Islam, kita boleh membayangkan bahwa pasti
tidak ada seorang Muslim pun di dunia sekarang ini.

No comments:

Post a Comment